1. Wanita dari Ibukota

321 11 0
                                    

"Perumahan tipe 80 yang kami tawarkan memang sebesar ini, Pak. Fasilitas properti yang kami bangun untuk rumah ini cukup untuk dipakai oleh tiga hingga empat orang sekaligus."

Dengan seuntai senyum yang mengembang di bibirnya, Nadine menjelaskan setiap detail rumah yang sedang dia jajaki bersama seorang lelaki paruh baya dengan rambut yang sudah sebagian besar beruban. Sesekali lelaki tersebut mengangguk, menyimak dengan saksama penjelasan Nadine mengenai rumah yang akan dijual. Ini merupakan kesempatan emas bagi Nadine mendapatkan klien potensial yang sekiranya berkenan untuk membeli rumah baru.

Bukan kali pertama bagi Nadine melepas sebuah properti hunian bagi seorang miliarder atau hanya sekadar orang biasa yang sedang mencari rumah. Orang ini merupakan target yang mudah dan sekiranya tidak begitu sulit untuk melepaskan sekoper uang secara langsung di muka. Bayangan Nadine sudah mengawang pada senyum besar bosnya ketika mendengar kabar bahwa hunian tipe 80 di perumahan yang satu ini akan kembali terjual di tangan seseorang.

Nadine melipat kedua tangannya dengan sopan di depan perut, kedua matanya menatap lembut lelaki yang sedang mengamati corak cat pada dinding. "Bagaimana, Pak? Berminat? Perumahan ini tentunya sangat cocok untuk prospek ke depan Bapak. Terlebih lagi, Bapak akan sering bekerja di Rumah Sakit Suaka Insan. Letak perumahan ini sangat strategis dengan tempat bekerja Bapak," jelas Nadine dengan intonasi suara yang dibuat sehalus mungkin.

Agaknya ada sedikit pencerahan yang menelisik masuk ke benak lelaki itu, sebagai seorang dokter bedah yang harus selalu siap sedia, dia membutuhkan hunian yang dekat dengan tempat kerjanya. Terlebih lagi perumahan yang satu ini memang nyaman untuk melakukan berbagai macam kegiatan kemasyarakatan. "Baik, Nadine. Sepertinya saya berminat untuk membeli rumah yang satu ini, mengingat pekerjaan yang harus selalu membuat saya siaga untuk datang ke rumah sakit jika dibutuhkan," ujar lelaki tersebut diakhiri dengan senyuman lebar.

Dengan segera, Nadine menegakkan badannya, menjabat tangan lelaki tersebut dengan kencang. "Baik, Bapak. Untuk skema pembayaran, apakah Bapak akan menggunakan KPR atau ...."

"Ah, tidak. Saya mau menggunakan pembayaran tunai secara bertahap saja. Repot kalau harus mengurus persyaratan KPR," jawab lelaki tersebut dengan segera. Nadine mengangguk, kemudian dia mengeluarkan beberapa borang yang nantinya akan ditandatangani oleh kedua belah pihak sebagai tanda kesepakatan.

Biasanya, setelah ini Nadine akan menghubungi Galih yang mengurus tentang keberlanjutan pembayaran rumah, kemudian tugas Nadine selesai. Dia hanya tinggal membuat laporan penjualan yang nantinya akan diberikan kepada bosnya sebagai salah satu progres keberlanjutan pekerjaannya.

Bagi Nadine, pekerjaannya sekarang benar-benar menyenangkan. Ilmu public speaking yang selama ini dia pelajari di dunia perkuliahan dan juga dunia kemasyarakatan akhirnya terpakai. Banyak yang mengira Nadine menggunakan guna-guna atau pelet yang membuat segala macam kalimat dari bibirnya terdengar manis di telinga sehingga membuat siapa saja yang mendengarnya selalu terpukau bahkan terlena dengan permintaan atau ajakan Nadine.

Padahal selama ini, Nadine tidak pernah yang namanya mengenal dunia gelap seperti itu. Dia hanya mengasah kemampuannya dengan berbincang dengan banyak orang untuk meningkatkan kemampuan dalam berbicara di depan umum dan jadilah seorang Laksmitha Nadine Maheswari sekarang-penuh dengan percaya diri dan juga mampu merayu banyak orang. Klien yang baru saja menerima penawaran Nadine adalah seorang dokter bedah mulut ternama di Banjarmasin, namanya adalah dr. Nazwan Amrullah, Sp.BM. yang sering menangani pembedahan mulut para pasien yang membutuhkan.

Awalnya Nadine tidak mengira jika dr. Nazwan sedang mencari perumahan dan menghubunginya untuk membeli sebuah hunian di tengah kota dekat dengan rumah sakit tempatnya bekerja. Nadine mengenal dengan baik dr. Nazwan karena pernah membantunya ketika mengalami kecelakaan dan membuat tulang rahangnya sedikit bergeser akibat benturan keras dari stang motor yang dikendarai. Kini, sebagai balas budi, Nadine membantunya untuk mencari hunian terbaik dengan harga murah yang sesuai fasilitas ditawarkan.

Rumah Ini Dijual | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang