Eternal Memories 2

181 98 19
                                    

Sraakkk

Sebuah buku terlempar jauh hingga tergeletak di sudut pintu kamar. Seorang wanita menatap nyalang seorang gadis di hadapannya.

"Untuk sekedar nilai aja kamu gak mampu. Gimana mau keterima di Universitas yang Ibu mau nanti. Kamu gak belajar ya?!" tudung si wanita sambil berkecak pinggang.

"Belajar kok, Bu...," balas Sang Gadis dengan lirih dan menunduk.

"Kalau belajar kenapa nilai kamu hancur begini? Kamu tuh gak kayak Abang kamu ya? Contoh dong dia! Dia selalu buat Ibu bangga dengan nilainya yang bagus. Kamu kapan?!"

"Maaf, Bu. Aku akan berusaha lagi," jawab gadis itu.

"Halah! Dari dulu omongan kamu itu usaha usaha usaha. Tapi gak ada hasilnya!" setelah mengatakan itu wanita itu lantas pergi meninggalkan sang gadis dalam keadaan diam.

Malam yang hening menjadi tambah hening kalau itu. Bahkan udara dingin pun seakan menyelimuti gadis itu. Sang gadis pun tidak bisa berbuat banyak. Ia dengan perasaan tegar mengambil buku yang dilempar Ibunya. Terdengar helaan napas pasrah darinya. Ia segera memasukkan buku itu ke tasnya. Kemudian Ia berjalan ke arah pintu dan perlahan menutupnya.

Ia merebahkan dirinya ke kasur. Ia pun mencoba menutup matanya sampai akhirnya Ia terlelap. Mungkin tidur jauh lebih baik dari pada bangun tapi, hanya menjadi bahan perbandingan.

***

Keesokkan harinya Sang gadis datang ke sekolah dalam waktu yang sangat mepet. Untung saja dia sempat masuk. Itu semua dikarenakan Sang Ibu yang lebih memilih menghantarkan Abangnya tanpa memperdulikan nya. Sebenarnya bisa saja ia bareng tapi, Ibunya tidak mau dengan alasan kalau dia itu berat dan Ibunya malu membonceng nya.

Akhirnya gadis itu memilih menaiki sepeda miliknya. Meski harus mampir ke tambal ban dulu dan menghabiskan waktu 30 menit untuk menambal ban yang tiba-tiba saja tertancap paku di jalan. Sungguh malang.

Gadis itu mengelap wajahnya yang berkeringat dengan sapu tangan. Sebagian anak-anak kelas X yang berlalu lalang di sekitarnya pun menyapa nya. Gadis itu hanya membalas dengan tersenyum dan terkadang melambaikan tangan. Alih-alih ingin menaiki tangga guna menuju kelasnya yang berada di lantai atas, gadis itu malah berbalik lalu melangkahkan kakinya menuju lapangan basket.

Gadis itu mulai bersembunyi dibalik tembok. Hatinya yang semula merasa tidak tenang seketika damai saat kedua maniknya menatap seseorang di ujung sudut lapangan basket. Orang itu sedang mengobrol bersama teman-temannya.

Sudah dua bulan setelah MPLS terakhir, ia akhirnya dapat memahami kegiatan orang itu. 

Tak lama setelah itu, bell masuk berbunyi. Sang gadis lantas menyudahi apa yang ia lakukan dan kembali menuju kelasnya yang berada di lantai atas kawasan IPS. Ia berjalan tanpa melunturkan senyumannya. Dan tanpa ia sadari, kehadirannya hampir diketahui oleh orang yang ia lihat.

***

Hari ini mata pelajaran sejarah. Di kelas XII IPS 6, kita bisa melihat para murid yang mulai kebosanan dan mungkin sudah pusing saat guru sudah sekitar 15 menit menjelaskan materi tentang perang dingin 1 dan perang dingin 2. Jangan lupakan murid yang meletakkan tangan dan kepala di atas meja, contohnya Faqih. Matanya terlihat sayu. Sedangkan Mahesa yang di sebelahnya diam-diam menyimpan kopi di kolong meja. Bila ada kesempatan Mahesa meminumnya.

Yang lain sibuk mencatat walau ujung-ujungnya ketinggalan karena terlalu cepat.

"Sampai di sini ada yang mau ditanyakan?" pertanyaan legend mulai terdengar setelah guru selesai menjelaskan.

Thousands Of Pieces Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang