"Lo juga tau itu 'kan, Sam?"
Rossa beralih menatap Samuel, penasaran dengan reaksi Kakak barunya itu. Semua menanti jawabannya. Namun Samuel malah balas menatap Rossa dengan tatapan iba, sekaligus bersalah. Ia menghela nafas berat sebelum membuka suara.
"Gue tau kok. Makanya, sekarang Rossa adalah tanggung jawab gue. Gak akan gue biarin mereka nyakitin adik gue lagi, dan gue harap.. Lo semua jangan kayak mereka, ya?"
Samuel mengatakannya dengan sorot penuh harap kepada teman-temannya. Sementara Rossa? Ia tidak akan berekspektasi tinggi kok. Mendengar jawaban yang cukup memuaskan dari Samuel saja, rasanya sudah sangat melegakan.
Salah satu teman Samuel terkekeh, kemudian menepuk bahunya pelan. "Santai bro, lo kayak baru kenal kita aja dah."
Lalu di susul tawa renyah oleh beberapa temanya yang lain. "Tau nih, dikira kita bocah apa yak?"
"Nyakitin adek lo itu sama aja kayak ngajak lo perang, Sam. Kita 'kan temen, bukan musuh."
"Ah, lu mah bikin Rossa jadi takut sama kita deh, Sam."
Mendengarnya, bukan hanya Samuel saja yang tersenyum merekah. Bahkan Rossa pun yang tadinya hanya menunduk takut itu langsung mengembangkan senyumnya lantaran terharu mendengar jawaban dari teman-teman kakaknya itu.
Perlahan ia mendongakkan kepalanya, menatap mereka satu-persatu. Beberapa teman cewek Samuel itu pun berjalan mendekatinya dan merangkulnya dengan senyum ramah, seolah mengisyaratkan bahwa mereka benar-benar tulus mengatakannya.
"Jangan takut, Ros. Biarpun muka kita ini keliatan garang, tapi aslinya kita baik kok. Tenang aja, kita gak akan nge-bully lo."
"Kita juga orangnya suka asal ceplos sih, jadi maklumin aja ya kalau suatu saat nanti kita gak sengaja nyinggung lo?"
"Tapi kalo sadar pasti kita langsung minta maaf kok, beneran deh."
Tak hanya Rossa, semua yang ada disana pun tertawa renyah mendengar gurauan cewek-cewek itu. Bahkan kecemasan yang sempat Samuel dan Rossa rasakan tadi mendadak hilang begitu saja.
"Makasih, Kak. Rossa seneng banget udah kenal sama orang-orang baik kayak kalian. Rossa harap, kalian bener-bener tulus dan gak seperti yang Rossa takutkan." Ucap Rossa dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Ia sungguh terharu dengan ini semua. Ia tak menyangka masih ada orang yang mau memperlakukannya dengan baik. Dari sini ia tersadar, sepertinya apa yang di katakan Mira waktu itu benar terjadi. Kebahagiannya di mulai dari sekarang.
***
"Kamu serius minta turunin disini aja?" Tanya Samuel yang merasa kurang setuju. Matanya menelisik ke sekitar, lumayan sepi dan hanya ada satu-dua pelajar yang melalui tempat ini.
Rossa mengangguk yakin. "Aku berangkat dulu, Kak."
Setelah Rossa benar-benar keluar dari mobilnya, Samuel masih tetap tak bergerak di tempatnya. Ia tengah mengawasi adiknya itu dari dalam mobil. Entah kenapa ia masih merasa khawatir membiarkan Rossa berangkat sendirian seperti itu meskipun letak sekolahnya sudah cukup dekat.
Setelah melihat Rossa berbelok memasuki area sekolahnya, barulah Samuel merasa lega dan bergegas pergi. Tetapi tiba-tiba matanya menangkap beberapa cewek tidak berseragam tengah berjalan memasuki area sekolah Rossa.
Firasatnya tidak enak. Rasa khawatir kembali menyelimutinya. Bagaimana jika ternyata mereka adalah salah satu pembully Rossa? Jika dilihat dari gelagatnya tadi sih, memang sedikit mencurigakan.
Samuel pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia bergerak cepat keluar dari mobil lalu menyusul Rossa. Dan.. benar saja dugaannya. Mereka menghadang Rossa dan langsung menyeretnya pergi sebelum sempat masuk gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Rossa
Teen FictionDulu di bully sekarang jadi pembully. Dulu di rendahkan sekarang di segani. Dulu di hina sekarang di kagumi. Roda kehidupan memang terus berputar, yang dulunya baik pasti bisa menjadi jahat. Rossaline Amara. Cewek culun yang selalu di panggil cupu...