Hansel ngedudukin dirinya ke kursi kerja di ruang OSIS. Hari ini dia kedapetan jatah jaga sampe jam 12 siang nanti.
Karena udah ada di ambang kebosanan, Hansel ngeraih kertas-kertas laporan yang ada di mejanya.
"Poin terakhir 2 minggu yang lalu? Ternyata lo gak bercanda ya Zev."
Hansel meriksa poin-poin yang ketulis di sebelah nama Zevan. Makin hari Zevan jadi lebih baik dari sebelumnya.
Hansel aja masih belum percaya.
Kata-kata Zevan hari itu emang bukan candaan. Zevan bener-bener mau ngerubah dirinya jadi yang terbaik.
Bukan cuman demi Hansel, tapi demi dirinya sendiri dan keluarga.
Karena udah semester akhir di kelas 11, Zevan disadarkan sama kenyataan.
Udah cukup main-mainnya. Saatnya fokus berjuang buat masuk ke perguruan tinggi.
"Ternyata juga bisa ngomong gitu ya?"
Hansel ketawa kalo inget beberapa kelakuan Zevan yang kadang di luar nalar. Cowok chindo itu bener-bener ngebuat Hansel makin tertarik.
Setelahnya Hansel ngehabisin waktunya cuman buat ngejaga ruang OSIS kalo aja ada keluhan-keluhan dari warga sekolah.
Gak kerasa waktu jaga nya habis.
Hansel keluar dari ruang OSIS dan gak lupa ngekunci pintunya.
Setelah selesai, Hansel ngerapihin baju seragamnya yang agak berantakan, dasinya juga udah longgar.
"Biarin lah."
Hansel ngebiarin dasinya yang longgar. Udah terlanjur capek.
Setuju atau enggak, diem berjam-jam lebih capek daripada ngelakuin kegiatan normal.
Hansel ngelirik beberapa cewek yang sempet salfok ke cowok itu. Hansel ngehela nafasnya.
Emang dasi longgar sepengaruh itu ya?
"Dih, dah jadi berandalan sekarang?"
"Mager Zev, ini harus dipasang dari awal."
Tanpa persetujuan Hansel, Zevan ngambil alih dasi Hansel. Zevan dengan telaten masangin dasi SMA itu ke Hansel.
Persis sama yang Hansel lakuin waktu awal-awal mereka kenal.
Diem-diem Hansel senyum ngeliat Zevan fokus masangin dasi di lehernya.
"Seorang lo gak cocok jadi anak nakal, dasi menceng aja look nya udah beda."
Zevan selesai sama dasi Hansel.
"Stop natap gue kayak gitu, Sel. Mau gue pukul?"
Zevan risih sama tatapan Hansel yang gak lepas dari dirinya.
"Gue gak nyangka aja."
"Kenapa?"
Hansel ketawa setelahnya ngelus rambut Zevan.
"Ngeliat lo dengan sisi yang berbeda, gue jadi makin suka."
"Tapi gue gak suka."
"Gak suka sama diri lo sendiri? Zev, lo harus mencintai diri lo sen-"
"Gak suka sama lo."
Kalo kata Hansel mah udah jadi makanan sehari-hari.
Hansel nyingkirin tangannya dari rambut Zevan. Cowok itu senyum tipis, gak bisa bohong kalo ekspresi Hansel agak kecewa.
Sekian hari dikecewain, tapi Hansel kuat kok.
"Lemes amat bang."
Zevan senyum miring.
"Gue gak suka sama lo yang tadi, berantakan. Bukan Hansel banget, iyuh."
"Maksud lo?"
"Ya lo pikir sendiri. Punya otak dipake."
Zevan langsung cabut dari situ ninggalin Hansel yang berusaha nangkep maksud dari kalimat Zevan tadi.
"Tunggu..."
Tatapan Hansel gak lepas dari punggung Zevan yang mulai ngejauh.
"Anjing. Zevan! Ayo ke KUA sekarang!!"
"GILA WOI GILA!!"
"Lo yang gila."
"Zevan suka sama gue! Anjir jantung gue mau copot."
Untung aja sekarang ruang OSIS cuman ada Hansel, Jeevans, sama Yuvan. Kalo ada anggota lain mana berani Hansel teriak-teriak begitu.
"Lah kan emang Kak? Kenapa kaget gitu?" tanya Yuvan di sela-sela kerjanya.
Hansel sadar.
Cowok itu cengengesan sambil garuk-garuk tengkuknya yang gak gatel.
"Udah jadi bulol lo Sel, gak nyangka gue."
"Kak, semisal gue minta dia jadi pacar gue dia mau gak ya?"
Jeevans ngangkat bahunya. Dia ketua OSIS, bukan cenayang.
Hansel narik nafas panjang-panjang dan dibuang pelan. Tangannya ngeraih kertas aduan yang ada di atas mejanya.
Matanya balik nyari nama Zevano di sana.
Gak bakal bosen Hansel ngebaca aduan-aduan yang Zevan lakuin selama 1 tahun terakhir.
"Wih, gak ada poin lagi? Zevan dah gak minat nabung di lo," ucap Jeevans yang sengaja ngintip kertas di tangan Hansel.
"Sekarang malah gue yang nabung Kak."
Jeevans ngehela nafasnya dan ngejauh dari Hansel.
"Please jangan dilanjutin."
"Nabung poin-poin cinta gue ke Ze-"
"CUKUP KAK!"
Di luar dugaan, satu buku melayang dari arah Yuvan.
Gak tau kenapa sebel aja karena Hansel yang makin lama malah mirip sama Garvi.
"Yuvan," panggil Hansel sambil berusaha ngerapihin dasinya yang berantakan lagi.
Hansel natap Yuvan tajam. Jeevans lebih milih nyimak.
"Push up 20x, sekarang."
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Sekolah | Binhao
Fanfiction"Anak-anak lain juga ada yang gak pake dasi! Kenapa harus gue sih yang kena hukuman!?" Pokoknya Hansel adalah orang yang selalu pengen Zevan hindari saat di sekolah. Bukan tanpa alasan, cowok bernama Angkasa Hansel itu selalu membuat Rafandra Zevano...