Rumor

27 7 5
                                    

Malam telah berganti menjadi pagi, di kasur yang besar itu terdapat seorang pemuda yang masih bergelut dengan kasurnya

Alarm terus terusan berbunyi nyaring, tapi sepertinya sang pemilik kasur itu tidak tergoda oleh bunyi alarm tersebut

Samar samar terdengar suara ketukan sama teriakan orang di balik pintu itu, sepertinya dia ingin membangunnya pangeran tidur kita

Tok..tok..tok..

"Abang! Kamu masih tidur?"

"Hei bangun! Udah siang! Bunda sama adik sudah menunggumu!"

Ceklek

"Abang?"

"Uhm?"

"Bangun! Ayah hitung sampai tiga, semua fasilitas kamu Ayah sita selama 5 tahun!" Ancam Candra sembari memasang muka tegas

"Lima menit lagi!"

"Satu!"

"Ayah!"

"Dua!"

"Ayah, pliss!"

"Ti–"

"Okey! Abang udah bangun! Jangan dihitung lagi!"

Dengan tergesa gesa Varo berlari ke arah kamar mandi dengan mata setengah tertutup

"Awas di depan ada tembok!"

Dug!

"Aduh!"

"Kan sudah Ayah bilang, udahlah! Cepet mandi, Ayah tunggu di meja makan!"

Setelah itu Candra beranjak pergi dari kamar Varo, sedangkan sang pemilik kamar sedang sibuk meringis dam mengusap usap jidat paripurnanya yang berciuman dengan dinginnya tembok tadi

...

Kini Varo sudah ada di depan gedung sekolahnya, sungguh hari ini Varo sangat malas untuk bersekolah, jika saja tidak dipaksa oleh Ayahny mungkin dia sekarang masih berguling guling di kasur miliknya

"Selamat pagi dunia tipu tipu!" Seru seseorang di belakang Varo

"Anjay, tumben berangkat pagi, Var," goda Queen. Ya, mereka berdua adalah Queen dan Valda, teman sehati, sejati, selup lup. SKIP!

"Pasti dipaksa sama si Ayah Candra, ya, nggak, Queen," celetuk Valda sembari mensikut tangan Queen pelan

"Hahaha, bener, pasti banget nggak sih, ya, mana mungkin seorang Mahardika Alvaro Ghaaizy berangkat sekolah pagi pagi gini," sambung Queen dengan nada usil

"Kalian mending diem deh!" Karna muak dengan bacotan mereka berdua, Varo lebih memilih berjalan menuju kelas tanpa memperdulikan kedua sahabat nggak ada akhlak sama sekali

"Ey! Tungguin dong, main kabur aja," goda Valda

"Iya tuh, gitu amat jadi sahabat," sambung Queen ikut menggoda Varo

Mereka akhirnya berjalan berirama menuju kelas, tapi seperti mereka akan terhambat oleh sesuatu yang terjadi di depan sana

"Ada apa tuh? Kok rama banget?" Tanya Queen saat melihat kumpulan murid murid

"Di depan mading pula, pasti ada sesuatu," lanjut Valda

Tanpa babibu Varo langsung maju membelah lautan siswa/i itu dan berhasil mencapai paling depan

Varo terkejut saat melihat ada foto dirinya dengan Cantika yang berada di Cafe dan depan rumah Cantika

Varo membaca tulisan tulisan yang ada di mading, dia jengkel dengan semua tulisan tulisan jahat yang merujuk pada Cantika

"Sialan"

...

"Hahaha, mampus lu Cantika, enak kan hadiah sayang dari gue?"

"Makanya jangan pernah  bermain main dengan seorang Layla Balqis Verra"

...

Pov. Cantika

Entahlah kenapa saat aku baru masuk ke sekolah ini rasanya sangat aneh, semua orang menatapku dengan penuh jijik

"Masih punya muka dia"

"Bisa bisanya masih bisa nginjekin kakiny ke sini"

Dan masih ada beberapa kata kata yang diterima oleh Cantika

Cantika hanya menganggapnya seerti angin, dia berjalan bisa menuju kelasnya

Tapi, di tengah perjalanan dirinya harus berhenti dikarenakan sosok Varo berdiri depannya

Varo menatap Cantika intens, Cantika yang ditatap seperti itu heran sekaligus risih

"Kenapa? Ada yang salah di muka ku?" Tanya Cantika dengan hati hati

Varo hanya diam dan tak lama kemudian menarik Cantika untuk menjauh dari kerumunan tersebut

Mereka berlari dari lantai 1 ke lantai paling akhir dan berakhir di rooftop

Mereka berdua tengah mengatur napas setelah berlari lari naik tangga dari lantai 1 ke lantai 4

Setelah hampir 1 menit, Varo berjalan menuju arah Cantika, lalu dia memegang pundak Cantika sembari berkata

"Lu ngga apa apa? Lu dikatain sesuatu? Jawab!"

Varo bertanya kepada Cantika sembari menggoyangkan pundak Cantika sedikit kasar

"T-tunggu dulu! Pelan pelan kalau ingin bertanya," ujar Cantika mengingatkan Varo supaya tidak kasar padanya

Varo mengambil napas lalu mengeluarkannya dan berkata lagi, kali ini sedikit lembut, "Mereka ngga ngapa ngapain lu, kan?"

Cantika menggeleng dengan tegas, Varo yang melihat itu bertanya lagi, "Ngatain lu?"

Cantika hanya diam dan menatap sembarang arah, Varo yang melihat Cantika seperti itu menggoyangkan sedikit pundaknya dan membuat Cantika menatap Varo

"Mereka ngatain lu kaya gimana?" Tanya Varo sekali lagi

"E—engga ada!" Elak Cantika

Varo sebenernya sama sekali tidak percaya dengan ucapan Cantika, tapi dia mengalah untuk tidak memaksa Cantika menjawabnya

"S—sebenernya apa yang terjadi? Kenapa mereka semua berkumpul di depan mading? Ada pengumuman, kah?" Tanya Cantika saat keadaan tenng dan hening

Varo menatap Cantika dan langsung memalingkan muka, berjalan menuju pagar pembatas dan mulai mengambil napas lalu membuangnya dengan perlahan, setelah itu membalikkan badannya menghadap Cantika yang sedang menatap dirinya.

"Sepertinya ada yang mengikuti kita kemarin" ujar Varo kepada Cantika

Cantik menatap Varo sembari berujar "Aku juga ngerasa seperti itu, tapi siapa orangnya?"

Varo mengusak rambutnya dengan kasar, "Sementara kita jangan bertemu sebelum gue nemuin pelakunya," Varo berjalan pergi menuju pintu, "Gue berpikir dia yang ngelakuin semua ini, lu paham maksud gue kan?" Setelah itu Varo benar benar pergi dari rooftop

Cantika disitu hanya diam memikirkan apa yang dimaksud oleh Varo

'dia'? 'Dia' siapa? Apakah 'dia' yang setiap hari memberi peringatan untuk jangan mendekati Varo, sepertinya iya

...

Disisi lain

"Mampuskan lu, makanya jangan main main sama gue, Cantika Maharani"

tbc.

VARO & PERJUANGANNYA : DIROMBAK ULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang