SURPRISE..???

23 1 0
                                    

Lala

Bangun tidur di hari Minggu, aku ingat kalau hari ini ada janji bertemu dengan teman lamaku yang tinggal disini bersama istrinya . Kami sepakat bertemu hari ini untuk makan siang bersama, sekalian membawakan mereka hadiah karena saat mereka menikah aku berhalangan hadir . Pertemuan kami semalam memang tidak di rencanakan karena saat aku belanja di minimarket tiba tiba aku bertemu mereka, kami tidak punya waktu untuk berbincang lama jadi kuputuskan untuk bertemu hari ini .
Sebenarnya aku bingung ingin membawakan mereka apa, peralatan rumah tangga atau apa yang harus ku bawa?
Saat sedang berada di sebuah toko peralatan rumah tangga aku tidak sengaja bertemu dengan Ardhan bersama seorang wanita, itu bukan Sherly . Wah sungguh buaya darat . Jangan sampai dia melihatku, sebisa mungkin aku menjauh dari mereka . Mencari lorong lorong yang sekiranya tidak akan mereka datangi, lagipula untuk apa mereka melihat lihat piring? Apa mereka sudah menikah? Atau hanya tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan? Entahlah aku tidak habis pikir dengan pria satu itu, gara gara dia aku sampai tidak fokus berbelanja .

Praaaangggg

Aku tidak sengaja menjatuhkan beberapa piring berbahan plastik, sampai membuat beberapa pengunjung menoleh kepadaku . Betapa malunya aku, rasanya seperti pencuri saja di lihat banyak orang .

"Lala? Kamu ngapain di sini?"
Tiba tiba Ardhan sudah ada di sampingku, entah dia tahu darimana aku ada di sini .

"Mau beli piring, kenapa?"

"Saya bukannya tidak tahu ya, daritadi kamu ngelihatin saya kan ? Kamu jangan berfikiran tidak tidak tentang saya "

Dih ! Siapa juga yang peduli dia mau jalan dengan siapapun, pergi sana . Aku malas berdekatan orang ini, membuat emosi saja . Bahkan untuk mengeluarkan kata pun aku malas .

"Aku gak peduli kamu jalan sama siapa aja, toh aku juga gak kenal . "

"Gak kenal bukan berarti kamu gak bakal bilang ke orang kantor kan?" Ucapnya tanpa tahu diri .

"Siapa sih kamu sampe aku harus nyebarin berita tentang kamu? Pergi sana, pacarmu nungguin . Jangan ganggu, aku mau belanja" .

Belum sempat Ardhan membalas ucapanku tiba tiba ada wanita datang menghampiri kami .

"Dhan? Kamu gak lagi jalan sama Aria kan? Tadi aku sempat ketemu dia di depan".

Seketika muka Ardhan berubah agak tegang, tapi itu tidak berlangsung lama . Tiba tiba saja di merangkulku sambil tersenyum .

"Mbak ketemu Aria? Aku gak tau, aku kesini nemenin pacarku belanja . Ya kan sayang?" . Ingin sekali ku tampar mukanya dengan keras, kenapa jadi aku yang di sebut sebagai pacarnya? Aria? Siapa dia? Wanita tadi?

Aku yang masih bengong karena terkejut dengan ucapannya cuma bisa tersenyum kecut sambil melihat ekspresi wajahnya yang sok baik itu, sejak kapan aku jadi pacarnya . Ogah !

"Bener kamu pacarnya Ardhan? Bukan baru ketemu sekarang kan? ".

"Bener mbak, udah jangan bikin pacarku kaget gitu . Kalo mbak gak percaya dateng aja ke kantorku, dia sekantor sama aku kok . Hendra juga tau " . Ucapnya tanpa rasa berdosa .

Karena aku sudah bingung harus menjawab apa akhirnya aku cuma bisa berkata iya iya saja sambil mengangguk, seperti manusia bodoh . Untung saja wanita yang mungkin kakaknya Ardhan ini segera pergi, aku sudah tidak kuat lama lama acting .

"Maksud kamu apa ya? Kita tuh gak deket, kamu cuma atasanku di kantor . Di luar itu kamu bukan siapa siapa, jadi jangan macem macem sama aku".

"Please, bantuin aku La . Aku tau sikapku di kantor gak baik sama kamu, tapi kali ini saja kamu tolongin aku . Rahasiain ini juga dari orang kantor " .

Aku iyakan saja agar cepat selesai, biar dia juga segera pergi dari hadapanku . Masih banyak yang harus aku lakukan hari ini . Dia masih berdiri di situ saat aku beranjak pergi, entah apa yang dia pikirkan . Lagipula apa salahnya jika dia jujur tentang wanita tadi? Apa jangan jangan dia orang kriminal? Atau dia teroris? Tapi dia cantik, rasa rasanya tidak mungkin . Ah sudahlah, hidupku sudah cukup rumit dengan urusanku sendiri .

Setelah membayar belanjaan, aku kembali ke mobil dan segera bersiap pergi ke tempat dimana aku janjian dengan temanku . Tepat saat aku baru masuk mobil tiba tiba Ardhan masuk dan duduk di sebelah kemudi .

"Apa apaan? Ngapain ikut masuk ke mobilku? Kamu kesini tadi gak mungkin jalan kaki kan?"

"La, diem dulu ya . Aku mau ngomong sebentar, kamu dengerin dulu ."

"Ok"

"Tadi kakak aku hampir nemuin aku sama Aria jalan bareng, dan itu adalah masalah besar . Aria itu dulu temen kakakku, tapi di belakang kakak aku sama Aria jalin hubungan . Kakak gak setuju karena usia kita berbeda jauh, dan akhirnya Aria menikah dengan pria lain pilihan orang tuanya . Tapi Aria gak bahagia, hidupnya terlalu di kekang . Dia mencariku dan kami melanjutkan hubungan, karena aku juga sudah dewasa . Aku ingin tetap bersama Aria, begitu juga sebaliknya . Aria gak bisa segampang itu meminta cerai karena ada nama baik dari dua keluarga besar yang harus mereka jaga, makannya kami hanya bisa berhubungan dengan sembunyi sembunyi seperti ini . Tapi aku tau karakter kakakku, dia gak mudah percaya . Karena aku tadi sudah bilang bahwa kamu pacarku pasti dia akan benar benar cari tau, jadi aku minta tolong sama kamu buat pura pura pacaran sama aku . Cuma buat nutupin hubungan aku sama Aria, aku janji ini cuma sebentar gak akan lama . Sampai kecurigaan kakakku berkurang, tapi di kantor pun kita juga harus berpura pura pacaran . Karena kakakku kenal dengan beberapa orang kantor, pasti tempat pertama yang akan ia datangi adalah kantor".

Aku melongo tidak bisa mencerna apa yang dia katakan, berpura pura jadi pacarnya? Apa dia sudah gila?

"Kamu udah gila apa gimana sih? Lagian mana ada orang percaya kita pacaran, gak usah ngaco." Ucapku ketus .

"Yang penting kamu setuju dulu untuk pura pura pacaran sama aku, perkara orang kantor percaya atau enggak itu bukan urusan kita . Please, La . Cuma kamu yang bisa nolong aku, kita cuma pura pura pacaran di kantor aja . Selebihnya kamu bisa jalanin hidup kamu seperti biasa" .

"Apa untungnya aku bantu kamu?"

"Anggap saja kamu kerja sama aku, dan setiap bulan kamu akan dapat gaji . Kamu mau berapa?"

"Oke .. let me think . Gini aja, kamu bayarin cicilan mobil sama kostku . Mobil perbulan 3juta sama kostku 1juta, gimana?"

"Cuma itu aja?"

"Ya, aku kan cuma pura pura jadi pacar kamu di kantor . Gak susah, tinggal bilang iya aja kalau di tanya orang kantor . Kenapa aku harus meminta bayaran lebih?"

"Deal . Kalo kamu mau lebih dari itupun bakal aku kasih, kamu tinggal minta . Sekarang boleh kan kita mulai pura puranya? Kamu anter aku ke aprtemen dulu ya, sepertinya kakakku masih di sekitar sini dan bakal ngikutin aku "

Batal sudah acara pertemuanku dengan teman teman lama, karena si Ardhan ini . Tapi lumayan lah, bulan ini cicilan mobil dan kost ku aman . Cuma pura pura ini, gak rugi juga tampang dia cakep kok . Akhirnya setelah perdebatan cukup sengit itu aku mengantarnya . Dia menyuruhku untuk masuk terlebih dahulu, hitung hitung agar aku tidak terlalu kaku saat nanti tiba saatnya orang kantor tau . Apartemen nya bagus juga, minimalis tapi juga terlihat mewah .

"Kamu mau minum apa?"

"Kopi boleh" sengaja aku meminta kopi karena dia nampak sedang membuat kopi dan aromanya menyebar ke seluruh ruangan .

"Kamu suka kopi?"

"Lumayan, tapi aku tidak terlalu suka kopi pahit ."

"Pake creamer atau gula?"

"Pake gula dikit aja"

"Oke .. aku buatin dulu"

Mataku menyapu setiap sudut ruangan ini, benar benar khas pria . Semua serba abu abu . Sebenarnya tempat ini bisa juga di tinggali lebih dari satu orang, terlalu sepi jika sendiri disini . Aku tidak tau apakah aku sedang bernasib baik atau buruk, tapi untuk saat ini aku anggap ini adalah nasib baik saja . Beruntung sekali aku hari ini bisa melihat ruang tamu seperti yang ada di pinterest, serasa aku sedang ada di sebuah drama . Aku tertawa dalam hati merutuki kebodohanku sendiri, kulihat di sudut sana Ardhan tengah membuat kopi untukku juga . Kopi tanda setuju untuk berpura pura, anggap saja begitu .

DREAMERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang