"ROSSA!"
Suara bariton yang familiar itu sontak menghentikan aksi Rossa yang tengah menghajar Linda. Kemarahannya lenyap begitu saja ketika mendapati sosok yang paling di cintainya itu tampak menyorotnya kecewa.
"Bara?" Rossa membeo. Cengkramannya seketika mengendur.
"Apa yang kamu lakuin sekarang, Rossa?!" Sentak Bara murka.
Ia sungguh tak menyangka kekasihnya ini menjadi buas seperti itu. Sosok di depannya ini bahkan bukan seperti yang ia kenal selama ini. Rossa benar-benar berubah secara keseluruhan.
Tadinya ia pikir gadisnya itu hanya merubah penampilannya agar bisa menjadi sejajar dengan yang lannya. Tapi setelah melihat kejadian mengeutkan ini, rupanya Bara salah. Rossa telah berubah terlalu jauh.
Melihat tangan Rossa yang masih tetap mencengkram leher Linda, sontak Bara langsung melepasnya dengan kasar. Ia bahkan menjauhkan Rossa dari sana. "Ikut aku. Jangan ngebantah."
Rossa menghela nafas pasrah. Kesadarannya seolah kembali begitu melihat raut murka Bara. Gara-gara kebencian yang menguasai dirinya itu ia jadi kelepasan begini. Bara pasti akan benar-benar marah besar padanya setelah ini.
Mereka berhenti di taman sekolah. Keduanya saling berhadapan dengan ekspresi yang sulit di artikan. Sebelum membuka suara, Bara menarik nafasnya dalam-dalam guna mengontrol emosinya.
"Apa yang udah kamu lakuin, Ros? Kenapa kamu bisa jadi kayak gitu sih? Sejak kapan kamu jadi kasar?!"
Rossa tersentak kaget mendengar bentakan keras dari Bara. Ia menunduk takut sambil meremasi jarinya. "Aku.. Aku kelepasan. Maaf.."
Bara mengusap wajahnya kasar. Ia takkan tega memarahi kekasihnya yang tengah ketakutan itu. Alhasil, Bara memilih mengalah. Ia memeluk Rossa erat hingga gadisnya itu mengeluarkan isak tangis yang sejak tadi di tahannya.
"Aku gak suka kamu jadi kayak gitu, sayang. Kamu seperti bukan Rossa yang aku kenal."
Rossa memejamkan matanya. Sejujurnya ia pun juga merasa begitu. Perubahan dalam dirinya ini benar-benar di luar kendalinya. Ia seolah tak sadar ketika emosi menguasai dirinya. Entah kemana kesabarannya yang dulu, ia pun tak mengerti dengan sikapnya yang sekarang.
"Aku ngerti perasaan kamu. Tapi aku gak mau liat kamu kayak gitu, sayang. Dengan kamu ngebales perbuatan mereka kayak gitu, itu sama aja kamu mau jadi seperti mereka. Aku gak mau itu terjadi, Rossa."
Mendengarnya, sontak Rossa membuka matanya lebar. Ia seolah kembali pada sikapnya yang seperti tadi. Bahkan ia langsung melepas pelukannya secara tiba-tiba hingga membuat Bara mengernyit bingung.
"Jadi, kamu gak ngizinin aku bales perbuatan mereka? Kamu gak ngebolehin aku bales dendam?" Rossa bertanya tegas. Raut wajahnya benar-benar berbeda dari yang tadi.
"Bales dendam? Apa maksud kamu? Sebenarnya tujuan kamu sekarang itu apa sih, Ros?"
"Aku udah berjuang untuk berubah sampai sejauh ini karena mau bales dendam, Bara! Kenapa kamu masih gak ngerti sih?!"
Kini giliran Bara yang tersentak kaget mendapat bentakan kasar dari Rossa. Baru kali ini gadisnya itu membentaknya dengan wajah murka. Padahal selama mereka saling mengenal sampai berpacaran, Rossa tidak pernah membentaknya sekalipun cewek itu marah besar.
"Kamu bentak aku, Ros?" Bara bertanya tak percaya.
Rossa kembali tersadar dari amarahnya. Air matanya menetes lagi, namun kali ini ia masih tidak melunak seperti tadi. Ia tetap bersikap dingin seolah menentang perkataan Bara tadi.
Bara tersenyum getir. "Semarah itukah kamu sampai bisa ngebentak aku kayak gini, Ros? Kamu itu kenapa sih sebenernya?"
"Apanya yang kenapa?! Aku jauh lebih baik-baik aja kok sekarang. Maaf kalau kamu gak suka aku bentak, tapi aku juga gak suka kamu ngomong kayak gitu. Mereka itu jahat, Bar. Aku gak mau jadi lemah kayak dulu lagi. Please, jangan halangi aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Rossa
Novela JuvenilDulu di bully sekarang jadi pembully. Dulu di rendahkan sekarang di segani. Dulu di hina sekarang di kagumi. Roda kehidupan memang terus berputar, yang dulunya baik pasti bisa menjadi jahat. Rossaline Amara. Cewek culun yang selalu di panggil cupu...