10

6.7K 543 19
                                    

3 hari lagi adalah jadwal event yang udah ditetapin sama pihak sekolah. Segala perlengkapan kayak panggung, stand-stand makanan, dan beberapa spot foto udah setengah rampung.

Panitia dari event itu udah didispenin full sama kesiswaan, jadi mereka semua dibebaskan dari tugas dan laporan-laporan biar bisa fokus ke event aja.

Walaupun ada sekitar 30 an panitia yang terjun ke lapangan, tapi yang kerja ya enggak semuanya. Sebagian dari mereka cuman numpang pamer dengan card panitia yang ada di depan dada.

Seolah ngasih tau ke semua orang kalo, ini loh gue panitia event.

"Gue belum nyuruh kalian istirahat. Bangun terus bantu yang lain, jangan cuman scroll tiktok," ucap Jeevans selaku ketua panitia event.

Mereka langsung natap Jeevans takut-takut dan turun dari tribun buat ngebantu yang lainnya. Jeevans mau semuanya kerja, gak cuman satu dua orang.

Jeevans ngelanjutin kegiatannya yang sengaja dia tinggalin demi memperingati beberapa panitia gadungan di sana. Cowok itu ngangkat beberapa kerangka stand makanan ditemani sama Hansel.

Hansel, cowok itu udah kerja dari pagi tadi. Jeevans sampai khawatir sama anak buahnya yang satu ini.

"Lo kalo capek duduk dulu, udah dari tadi loh," ucap Jeevans di sela-sela pekerjaannya.

"Kalo enjoy gak bakal kerasa capeknya, santai Kak."

Rasanya Jeevans mau ngasihin gelar ketua OSIS sama Hansel saat itu juga. Kepribadiannya yang tegas, kurang suka bercanda, dan pekerja keras bener-bener cocok buat dijadiin the next school president.

Setelah masang kerangka stand, handphone Hansel berdering tanda ada panggilan masuk. Tanpa ngeliat nama kontak, cowok itu langsung nerima panggilan, "Hah!? Sorry sorry gue lupa kalo hari ini razia rutin, oke abis ini gue otw ke ruangan."

Hansel nutup panggilannya sepihak. Cowok itu ngehubungin Jeevans dan beberapa anggota inti OSIS yang jadi panitia event tahunan.

Mereka semua lupa kalo hari ini ada razia rutin dari pihak OSIS. Hansel ngebersihin keringatnya dan ngelangkah ke ruangan OSIS sama yang lain.

Singkatnya, mereka semua sampai ke ruang OSIS yang udah penuh sama anak-anak yang kedapetan ngelanggar aturan sekolah.

Jeevans ngepijet pelipisnya terus natap pelanggar-pelanggar dengan tatapan tajam.

Hansel masuk, duduk di kursi miliknya, dan mulai nyatet satu persatu nama-namanya ditambah ngasih peringatan biar gak berani ngelanggar lagi.

"Biasa." Hansel ngedongak dan natap cowok di depannya.

Itu Zevan.

"Ck, gak bosen?" Dengan berat hati, Hansel nambahin poin Zevan di catatannya.

"Anjirlah gue lupa, suwer, tekewer-kewer."

"Harus serumah dulu sama gue biar setiap pagi gue pasangin dasi di leher lo?"

Zevan ngerotasiin matanya, walaupun dia tau Hansel gak bercanda sama kata-katanya.

"Harusnya lo maklum bro, namanya juga manusia yang gak sempurna."

"Gak ada yang begitu. Kalo gue maklum terus, peraturan yang ketulis di sekolah ini bakal dianggep pajangan doang."

Zevan ngehela nafasnya, seperti biasa cowok itu kalah kalo berdebat sama Hansel.

Setelah selesai diceramahi, Zevan gak langsung pergi dari sana, "Minum apa?"

Hansel ngerutin alisnya, kali ini dia gak bisa nangkep apa maksud Zevan.

"Diem berarti terserah gue." Zevan undur diri dari sana ngebuat Hansel heran sama kelakuan Zevan.

Anak Sekolah | BinhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang