AE. Truth

2.7K 240 32
                                    

Riki turun dari motornya. Melepas helm dan berjalan sedikit ke area dimana dulu dirinya sering sekali berkunjung kemari.

Apartemen Dara. Riki pergi kesana hari ini.

Entah pikiran apa yang membuatnya pergi kemari. Ia hanya merindukan gadis itu. Sekarang setiap bertemu, Dara akan selalu menjauh atau pergi dari lingkup yang sama jika ada dirinya disana.

Hal yang membuat Riki semakin merasa bersalah karena setiap bertemu dengannya, mata Dara yang selalu sembab itu berkaca-kaca saat tak sengaja bertemu tatap.

Rasa bersalah akan terus ada, Riki tidak sejahat itu setelah mengetahui kebenarannya dan langsung mengajak Dara berhubungan kembali.

Ia tidak akan melakukan apapun mengenai hubungan mereka. Sudah cukup Dara sakit hati atas apa yang sudah dirinya perbuat. Berbahagia bukan hanya dengan dirinya, Riki yakin Dara bisa lebih bahagia daripada saat mereka masih bersama.

Riki tidak masuk ke dalam gedung apartemen. Ia hanya melihat dari luar, memperhatikan unit Dara yang lampu pada ruangan itu masih bersinar terang.

Riki sangat ingin menjumpai gadis itu. Meredam rindu bukan dia ahlinya. Namun bertemu kembali juga Riki tak mau, Ia tidak mau Dara menangis lagi.

Lamunan Riki pecah ketika seseorang menepuk bahu nya. Ia menoleh kebelakang melihat siapa pelaku yang berdiri di belakangnya.

"Langit?"

Langit tersenyum tipis, Ia menyamakan langkahnya dengan Riki. Juga menatap kearah unit Dara yang menjadi pusat perhatian Riki sebelumnya.

"Aku tau kamu sebenarnya nggak mau udahan sama Addara.

Makanya jangan sejahat itu, Rik." Langit beralih menatap Riki yang sedari tadi juga menatapnya sengit.

"Lo nggak tau apa-apa." ketusnya.

"Aku tau. Addara cerita semuanya. Dia juga nggak mau kamu pergi, tapi dia bisa apa? Rasa cinta dia ke kamu nggak akan bisa nahan kamu buat nggak pergi." balas Langit.

"Lo dekatin dia, kan? Udah pacaran?" tanya Riki.

Langit terkekeh miris, "Masih bisa mikir kayak gitu? Padahal Addara setiap hari nangisin kamu."

"Lama-lama dia juga bakal nyaman sama lo."

"Rasa dia cuma ada di kamu. Nggak segampang itu buat berpaling." jawab Langit.

"Terus lo nggak apa-apa? Cewek yang lo suka nangisin orang lain."

"Bohong kalau aku bilang nggak apa-apa. Kamu juga brengsek sakitin hati orang yang selama ini rela aku jauhin karena aku pikir dia bahagia pacaran sama orang kayak kamu.

Padahal dia sebangga itu punya kamu."

Riki mengangguk-anggukkan kepalanya, "Hati Addara emang cuma buat gue doang."















































"Itu bukan anak aku, Yah..."

Riki berkali-kali mencoba meyakinkan kedua orangtuanya mengenai kebenaran yang Ia peroleh beberapa hari yang lalu.

Riki sudah coba membicarakan ini dengan Esha, namun gadis itu tetap tidak mengakui perbuatannya di belakang Riki.

Sialnya lagi, Ayah dan Bunda Riki juga lebih mempercayai Esha di banding dirinya. Mereka hanya bermindset bahwa disini Riki yang salah dan Esha yang menderita karena masa depan cerah yang sudah menghilang.

"Kamu nggak boleh kayak gitu sama Anakmu, Rik. Kamu nggak mikir perasaan Esha waktu kamu bilang kayak gitu? Hamil nggak gampang, Rik. Nggak kasihan kamu?" Ayahnya menyela.

Mesum | Ni-Ki (ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang