Sudah di maafkan..

14 0 0
                                        

Lala

Setelah sepakat dengan perjanjian gila, akupun pulang kerumah orangtuaku . Ardhan begitu fasih berbicara pada orang tua dan juga keluargaku, siapa yang tidak ingin menantu seperti Ardhan?
Mungkin orang yang tidak tau akan bilang bahwa aku sangat beruntung, padahal semua ini hanya omong kosong belaka . Di luar, kami memang terlihat seperti pasangan dewasa yang sudah siap menikah . Pembawaan Ardhan yang tenang dan dewasa seolah olah menerima setiap tingkah kekanak kanakanku, kami terlihat sangat serasi .
Bahkan tadi aku sempat curi dengar tanteku bertanya berapa usia Ardhan, dan dia menjawab dengan jawaban yang manis sekali .

"Saya 35tahun tante, pas lah untuk Lala yang 27tahun . Pokoknya tinggal di iyain aja semua beres, ngalah aja lah kalo sama dia"

Ngalah katanya, apa dia lupa pernah membentakku . Oh aku lupa dia sudah minta maaf, dan kedatangannya kesini sudah lebih dari cukup untuk menebus kesalahannya .
Sebenarnya aku sedikit tidak enak dengan Ardhan, baru sekali datang kesini keluargaku langsung mengajak dia kerumah saudara ya walaupun tujuannya untuk menengok sepupuku yang baru lahiran . Tapi aku yakin sekali itu hanya alasan ibuku saja .

Untung saja Ardhan kesini membawa mobilnya yang besar, kalau dia bawa mobil kecil mau di taruh mana pakde budheku ini ?

"Tolong taruhkan di laci sayang"

Ini si Ardhan beneran harus sekarang banget actingnya, dari tadi panggil sayang sayang terus di depan keluargaku . Ia menyuruhku untuk menaruh pocketnya di laci mobil, padahal kan bisa dia selipkan di sebelah tempat duduknya seperti biasa . Dasar, sok romantis .
Saat sedang perjalanan kami berhenti di minimarket sebentar untuk membeli sesuatu, hanya aku dan ibu yang turun . Lalu Ardhan ikut turun memanggilku dan memberikan dompetnya padaku .

"Buat apa? Gak usah aku bisa pake uangku sendiri "

"Hey kamu gak lupa kan, biaya hidup kamu aku yang tanggung"

"Tapi kita kan belum nikah ?"

"Kuanggap sudah, karena orangtuamu sudah menerima lamaranku . Udah pake aja, ada cash kok . Nanti aku kasih tau pin debitku kalo kita udah nikah biar kamu bisa pake"

Aku tidak mau berdebat lagi, takut keluargaku berfikir yang tidak tidak . Yasudah ku bawa saja dompetnya .

"Kok bawa dompetnya Ardhan? Suruh bayar pake itu ta?"

"Iya buk, biasanya emang gitu . Tapi kan ini bukan buat aku jadi tadinya aku mau pake uangku sendiri, tapi malah di kejar sama dia"

Saat membayar aku kaget juga ternyata dia sudah menyiapkan cash cukup banyak, tidak seperti biasanya yang lebih sering pakai kartu .

Setelah perjalanan cukup lama akhirnya kami sampai di rumah sepupuku,benar saja ada om tanteku yang lain juga disini . Persis dugaanku, ibuk pasti bilang kalau kesini dengan calon menantunya .

"Loh, tante ikut juga . Oh sama om ya?"

Begitu kira" tanteku memanggilku, untuk membiasakan cucunya memanggilku tante . Dan om yang di maksud adalah Ardhan . Entah dia dingin atau apa tiba tiba saja dia mendekat padaku .

"Kenapa? Dingin?"

"Dingin . Tapi ini aku beneran bakal di ajakin keliling ke seluruh keluargamu ya?"

"Udah mulai gak pede atau gimana?"

"Gak gitu sayang, cuma capek aja kenalan dan di tanya tanya lagi "

"Dih sayang, apaan? Gak usah manggil sayang lagi ya" ucapku dengan nada ketus .

"Heh, kamu harusnya makasih loh sama aku . Tuh liat mereka lagi ngeliatin kita dari tadi, bahagia banget kayaknya "

Tak kusadari ternyata sedari tadi tingkahku dan Ardhan di lihat oleh keluargaku, malu sih tapi yasudahlah . Toh mereka taunya aku akan menikah dengan Ardhan .

DREAMERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang