Maret 2018
"Selamat," Aini mengulurkan tangannya pada Permata yang menjadi ratu di hari ini dengan mengucapkan salam sesingkat mungkin. Meskipun tersenyum, semua orang tahu Aini tidak dapat menutupi nada juteknya yang sudah mendarah daging.
Biasanya ketika seorang teman perempuan memberikan selamat pada teman perempuannya yang menikah, akan terjadi cipika – cipiki dan salam tempel pipi. Ya, mungkin perlu digaris bawahi, ketika seorang teman memberikan selamat. Mungkin hal tersebut tidak berlaku bagi Aini dan Permata. Mereka itu frenemy.
Permata balas tersenyum manis, menutupi kekesalannya pada teman dekatnya ini. "Terima kasih, Bestie,"
Aini membuang muka acuh dan tidak menyalami Aditya, tidak terlalu kentara karena dia sadar sedang berada di panggung dan dapat di tonton oleh semua tamu yang hadir, lalu mengalungkan tangannya pada lengan Pramana dengan lebih erat sebagai sinyal untuk segera turun. Aditya cuek – cuek saja, toh dengan atau tanpa salam dari Aini, acara pernikahannya akan tetap berjalan megah dan indah sebagaimana mestinya. Pramana tersenyum minta maaf berharap di maklumi. Meskipun Aini bertingkah kekanak – kanakan dan jutek, Pramana tetap saja mengakui Aini sangatlah imut dan anggun di saat yang bersamaan. Dasar bucin.
Pramana lalu mengarahkan mereka berdua untuk duduk kembali di meja bagian keluarga. Memang sejak awal acara ini, Aini sudah duduk di sebelah Pramana dengan gaun yang seragam dengan keluarga Ganendra. Hal itu disiapkan khusus oleh Pramana untuk Aini atas permintaan kedua orang tua Pramana juga. Sedekat itulah Aini dengan keluarga Ganendra. Tetapi sebelum mencapai meja yang di maksud, Pramana menyadari keberadaan orang tua Aini dan menghampiri mereka tanpa bisa dicegah oleh Aini.
Aduh. Keluh Aini dalam hati. Aini menutup mata sejenak untuk mempersiapkan mental dan berakting sebaik mungkin sambil berharap orang tuanya juga dapat memainkan perannya dengan baik dan tidak mengundang kecurigaan dari Pramana.
"Selamat malam, Tuan Desmond dan Nyonya Listia," sapa Pramana terlebih dahulu dengan sopan dan hangat. Sedangkan Aini hanya tersenyum kaku di samping Pramana.
Desmond mengangguk singkat sedangkan Listia sempat memperhatikan gaun yang digunakan Aini sama persis dengan gaun keluarga Ganendra lalu membalas sapaan tersebut.
"Selamat malam, Pramana," Mamanya memang yang paling pandai dalam urusan berakting seperti ini.
"Terima kasih sudah datang ke pernikahan Aditya dan Permata, ya, Tuan dan Nyonya Maheswara. Semoga pestanya dapat dinikmati,"
"Tentu saja. Pestanya sangat meriah dan indah. Semua pasti karena campur tangan Nyonya Melati. Seleranya sangat berkualitas tinggi," puji Listia sambil tersenyum palsu.
"Ya, Tante benar sekali. Tante Melati benar – benar mempersiapkan semuanya dengan sepenuh hati karena ini merupakan pernikahan anak satu – satunya. Tante Melati juga sangat menyayangi Permata," balas Pramana dengan rendah hati.
"Selera dekorasinya berkualitas tinggi. Berbanding terbalik sekali, ya, dengan selera menantunya?" Desmond yang sedari tadi diam tiba – tiba berkomentar halus namun pedas.
"Maaf?" Pramana berusaha sesopan mungkin di depan kedua orang tua perempuan yang di cintainya.
Listia tersenyum anggun namun penuh ejekan. "Tidak ada yang sempurna di dunia ini, Pa. Mungkin kita harus sering – sering berkunjung ke kediaman Tuan Alvaro dan Nyonya Melati untuk bertukar pikiran. Jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga, ya, Aini?" Aini yang sedari tadi terdiam tiba – tiba tersentak karena diikut sertakan dalam pembicaraan yang kurang mengenakkan ini.
"Untuk apa bertanya pada Aini, Ma? Selera Aini dalam memilih pasangan sungguh buruk. Satu – satunya kebanggaan kita hanyalah David," lagi, sekalinya berucap kata – kata yang di keluarkan oleh Desmond sangatlah buruk untuk kesehatan hati Aini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aini yang Bersemi Indah
Romance"Aini yang Bersemi Indah" : Pramana & Aini Ganendra Series #2 Aini tumbuh dengan caci maki dari orang tuanya sehingga tidak tahu apa itu kasih sayang. Yang Aini tahu, dia harus membanggakan orang tuanya bagaimanapun caranya. Dia sudah bersahabat lam...