08.

318 29 7
                                    

Tzuyu berjalan lelah masuk ke dalam apartementnya dengan tongkat yang untuk beberapa hari ke depan membantunya berjalan. "Hah..." Tzuyu mendudukkan dirinya ke atas sofa lalu perlahan menaikkan kakinya yang di gips itu ke atas sofa.

Wanita itu berbaring dengan mata menatap kosong ke langit-langit apartementnya. "Kenapa Jihyo susah dihubungi sih?" kesal Tzuyu. Ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Jihyo. "Kenapa masih tidak bisa sih" geruru Tzuyu lalu membuka room chatnya bersama Jihyo.

PARK JIHYO
(💬)

"Jihyo-ya, maafkan aku"
"Aku bisa jelaskan perihal kejadian tadi"
"Dia adalah sekretaris dari investor
baru"
"Saat kamu datang, dia tak sengaja
tersandung karpet dan jatuh di atas ku"
"Sayang, maafkan aku"
"Jangan diami aku"
"Kamu tahukan kalau aku orang nekat?"
"Aku akan mendatangi mu nanti malam"

Setelah mengirimi pesan itu, Tzuyu menghela nafas pelan. "Dia belum membacanya" gumamnya lalu memejamkan mata perlahan. Rasa kantuknya menyerangnya, mungkin efek obat yang dokter berikan padanya.
.

"Eung~" lenguh pelan Tzuyu. Perlahan ia membuka matanya dan melihat sebuah kepala berada di dadanya. Aroma shampoo yang khas membuatnya mudah mengenali siapa orang yang berbaring di atasnya.

"Jihyo?" panggil pelan Tzuyu. Perlahan Tzuyu mengintip ke samping dan benar saja, sang kekasih datang menghampirinya.

Wanita itu tersenyum senang lalu melingkarkan tangannya ke pinggang Jihyo. Tubuh Jihyo sedikit tersentak kaget. Ia perlahan mendongakkan kepalanya guna melihat Tzuyu.

"I'm sorry" lirih Tzuyu dengan mata sedikit berkaca-kaca.

"Aku memaafkan mu dan aku juga minta maaf karena tak mendengar penjelasan mu" ucap Jihyo sambil mengusap pipi Tzuyu. "Tadi aku mendapat rekaman cctv ruangan mu dari Lisa. Aku sudah melihatnya semua. Sekali lagi maafkan aku. Karena aku, kaki mu sampai di gips seperti ini"

"Tak apa. Aku bisa mengatasi ini" balas Tzuyu. "Pindah ke kamar yuk, leher ku tidak nyaman tidur di sofa"

Jihyo bangun dari posisi berbaring lalu mengulurkan tangannya. "Aku akan menuntun mu" Tzuyu menerima uluran tangan Jihyo dan berjalan perlahan dengan bantuan Jihyo.

Saat sampai di kamar, Tzuyu langsung berbaring di atas kasur dan mengangkat perlahan kakinya. "Kemari, aku merindukan mu" ucap Tzuyu sambil menepuk sisi kosong di sebelahnya.

Jihyo segera berbaring di samping Tzuyu. Wanita Chou itu langsung masuk ke pelukan Jihyo dan menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher Jihyo.

"Tidur lagi. Aku akan menemani mu" bisik Jihyo lalu mengecup kilas puncak kepala Tzuyu.

"Kamu tidak akan meninggalkan ku saat tidur, kan?"

"Tidak. Nanti malam aku baru pulang ke dorm. Untuk siang hingga sore nanti, aku akan menemani mu dengan full"

"Thanks, honey" keheningan melanda keduanya. Benar-benar tidak ada suara. Hanya suara deru nafas keduanya yang terdengar samar-samar. "Kaki ku sakit" lirih Tzuyu.

"Kamu tidak diberi obat pereda nyeri?"

"Ada. Tapi aku belum ambil obatnya. Biar Lisa yang ambilkan nanti. Karena obat pengganti dari obat nyeri itu sudah ada di sini"

"Obat pengganti? Paracetamol?" bingung Jihyo.

"Bukan, tapi kamu" pipi Jihyo merona mendengarnya. "Kamu membuatku mengalihkan pikiran dari rasa sakit di kaki ku"

"Hentikkan ucapan mu dan tidur sekarang" suruh Jihyo berusaha tidak terlihat sedang salah tingkah.

"Baiklah. I love you"

That IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang