First

56 2 0
                                    


Lala

Aku tidak menyangka hari ini aku akan mulai bekerja di tempat baru, aku berharap ini tidak terlalu buruk . Kadang aku bingung kenapa aku bisa di terima di kantor yang menurutku jauh lebih besar dari kantorku yang lama, ah aku lupa ini semua berkat Bella . Seperti layaknya anak baru aku pun sempat bingung saat pertama kali masuk ke halaman gedung ini, bahkan aku harus melihat tanda atau semacam petunjuk dimana tempat parkir karyawan . Kulihat kembali penampilanku di kaca, tidak terlalu buruk . Sengaja aku tidak ingin memakai riasan terlalu tebal, karena tidak nyaman saja . Aku juga lebih memilih memakai celana daripada memakai rok, sebenarnya tidak pede juga karena aku merasa pendek . Setelah selesai mengecek penampilan, aku pun memakai sepatu . Dari dulu aku selalu memakai sendal saat berangkat dan baru memakainya saat di dalam kantor, tapi berhubung aku masih baru disini jadi aku tidak berani melakukan itu .

"Hai Laaa"

Kulihat Bella baru saja keluar dari mobilnya juga, dia nampak heboh saat melihatku .

"Akhirnya kita sekantor juga, ntar yaa nanti aku ajak keliling keliling gedung kantor . Aku kenalin ke semuanya"

Aku agak kaget, kenapa juga aku harus di kenalkan ke semua orang di kantor ini . Tapi ya sudahlah terserah dia saja, lalu aku berjalan masuk dengan dia . Dari parkiran aku harus naik lift ke lantai 3, karena disanalah ruangan kerjaku . Bella baik hati mengantarku, dia menyapa setiap orang yang dia temui dan aku yang hanya bisa menganggukkan kepala .

"Pagi temen temen, ini Lala yang gantiin bu Sofia ya . Sesuai request kalian, lebih muda . Lala ini udah berpengalaman selama 6tahun di bidangnya, jadi jangan karena masih muda jadi bisa di remehin ya " .

Aku melihat di ruanganku itu ada beberapa orang yang sedang duduk di depan komputer masing masing menoleh saat Bella masuk, mereka nampak ada yang menggoda bertanya apa aku sudah punya pacar atau belum . Sepertinya tempat ini cukup nyaman, karena lebih bnyak lelaki daripada wanitanya .

"La, sini deh kita lagi mau ngobrolin soal program kita . Kamu langsung gabung aja gak papa ya."

"Oke gak papa " . Aku lalu bergabung dengan mereka, membahas tentang lokasi dimana kita akan mengadakan semacam bazar agar produk keuangan kita bisa lebih mudah di akses oleh segala kalangan .

"Boleh juga sih tapi apa gak lebih efisien kalo kita ngobrol sm team marketingnya langsung? Kita cari tau dulu nih kendala mereka, apa yang membuat mereka agak susah naik performa di bulan kemarin . Soalnya di tempat kerjaku dulu aku prnah ngadain seperti ini tapi persentase kesuksesannya ga smpe 50%, sayang dananya".

Mereka mengangguk tanda setuju, lalu mulai merencanakan untuk meeting di hari itu juga . Kami berencana untuk bertemu dengan devisi lain, dan sepertinya akan di hadiri juga dengan kepala bagian devisi .

•••••••••••••••

Siang ini kami berkumpul dan membahas beberapa point penting untuk program baru yang akan di laksanakan, tapi aku merasa program ini tidak terlalu penting . Aku gemas sekali pada pria yang sedang berbiacara tanpa tahu bagaimana kondisi di lapangan, dia hanya bisa memberi saran dan masukan saja .

"Pak mohon maaf, boleh saya memberi masukan juga ". Aku mengangkat tanganku sekedar untuk sopan santun . Lalu dia hanya menatapku, ya kuanggap itu sebuah persetujuan .

"Sebenarnya program seperti ini sangatlah tidak efisien pak, selain buang buang dana percuma ya pasti tidak akan sukses 100% . Saya sudah ngobrol juga sama anak anak marketing, mereka juga mengatakan demikian . Lebih efisien lagi kalau kita menggunakan hadiah sebagai penarik customer, jadi su...."

"Jadi apa? Kamu fikir kamu siapa berhak menentukan ini layak atau tidak? Saya juga sudah mempertimbangkan ini dengan yang lain, semua sudah setuju . Kita tidak bisa seenaknya membatalkan sepihak hanya karena pendapat kamu, kita bisa di bilang tidak profesional" .

DREAMERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang