"Publish pagi-pagi biar kalian semangat. Buat bab ini mungkin sedikit membosankan. Tapi ya gimana lagi, itu yang ada di otak buat dijadiin alur cerita. Vote nya tolong di klik ya, biar semangat nulis lanjutin ceritanya." — Oxy.
Malam ini seharusnya jadwal Bara nongkrong bersama temannya. Tapi ia urungkan, karena ia harus menyiapkan cara untuk menembak Kalangga. Bukan menembak dalam artian kejahatan, bukan. Jika dilihat dari bahasa gaulnya adalah confess. Mengutarakan perasaannya kepada seseorang yang sudah sejak lama mencuri perhatiannya.
Begitu sampai di rumah, Bara langsung menghubungi Marvel. Tidak mengiriminya pesan lagi, tapi Bara langsung menelfon Marvel untuk segera ke rumahnya. Sebelumnya Bara sudah memberi kabar kepada Zaki dan Jemian, ada sedikit pekerjaan yang harus di selesaikan di studionya. Tentu dengan meminta bantuan Marvel. Padahal bukan itu alasannya, Bara akan bertanya kepada Marvel dari A sampai Z untuk segalanya. Ia harus menyiapkan sebaik mungkin, agar Kalangga percaya dan terpikat tentunya. Percaya bahwa Bara dengan bersungguh-sungguh ingin berpacaran dengan Kalangga.
Disinilah sekarang, Bara duduk di kursi kerjanya di studio. Menunggu Marvel datang, ditemani dengan secangkir kopi instan yang ia buat beberapa menit yang lalu. Pintu studio terbuka, menampilkan sosok yang ia tunggu. Marvel tiba dengan satu kantong plastik berwarna putih.
"Aya naon Bar? Ada kerjaan?" Marvel duduk di kursinya lalu membuka bungkusan yang ia bawa.
"Urang mau cerita sama maneh, tentang Kala. Bukan kerjaan, itu mah alasan biar si Zaki sama si Jemi percaya. Urang butuh saran dari maneh." Jelas Bara.
Marvel yang mendengar ucapan Bara mengangguk paham. Ia mengambil satu potong martabak manis yang dibawanya barusan, memakan martabak itu dengan santai.
"Ceritain dulu gimana kronologisnya, alasannya kenapa maneh sekarang bener-bener pengen sama Kalangga." Marvel mengunyah martabaknya, siap mendengarkan ucapan Bara.
"Jadi gini, hari tadi urang nganter Kala buat belanja keperluan galerinya. Dari pagi lah sampe sore, terus urang ajak dia makan juga. Pas makan, urang nanya sama dia. Ya nanya standar lah, tipenya dia kaya gimana, terus kalo misalkan punya hubungan mau yang kaya gimana. Dia juga jawab semuanya. Satu pertanyaan yang urang takutin atas trauma urang, ditanyain ke dia. Masalah perselingkuhan, urang tanya apa yang bakal dia lakuin kalo semisal pasangannya selingkuh. Tapi dia malah balik nanya ke urang. Pertanyaan yang sama. Urang jawab tinggalin aja, toh ga bakal bener kalopun di terusin hubungannya. Menurut pengalaman urang aja jawabnya. Dia jawab, nah dia juga bakal ngelakuin hal yang sama. Buat apa mempertahankan hubungan kalo emang udah ga sehat. Intinya gitu lah dia jawabnya. Terus sorenya urang anter dia ke rumahnya, Papanya ada disana. Nyuruh urang mampir dulu, ngajak ngobrol lah. Pas urang di tinggal sama Kala otomatis urang berduaan sama Papanya, disitu Papanya nanya sama urang." Penjelasan Bara yang panjang kali lebar tersebut di dengarkan dengan seksama oleh Marvel.
"Nanya apa Papanya? Nanya hubungan maneh sama anaknya apaan?" Tebak Marvel. Bara terkejut mendengar pertanyaan Marvel. Kenapa Marvel tau apa yang ditanyakan Papa Cakra padanya.
"Kenapa maneh tau Papanya nanya gitu?" Dengan polosnya Bara menanyakan hal tersebut.
Marvel memutar bola matanya malas. Ini, ini adalah salah bukti bahwa Bara sudah terlalu lama menyendiri dan bergelung bersama rasa traumanya.
"Semuanya juga tau kalo itu pertanyaan yang bakal ditanyain pas anaknya deket sama seseorang. Maneh kelamaan sendiri Bar." Jelas Marvel. Benar, Bara terlalu lama sendiri. Jadi ia kurang paham maksud dari pertanyaan Papa Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung Dan Kamu
RomancePerjalanan Bara dalam menemukan cinta yang sesungguhnya. Hingga bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya pada sosok tersebut. Karena bagi Bara, semua akan indah pada waktunya. "Kenapa kamu milih aku buat jadi pacar kamu...