Seorang Pria tampak berjalan disebuah koridor yang cukup sepi,hanya ada beberapa prajurit serta pelayan yang berlalu lalang.
Mata yang menatap tajam setajam elang itu menangkap sosok wanita bertubuh mungil yang berjalan kearahnya. "Althan!!" panggil wanita itu menyapa.
Pria yang dipanggil Althan itu berhenti lalu menoleh,padahal tadi rencananya ia ingin pura pura tak tahu keberadaan wanita itu. "Salam kepada Putri Mahkota!!" Althan sedikit menundukkan kepalanya.
Layla menjadi sedikit salah tingkah melihat Althan yang menunduk seperti itu. "Maaf... " cicit wanita yang bertatus sebagai Putri Mahkota itu.
Althan hanya terdiam sambil menelengkan kepalanya,senyum sinis tercetak di bibirnya. Evin yang baru datang menyusul sang Tuan pun langsung mengurungkan niatnya untuk mendekati Tuannya.
Ia memiliki firasat yang buruk.
"Untuk?" tanya Althan tak bisa melepaskan tatapan sinisnya terhadap Layla. Wanita yang beberapa tahun terakhir sempat ia cintai namun ternyata lebih memilih Pangeran Mahkota.
Tak ada lagi tatapan cinta untuk Layla,yang ada... hanya tatapan muak.
Layla tak tahu harus menjawab apa,bibirnya seolah kelu untuk menjelaskan maksud dari permintaan maafnya barusan.
Sementara Althan berdecak sebal, "Tidak jelas!!" ketus Althan meninggalkan Layla yang masih mematung ditempatnya.
Layla menunduk dalam,tangannya terkepal kuat terdengar pula isakan kecil yang lolos di bibirnya. Evin yang bingung dengan apa yang terjadi pun memutuskan untuk menyusul Tuannya saja.
Althan berhenti didepan ruang kerja Raja,kedatangannya disambut oleh dua pengawal yang berjaga didepan pintu.
Tanpa harus bersusah payah berbasa basi,Althan langsung saja melempar dokumen ditangannya itu ke meja kerja sang pemimpin Antasia.
Raja Zeyn tersenyum melihat kedatangan Putra sulungnya. "Althan,Ayah ingin kau meluangkan waktumu sebentar untuk berbincang dengan Ayah,bisa?" ujar Raja bangkit dari tempat duduknya lalu beralih duduk di sofa.
Althan yang sebenarnya ingin segera keluar dari ruangan ini pun urung. "Tentu saja,apapun untuk Yang Mulia!!" balasnya datar lalu duduk di sofa single,berhadapan dengan Ayahnya.
Sekali lagi,Raja Zeyn tersenyum memandangi Putra Sulungnya itu. "Heumm,bagaimana kabarmu Putraku?" tanya Raja berbasa basi.
Althan mengernyit heran,untuk apa Pria didepannya ini menanyakan kabarnya?tidak penting.
"Seperti yang anda lihat,saya masih hidup!!" jawab Althan sekenanya. Ia terlalu malas untuk berbicara dengan Raja yang bisa ia sebut Ayah itu,kecuali untuk masalah pekerjaan.
"Al,jangan terlalu formal mau bagaimanapun aku ini Ayahmu,ada kalanya kita berbicara layaknya bangsawan kepada Rajanya ada pula kalanya kita berbicara sebagai sepasang ayah dan anak!!dan sekarang kita sedang berbicara sebagai ayah dan anak,apakah tak bisa kau melakukannya untuk kali ini saja?!" jelas Raja memelas.
Althan menghela napasnya,begitu muak ia melihat wajah Ayahnya yang seperti itu.
"Jujur,aku sangat terharu kau menganggapku sebagai anakmu... atau lebih tepatnya,mengakui!!" sinis Althan dengan nada sarkasnya.
"Kau bicara apa?daridulu aku adalah Ayahmu dan kau adalah anakku. Tanpa perlu pengakuan,semua orang juga tahu bahwa kau adalah Putraku,Althan!!" kata Raja lagi.
Althan tertawa hambar, "Aku?Putramu?bukankah Putramu itu hanya Oliver,Putra Mahkota Antasia yang begitu disayangi Yang Mulia Raja Zeyn dan rakyatnya!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity [HIATUS]
Ngẫu nhiênEntah dosa besar apa yang dilakukan Livia hingga membuatnya bisa terdampar di tubuh seorang figuran dalam novel yang sempat ia baca sebelum dirinya tiada. Livia adalah seorang mahasiswi fakultas kedokteran,seharusnya bulan depan ia akan merayakan ke...