Bab 2 - Senja Yang Bangkit

324 40 5
                                    

Langit senja mulai menampakkan diri di ufuknya, menyinari indahnya jalanan kota yang padat oleh kendaraan sore ini. Seperti halnya yang lain, pemuda Taurus ikut serta memenuhi jalanan kota dengan motor kesayanganya. Memecah kemacetan jalan utama Kota Bandung diiringi dengan senandung kecil mengikuti alunan musik yang ia dengar melalui earphonenya.

Sudah menjadi rutinitas saat ia melewati jalanan macet, baginya, menikmati perjalanan adalah hal yang paling indah. Dago adalah saksi bisu selama ini, jika bisa bersuara, Dago akan menceritakan semuanya tentang kehidupan pemuda ini. Terlebih lagi tentang kisah cintanya.

Mari kita lupakan masa lalu pilu yang sudah Bara alami. Kita lihat bagaimana keadaan Bara sekarang.

Sudah terhitung satu tahun dari kejadian lampau. Kini, Bara bekerja sebagai photograper disalah satu studio ternama di Kota Bandung. Keahliannya dalam memotret, banyak yang menjulukinya sebagai master dalam mengambil gambar. Karena memang sepandai itu Bara dalam hal mengambil sebuah foto. Jangan heran, pendapatannya pun dari bekerja sebagai karyawan di studio ini, cukup untuk biaya hidupnya sendiri.

Orang tua Bara pindah, tidak di Bandung lagi. Bukan tanpa alasan, sang ayah harus di pindah tugaskan ke luar negeri. Mengaharuskan ayah dan ibunya pindah kesana. Awalnya Bara di tawari untuk ikut serta pindah. Namun Bara menolak. Akhirnya Bara tinggal seorang diri di rumahnya. Katanya, hidup sendiri bisa membuat dirinya menjadi mandiri. Toh Bara sudah dewasa sekarang, sudah paham mana yang baik mana yang buruk.

Untuk sekedar informasi, Bara ini anak tunggal. Jadi ia hidup sendiri di rumah orang tuanya yang ia tempati dari kecil hingga sekarang.

"Mana ya? Perasaan tadi disimpan di saku yang ini." Gumamnya pelan dengan tangan yang masih merogoh tas ranselnya. Kerutan di keningnya terpatri. Ah, dirinya sudah lelah tapi ada saja hal diluar dugaannya. Seperti harus menemukan kunci rumah.

"Akhirnya!" Bibirnya tersungging kala jemarinya menemukan barang yang ia cari. Membuka pintunya yang terkunci dengan helaan nafas lega.

Bara masuk kedalam, membersihkan dirinya lalu mengecek bahan makanan apa saja yang ada di lemari pendingin.

"Hmm, bosan makan itu terus." Bibirnya sedikit mengerucut. Ia bosan harus memakan makanan yang ada di kulkas. Tapi ia kelaparan sekarang.

Ting!

Bara meraih benda pipih nan canggih itu. Membaca pesan yang baru saja masuk. Baiklah, sekarang Bara harus bersiap untuk segera menemui teman-teman satu tongkrongannya. Hitung-hitung sekalian makan, jadi Bara tidak perlu repot memasak nanti malam.

Dompet, kunci motor, kunci rumah, jaket serta ponsel. Bara bergumam kecil mengabsen barang yang perlu ia bawa. Lengkap semua, ia segera meninggalkan rumah untuk bertemu dengan teman-temannya.


••••

"Tuh budak na datang, kadieu Bar."* Panggil Zaki yang matanya setajam elang menatap Bara yang baru saja memarkirkan motornya. Padahal jarak dari parkiran ke tempat duduk yang ditempati Zaki, Marvel dan Jemian itu jauh. *(tuh anaknya dateng, sini Bar.)

Bara berjalan mendekat ke ketiga temannya. Bukan sekedar teman biasa, temannya ini bisa dibilang teman satu perjuangan dengannya. Mereka juga hafal bagaimana kisah percintaan Bara. Bahkan ibunya Bara sudah menganggap ke empat teman anaknya ini sebagai anaknya juga.

"Ti jam sabaraha didieu?"* Bara duduk di sebelah Marvel yang sedang memainkan gitarnya. Terdengar suara Marvel yang menyanyikan lagu yang menyinggung tentang mantan. Bara memutar bola matanya malas. *(dari jam berapa disini?)

Bandung Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang