Dia tersenyum padaku

90 49 12
                                    

Dia tersenyum padaku || Kategori : horor story ||

***

Malam itu adalah malam dimana seluruh anggota keluarga berkumpul. Berlokasi di rumah Mbah, dimana di sekitarnya kebanyakan dikelilingi perkebunan yang didalamnya terdapat pepohonan berserta rumput ilalang yang cukup tinggi.

Orang tua kami sibuk dengan obrolan masing-masing. Sementara aku dan saudara-saudariku sedang asik bermain di salah satu kamar. Rumah Mbah berisi 3 kamar. Dan kami memilih bermain di kamar tengah.

"Ayo lompat lebih tinggi!" seru saudari ku kegirangan. Ia tengah melompat di atas kasur. Namanya adalah Sabrina.

"Lihat! Aku yang paling tinggi!" seru saudaraku mem-pamerkan lompatannya. Namanya Ghifari, dia adalah saudaraku yang umurnya satu tahun lebih muda dariku.

"Nanti kepala kamu kepentok atap lho!" balas Sabrina.

"Enggak kok. Tenang aja," jawab Ghifari dengan santai. Sabrina pun hanya bisa mendengus kesal.

Sementara itu, aku—yang juga melakukan Hal sama seperti mereka—terkekeh pelan saat melihat perdebatan kecil itu.

"Eh eh Ara jangan lompat dekat jendela," kata saudara ku—yang lebih tua dari ku—memperingati ku dengan raut wajah yang nampak ketakutan. Namanya adalah Adi.

Aku berhenti sejenak sambil menatap ke arah jendela yang ditutupi gorden. Lalu kembali menatap bingung ke arah Adi.

"Memang kenapa, Kak?" tanya ku.

"Emmm... Nanti takutnya gordennya kebuka," ucap Adi.

"Memang kalau gordennya kebuka kenapa?" tanya ku lagi.

Tidak ada jawaban dari mereka. Mereka hanya saling bertatapan.

"Ara? Memang kamu tidak tahu di sebelah rumah Mbah itu apa?" tanya Sabrina menghampiri ku. Aku menggelengkan kepala.

"Di sebelah, tepatnya di paling belakang itu kuburan, Ara," ucap Ghifari.

"Ouh gitu ya," Aku mengangguk paham.

"Iya, makanya kamu jangan main dekat jendela. Takutnya ada hantu," bisik Adi me-pelankan kalimat 'hantu'.

"Hantu itu apa sih?" tanya ku polos.

"Hantu itu semacam makhluk yang mengerikan," jawab Sabrina.

"Mengerikan bagaimana itu?" tanyaku.

"Emm.. Ya mengerikan deh pokoknya," jawab Sabrina.

"Udahlah kenapa jadi bahas itu. Mending kita sambung main." Ghifari kembali lompat-lompatan di kasur.

Adi tersenyum penuh arti ke arah Ghifari. "Hei... Jangan bilang kamu takut ya Ghifari," goda Adi.

"Memangnya kamu tidak?" tanya Ghifari yang nampak tak suka dengan perkataan Adi.

"Tidak kok," jawab Adi menampilkan wajah sombong sambil melipat tangan di dada.

"Kalau gitu, Ara! Buka gordennya!" seru Ghifari menyuruh ku untuk membuka gorden.

"Jangan!" seru Sabrina. "Kamu gila ya Ghifari?" tanya Sabrina kesal.

"Lagian Kak Adi nantangin," jawab Ghifari tak kalah kesal.

Aku melihat Adi yang sedang tertawa kecil kemudian berkata, "Aku hanya bercanda Ghifari. Aku juga takut kok. Memang siapa sih yang gak takut hantu?"

Sungguh, aku tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Aku pun segera mengambil kesempatan. Selagi mereka masih berbincang, aku malah tertarik untuk melihat apa yang ada di balik gorden. Tangan ku perlahan seolah menuntunku menyentuh gordennya.

"Ara jangan!" seru Adi.

"Tapi, aku penasaran, Kak," rengekku.

"Tapi—,"

"Udah buka aja, Ra. Lagian gak bakal ada apa-apa kok," ucap Ghifari memotong pembicaraan Adi.

"Kamu tahu dari mana?" tanya Sabrina.

"Ya tidak tahu. Tapi, kalian juga penasaran kan, mending kita cari tahu," usul Ghifari.

"Kalau gitu aku gak ikutan deh," ucap Adi langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Aku juga." Sabrina pun turut melakukan persis seperti Adi.

"Kalau gitu, aku buka ya," ucap ku.

Tangan ku mulai memegang ujung gorden. Kemudian...

Srekkk!!!

"Aaaaaaa!!!"

Jeritan dari para saudara-saudariku terdengar saat gorden telah terbuka. Mereka semua berlari ke luar dari kamar. Menyisakan aku yang masih tercengang di depan jendela. Aku berdiri tak melakukan apapun.

Aku bingung dengan apa yang aku lihat menempel di jendela. Dia memakai baju serba putih, mukanya gosong dan dipenuhi banyak ulat beserta darah.

Wajahnya sempat ku kenali sebagai orang yang suka menjahili ku.

"Siapa?" tanya ku.

Tangan ku mulai meraba sekitar jendela. Sampailah dimana mata ku berpapasan dengannya. Aku terkejut saat dia mulai tersenyum padaku. Karena yang lainnya nampak tak kembali ke kamar aku pun segera menutup gorden dan berlari keluar kamar.

Sesampainya di luar kamar, ku dapati para saudara-saudariku menangis.

"Mama... Tadi aku lihat sesuatu yang seram," ucap Sabrina sesenggukan sambil memeluk erat sang Ibu. Wajah Sabrina kian memucat begitu juga dengan Ghifari.

"Ara?! Kamu gak apa-apa?" tanya Adi menghampiri ku dan mengecek seluruh tubuhku.

"Aku gak apa-apa Kak Adi. Tadi, si Teddy kenapa pakai kostum seram ya, Kak?" tanya ku bingung.

Note : Teddy adalah orang dewasa yang sering menjahili ku. Aku tidak tahu kenapa Teddy seperti itu. Padahal aku tidak nakal. Aku juga sering membantu Ibunya berjualan. Entahlah! Yang jelas dia itu sangat menyebalkan.

"Itu Poci Ara! Bukan Teddy!" seru Adi sambil mengguncang kedua bahu ku.

"Masa sih Kak? Kalau itu bukan Teddy, terus kenapa tadi dia senyum sama aku?" tanya ku.

Ku lihat Adi yang mematung seketika. Sampai akhirnya Adi pun pingsan setelah mendengar pertanyaan ku. Orang tua kami sempat heboh dengan apa yang terjadi pada Adi. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Semuanya begitu cepat terjadi.

Dan setelah kejadian itu, aku dapat melihat yang lebih dari sekedar senyuman.

Demikian lah, kisahku. Secuil ingatan tentang dia yang sampai saat ini masih tersimpan sangat jelas. Entah dari ciri-ciri yang ku lihat maupun senyumannya. Sungguh, jika aku bisa memutar waktu, aku tidak ingin membuka gorden itu. Jika bisa juga, rasanya aku ingin ikut berlari seperti saudara-saudariku agar tidak melihat jelas senyuman itu.

TAMAT~

***

Assalamu'alaikum teman-teman

Untuk pertama kalinya aku bawain kisah horor👻

Walau cuma sedikit tapi aku yakin udah bisa membuat bulu kuduk kalian merinding huhu

Jujur gaes, aku gak kuat ngetiknya, tapi, InsyaAllah cerita aku bukan rekayasa.

Kalian tahu kan anak kecil bisa melihat 👻

JADI INI NYATA KISAH AKU:)

BAGI YANG MASIH NUNGGU KELANJUTAN CERITA INTERNAL MEMORIES, HARAP BERSABAR YAA:)

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK, SEE YOU NEXT CHAPTER

SALAM HANGAT, BlackNdut🌹

Thousands Of Pieces Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang