Ketika Laneige meluncurkan produk terbaru mereka yang super duper cocok di kulit wajah Nadine sebagai eksfoliasi, wanita itu langsung tergila-gila dan jatuh cinta dengan produk tersebut. Bagi Nadine, tidak ada yang bisa mengalahkan produk tersebut dengan segala macam produk lain yang pernah dia coba sebelumnya. Terima kasih pada Brian—mantannya yang berengsek—membelikan Nadine skincare abal-abal yang membuat kulitnya melepuh merah dan gatal.
“Itu skincare merkuri, coy!” pekik Sisi begitu selesai menelan nasi goreng yang dia pesan. Wajahnya memerah, matang seperti lobster yang baru diangkat dari rebusan. “Gila aja lo, udah tau merkuri masih dipake.”
Mendengar ucapan Sisi, Nadine hanya tersenyum kecut. “Yahh, namanya juga bulol, bucin tolol. Saking sayangnya sama Brian, gue mau aja make skincare yang dikasih dia.”
Satu yang paling Nadine sesalkan adalah pernah menjadi budak cinta seorang laki-laki yang bahkan tidak sepenuh hati mencintainya. Brian adalah contoh yang paling kacau di antara lelaki lain yang pernah bersandar di hati Nadine. Sudah tahu diselingkuhi berkali-kali, Nadine tetap saja teguh pendirian dengan mengatakan mampu mengubah Brian menjadi laki-laki baik yang akan mencintainya sepenuh hati.
Makan, tuh, cinta! Dewi batin Nadine berseru kencang setiap kali ingatan menjijikan itu melintas pada benak.
“Tapi, sekarang ikam masih suka bucin atau enggak, Nad?” tanya Herta menimpali sembari menjejalkan sesendok ayam saus asam manis ke mulut.
Bahu Nadine diangkat. “Entah, Mbak. Aku ngerasa belum pengen punya pacar,” jawab Nadine, “tapi pengen punya suami, tapi belum pengen nikah, tapi pengen, tapiiii ….” Maria langsung mendorong kepala Nadine hingga dia berjingkat dari tempat duduk. “Sakittt, woy!”
“Lagian kamu aneh! Ulun4 yang belum punya pacar dan terakhir kali putus sama tali pusar aja biasa. Kalau mau nikah, ya, nikah sekalian. Tuh, ada Bang Suratman nganggur.” Maria memutar bola mata, kembali fokus pada sup ayamnya.
“Enak aja! Bang Suratman, tuh, udah di-keep sama Mbak Herta. Kan, kamu suka duren, ya, Mbak.” Semua yang ada di meja tertawa.
Herta yang disentil langsung menjawab tidak terima, “Heh, kalau ulun sama Bang Suratman, nanti yang ada anak ulun mirip zebra, belang hitam putih.”
“Panuan itu, Mbak, anakmu!” timpal Sisi diikuti tawa meledak yang membuat pelanggan di sebelah memicingkan mata, mengira ada kerumunan orang gila yang lepas dari RSJ.
Kehidupan karyawan yang bekerja di bawah Linggar terasa begitu monoton ketika sudah menginjak masuk ke dalam gedung megah yang ada di kompleks Sultan Agung. Hari-hari mereka harus berkutat dengan puluhan catatan pembukuan kas, telepon dari klien, atau hanya sekadar mendapat omelan dari Linggar karena tidak berhasil mengejar target penjualan rumah setiap bulan.
POP! adalah tempat bagi karyawan LJ Property untuk menghindar dari hiruk-pikuk kehidupan kantor yang begitu menjemukan. Maka, terkadang tertawa terbahak-bahak seperti sekarang bisa menjadi saran untuk melegakan penat di dalam diri mereka yang sudah lama menumpuk dan bisa meledak kapan saja layaknya gunung merapi yang sedang erupsi.
“Eh, guys! Tadi aku dikasih tahu hal confidential sama Pak Bos,” Nadine membuka obrolan lagi. “Kayanya, sih, si cebol mau bangun perumahan lagi, deh?”
Semua mata yang ada di meja nomor 15 langsung terbelalak. “Demi apa kau, Dik?” Galih yang sedari tadi diam ikut terbawa arus, lelaki yang menjadi frontliner urusan keuangan di LJ Property itu terkejut bukan main. “Alamak jang! Mati, lah, aku! Alamat kerja rodi terus lagi ini.”
Bayang-bayang tentang kejadian masa lalu saat Linggar membangun perumahan di ujung Banjarmasin kembali menguak, kacau, hectic, semuanya menjadi satu. Masih membekas di benak Galih saat bosnya dengan tajam menatap dan memaki seperti orang kesetanan karena Galih tidak menjawab telepon masuk untuk keperluan pembayaran sebab dirinya sedang di kamar mandi dan lupa meminta bantuan karyawan lain untuk menggantikannya sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ini Dijual | [END]
Chick-Lit🏆 NOVEL TERBAIK III "VIOLET GARDEN SERIES" AT PRESS X ANSAR SIRI Keterlaluan! Kali ini Nadine benar-benar tidak bisa memutar otak lagi untuk menuntaskan tugas yang diberikan Linggar. Perumahan Luxury Valley adalah perumahan mengenaskan yang pernah...