Pelabuhan Hati

510 464 98
                                    

Genre : Romance || Fiksi Remaja || Kategori : Cerpen

***

Jatuh cinta untuk pertama kalinya memang terasa aneh dan selalu membuat jantung deg-degan. Hal itulah yang sekiranya dilihat Anya dari raut wajah Light yang menampilkan warna merah merona di kedua pipinya. Light adalah sahabat Anya dari masa SMP hingga sekarang, Masa SMA, Mereka masih menjalin erat hubungan persahabatan. Anya tahu, setiap orang pasti mengalami cinta pertama. Entah kapan rasa itu tumbuh. Tapi, apakah cinta benar-benar bisa membuat sikap seseorang berubah dengan sekejap? Menjadi bucin misalnya. Ah Entahlah, ini sungguh di luar ekspektasi Anya. Lihat saja bagaimana reaksi sahabatnya itu yang kini tengah bergumam sendiri sembari menarik-narik bajunya dengan perasaan senang yang membuncah.

Anya terkikik geli. Mengingat sahabatnya itu dikenal sebagai gadis yang dingin dan ketus dikalangan siswi-siswi sekolah mereka. Jarang sekali ada yang ingin mendekati gadis itu walau niat mereka hanya sekedar berteman. Namun, sekarang Light lebih sering tersenyum. Tepatnya hanya kepada seorang laki-laki di depan sana. Bahkan Light tidak segan menunjukkan sisi lembutnya. Pernyataan tersebut diperkuat dengan latar tempat yang mereka berdua pijak saat ini, yakni, Lapangan basket. Disana terlihat Tim putra sekolah mereka yang sedang berlatih untuk mempersiapkan pertandingan final bulan depan.

Sebenarnya tidak terlalu mengasikkan jika hanya melihat latihan dan bukan pertandingan. Itu pun menurut Anya. Lagipula, bukan tanpa alasan mereka bisa ada di sana. Seorang laki-laki yang menjelma menjadi ketua OSIS sekolah sekaligus kapten basket Tim putra sekolah merekalah yang membuat salah satu dari keduanya memaksa untuk melihat dan menetap sampai latihan Tim putra selesai.

Anya menghela napas berat sembari memikirkan sesuatu apa yang harus Anya lakukan untuk menghilangkan rasa bosan. Anya menatap hampa ke arah handphone-nya, ini adalah yang pertama kali Anya merasa bosan video call-an dengan pacarnya. Anya hanya ingin keluar dari lapangan basket dan kembali ke kelas atau mungkin ke kantin karena jujur saja Anya mulai lapar.

"Light, udahan ya? Aku bosan," bujuk Anya yang sudah tidak tahan lagi.

Light seketika melirik ke arah Anya, "Ck, sabar. Lagian cuma sebentar kok," lagi-lagi jawaban seperti itu yang Anya dapat. Anya bingung dengan sahabatnya itu. Pasalnya, Light nampak tidak ada raut jenuh di wajahnya sama sekali. Bahkan Light masih standby menonton latihan atau bisa dibilang menonton Sang Pujaan yang sedang men-dribble bola.

"Dari tadi ngomongnya sebentar mulu tapi, lama," Anya menggerutu pelan sambil menyekap kedua tangannya di depan dada. Anya ngambek, ia merasa di bohongi Light. Anya ingat betul sebelum memaksanya, Light sudah berjanji 'hanya 15 menit'. Tapi, kenyataannya sudah 2 jam berlalu. Dan pintarnya Anya menerima ajakkan Light dengan percuma. Sungguh dari dalam lubuk hati rasanya Anya ingin membuang sahabatnya itu.

Benar-benar menyebalkan, pikir Anya.

"Kamu ikhlas tidak sih nemenin aku?" tanya Light yang agak jengkel saat mendengar gerutuan Anya. Walaupun gerutuan Anya pelan, telinga Light masih normal untuk sekedar mendengarnya.

Detik berikutnya mata Light memicing tajam ke arah Anya. FYI saja, Light sangat muak mendengar Anya yang terus merengek meminta beranjak dari lapangan basket. Padahal Light sudah memberinya banyak jajanan yang sekiranya cukup untuk mengganjal perut. Dan tidak lupa Light juga memberi Anya akses menjelajah handphone-nya sesuka yang Anya mau. Yah, untuk membaca pesan dari penggemarnya tentunya. Sedari tadi Light mencoba sabar meladeni tingkah sahabatnya yang tidak sabaran plus tidak mau diam.

"Apanya yang tidak Ikhlas? Menurut mu, aku disini menemanimu selama 2 jam lebih dengan dipenuhi kebosanan itu termasuk tidak ikhlas? begitu?" Anya membantah ucapan Light.

Thousands Of Pieces Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang