12. Rumah Kita

1.2K 144 4
                                    

Annelise berjalan cepat tanpa menghiraukan sapaan para pelayan maupun prajurit yang lewat,setelah berhasil masuk dan mengunci pintu kamarnya,Annelise segera duduk di meja rias dan kembali membuka buku bersampul hijau tua yang menyembunyikan buku harian Annelise selama ini.

Jujur ia masih penasaran,untuk apa Annelise menyembunyikan diary nya di perpustakaan bahkan sampai menaruhnya didalam buku yang sepertinya sengaja ia lubangi.

Ah berhenti memikirkan itu dulu,Annelise kini lebih memilih untuk kembali melanjutkan acara membaca buku harian Annelise yang sempat tertunda tadi.

Tangannya dengan cepat membuka halaman demi halaman diary,mencari halaman yang belum ia selesaikan tadi dalam membaca karena kehadiran Anthony.

"Semua hancur,hal yang membuatku kaget adalah ketika Kak Althan berkata bahwa dia mencintaiku. Terlebih ia menyatakannya saat sudah resmi menyandang gelar Duke,aku tak tahu harus apa karena aku mencintai Kak Oliver bukan Kak Althan. Aku takut kalau dia menganggap aku memilih Kak Oliver karena kedudukan!!"
-Annelise Callista

Annelise hampir tersedak air liurnya sendiri,apa apaan ini?ini jelas jelas bukan seperti yang ada di novel.

Annelise mencintai Duke Althan dan bukan Pangeran Mahkota Oliver,itu adalah kata kata yang perlu digaris bawahi menurut alur asli novel dan tidak ada sejarahnya Althan mencintai Annelise.

"Dan kalau Annelise tahu kalau Althan mencintainya,seharusnya saat dewasa dia tahu dong kalau cintanya pada Althan itu tidak sepihak?apa karna amnesia yang dibilang Anthony itu?" gumam Annelise berpikir keras.

Ini sungguh diluar nalar,masa lalu setiap tokoh sangatlah sulit ditebak bahkan masa lalu Annelise sendiri yang tergolong sebagai figuran. Sebenarnya dia ini benar benar masuk novel unconditionally gak sih?

"Satu satunya orang yang bisa menjawab pertanyaanku adalah Althan,untuk Anthony... dia sepertinya tertutup dalam hal ini. Oliver?tidak mungkin!!" ujar Annelise makin pusing.

Benar,satu satunya orang yang bisa menjawab perlahan tentang masa lalu yang begitu rumit ini hanya Althan. Pria itu... setidaknya ia bisa menggunakan dalih kedekatan masa lalu mereka.

Annelise menggeleng pelan mengusir sejenak pikirannya yang berencana untuk menggali informasi pada Althan,ia kemudian meneruskan kegiatan membaca buku harian Annelise.

"Coba tebak apa yang terjadi hari ini?aaa aku sangat bahagia,pangeran mahkota Oliver men—

Annelise mengernyit heran, "Hah?sobek?" gumam Annelise mengusap lembaran yang sobek dengan bercak noda warna merah gelap yang sudah pudar menjadi kecoklatan itu.

"Tunggu... " Annelise meraih sesuatu yang ada di laci meja riasnya,sebuah sobekan kain yang beberapa hari lalu ia temukan dengan kalung indah yang berada di bawah kolong nakas.

"Ini... sama?apakah ini darah?baunya masih sedikit membekas dan anyir." ucap Annelise membandingkan,dua noda bercak yang tertanggal dalam dua benda yang sama sama sobek tersebut memanglah sama.

"Apa ini saling berkaitan?ini semakin membuatku penasaran!!" kata Annelise mengusap usap dagunya sambil memandang kedua benda yang berada dimeja tersebut.

Terdengar pintu kamarnya diketuk beberapa kali disusul suara seseorang yang memanggil manggil namanya. Dengan segera ia menyembunyikan benda benda milik Annelise asli ke laci dan tak lupa menguncinya.

Ia bersikap normal seolah tak terjadi apa apa,setelah pintu terbuka matanya disuguhkan dengan sosok prajurit yang menunduk hormat kearahnya.

"Salam untuk Lady Annelise,anda ditunggu Tuan Duke di ruang kerjanya." lapor sang Prajurit dengan segan.

Opportunity [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang