Setelah dapet es krim nya, Zevan dan Garvi langsung ngumpet di belakang perpustakaan sekolah. Sebenarnya ini masih jam pelajaran, tapi karena mereka ada dendam kesumat sama guru mapel masing-masing jadi mutusin buat bolos sambil mam es krim.
Zevan makan es krim sambil ngelamun, nyebabin Garvi yang ngeliat heran sendiri.
"Kenapa lo bang? Galau mulu dari kemarin gue liat-liat."
Zevan diam, gak ngejawab.
"Dih sok sok galau luuu kek punya pacar aja."
"Sedih gue Pi."
Garvi ngernyit heran. Tumben-tumbenan banget seorang Zevano mengsedih. Pasti ada sesuatu yang iya-iya ngeganggu cowok chindo itu.
Zevan natap lurus ke depan. Berasa yang paling galau di dunia ini cuman Zevan seorang.
Garvi agak panik ngeliat ujung bibir Zevan ketarik ke bawah, siap buat nangis.
"Woi bang! Lo napa sih anjir?" Garvi ngegoyangin pundak Zevan brutal, berharap cowok itu mau cerita tentang masalah yang dia hadapi 2 hari ini.
"Sedih... gue kira gue satu-satunya, ternyata gue salah satunya."
Garvi ngedip-ngedip, butuh beberapa detik buat Garvi nangkep arti dari kalimat Zevan barusan. 5 detik kemudian, Garvi ketawa puas.
Agaknya Zevan terlanjur geer sama seseorang.
"Lo abis dibaperin siapa sih asu?"
"Bayangin ni cok pas lo lagi mager, ada orang yang bersedia nawarin jasanya buat muasin kemageran lo itu, apa lo gak dag dig dug ser."
Garvi sok-sokan masang mose mikir, padahal mah otak aja 3G, "Gue tau siapa yang lo maksud."
"Siapa?"
Garvi kaget karena Zevan bukanlah orang yang ngerespon kalimatnya, melainkan seseorang yang lain muncul dari sisi kanan mereka.
Sontak dua pasang mata itu ngeliat siapa manusia yang tiba-tiba dateng.
"Yupi!? Anjir gue kira..." Garvi ngelus dadanya sendiri, ternyata yang dateng itu cowoknya, Yuvan.
Zevan juga ikutan ngehela nafas lega, jujur di saat ini cowok itu gak mau lagi berurusan sama Hansel. Jadi, mulai hari ini Zevan berusaha ngehindar dari cowok bernama Hansel.
"Bolos ya?" tuding Yuvan.
"Ya jelas dong sayang, sini sini ikut bolos."
Garvi dengan gak tau dirinya senyam senyum kayak gak punya dosa, padahal dia tau kalo Yuvan itu adalah anggota inti dari OSIS.
OSIS yang siap mengganggu ketenangan anak-anak nakal di sekolah ini.
"5 poin atau balik ke kelas sekarang?"
Garvi kecewa. Ternyata semua anak OSIS tu sama aja :(
"Kecewa aku yang, bentar lagi bel pulang bunyi kok."
"Sebentar apa, pulangnya 2 jam lagi!"
"Oh iya kah? Bukannya pulang lebih awal ya?"
"Gak usah halu."
Garvi cemberut, "Yah.. padahal tadi niatnya aku mau beliin kamu Yupi setoples."
"Dua toples baru mau."
"Yaudah dua toples." Demi ayang apa sih yang enggak...
"Yey!" Yuvan senyum lebar dan duduk di samping Garvi. Jujur Garvi agak ngeri sama Yuvan, kok bisa mood cowok itu tiba-tiba berubah.
"Kamu sendiri ngapain di sini? Nyari aku kah?"
Yuvan ngelirik sinis, "Geer, orang aku mau baca buku nih." Yuvan nunjukin satu buku novel yang ada digenggamannya.
"Guru mapel ku gak masuk, jadi aku ke sini."
"Oh, hampir aja curiga."
"Aku gak kayak kamu yang sukanya bolos."
Garvi ketawa kecil sambil ngelus rambut belakang Yuvan. Sumpah demi dewi fortuna, Zevan pengen mukul orang yang ada di sebelahnya.
Yuvan nyenderin kepalanya di bahu Garvi, "Aku capek..." keluh Yuvan.
"Salahnya OSIS."
"Nyalahin?"
"E-eh enggak enggak, aku yang salah."
Yuvan makin nyamanin posisinya di bahu Garvi, "Suasana hati Kak Jee lagi gak baik akhir-akhir ini, dia sering ngoper tugasnya ke aku."
Garvi ngelus kepala Yuvan.
"Terus Kak Hensem lagi depresi sama tugas fisikanya, duh pokoknya OSIS lagi gak baik-baik aja."
"Otw bubar dong?"
"Ya enggak Garvi!!"
Garvi ketawa, "Bercanda. Hensem siapa dah? anggota baru mu?"
"Kak Hansel."
"IDIH."
Garvi sama Yuvan sontak natap Zevan. Dua cowok itu kaget karena tiba-tiba Zevan ngebuka suaranya setelah diam beberapa menit.
"Hensam, Hensem, Hensam, Hensem, kek ganteng aja tu orang."
Zevan tetap natap lurus ke depan. Seolah ada bayangan Hansel di depannya yang siap buat dia tonjok.
"Kak Ze kenapa? Kok sensi."
"Dibaperin dia sama Hansel."
"MANA ADA ANJING!" Bisa aja satu pukulan melayang ke muka ganteng Garvi kalo aja tangan Zevan gak ditahan sama seseorang.
Zevan noleh ke belakang, matanya langsung melotot ngeliat siapa yang udah nahan pukulannya.
Ya sesuai harapan, itu adalah Hansel. Cowok yang diomongin barusan.
"Gak boleh ada kekerasan di sini."
Zevan nepis tangan Hansel kasar, "Lo ngapain di sini sih! Udah kayak penguntit anjir ngikutin gue terus."
Hansel natap Zevan datar, "Karena lo tanggung jawab gue."
Zevan ngejambak rambutnya sendiri, cowok itu frustasi dengan kalimat Hansel.
"Kan bukan cuman gue tanggung jawab lo! Ada banyak anak yang jadi tanggung jawab lo, kenapa tiap hari ke gue sih bangsat?!" Zevan udah emosi.
Sebenarnya Zevan gak sepenuhnya marah, tapi juga agak malu dengan kalimat awalnya tadi.
Zevan berdiri, ngebuang bungkus es krim nya sembarangan dan cabut dari situ tanpa peduli sama ketiga cowok yang heran sama sikapnya.
Tatapan Hansel beralih ke Garvi dan Yuvan.
"Duh... sabar ya Kak, terus berjuang dan semangat dah pokoknya," ucap Yuvan sambil ngepalin tangannya ke arah Hansel.
"Semangat gue makin terbakar."
"Bagus dong!"
"Terbakar habis maksudnya."
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Sekolah | Binhao
Fiksi Penggemar"Anak-anak lain juga ada yang gak pake dasi! Kenapa harus gue sih yang kena hukuman!?" Pokoknya Hansel adalah orang yang selalu pengen Zevan hindari saat di sekolah. Bukan tanpa alasan, cowok bernama Angkasa Hansel itu selalu membuat Rafandra Zevano...