Seperti janjinya kemarin, Bara menjemput Kalangga di rumahnya. Hari ini ia akan menemani Kalangga membeli beberapa perlengkapan untuk galerinya. Karena pikir Bara barang yang sudah di beli akan dibawa langsung, jadi ia memutuskan untuk membawa mobil. Begitu tiba di rumah Kalangga, Bara dibuat mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa pake mobil ih? Kan habis beli ga akan langsung dibawa. Udah biasa di kirim ke galeri." Ucap Kalangga saat mengetahui Bara membawa mobil. Sembari tertawa karena gemas melihat Bara yang mengerucutkan bibirnya. Sosok yang ia kira akan gagah, seketika bersikap lucu karena ulahnya sendiri.
"Kamu ga bilang kalo cuma beli aja ga langsung dibawa barangnya."
"Kamu nanya ga sama aku? Hahahaha. Ya udah gapapa, mau pake mobil aja atau mau pake motor?"
"Salah Bara sih ga nanya dulu. Pake mobil aja yuk, nanggung udah pake mobil masa bolak-balik."
"Ayo atuh berangkat sekarang. Bentar Bara mau pamitan dulu sama Mama Papa kamu." Saat Bara ingin melangkahkan kakinya, lengannya di tahan oleh Kalangga.
"Mama Papa lagi pergi ke undangan, jadi ga ada siapa-siapa."
"Oh gitu, ya udah atuh ayo berangkat."
Keduanya memasuki mobil, mulai melajukan mobilnya ke tempat dimana biasa Kalangga membeli perlengkapan melukisnya. Selama perjalanan Bara tidak berhenti untuk membuat Kalangga tertawa. Semuanya Bara bahas. Hingga masuk ke pertanyaan yang sedikit serius.
"Kala, Bara mau tanya lagi boleh ga?"
Kalangga menolehkan kepalanya lalu mengangguk, "boleh, mau tanya apa?"
Masih fokus pada setir mobilnya, sesekali Bara menolehkan kepala pada lawan bicaranya. "Tipe pacar yang dijadiin patokan sama kamu itu kaya gimana?"
Mendengar pertanyaan Bara yang sebetulnya sudah ditanyakan waktu itu, Kalangga merasa Bara memang benar-benar ingin memiliki hubungan dengannya. Arti kata lain Bara serius mendekatinya.
"Eum, apa ya. Aku sih ga pernah ngasih patokan khusus. Cuma ya kalo memang mau serius, di buktiin aja. Buat aku yakin kalo memang serius buat ngejalanin sebuah hubungan." Ujar Kalangga atas pertanyaan Bara.
"Oke Bara paham. Selain itu, kamu ga suka kalo misalnya pacar kamu ngapain?"
"Haha pertanyaan yang sebenernya kamu udah tau sih jawabannya. Harusnya ya. Gini deh, apa yang bakal kamu lakuin kalo pacar kamu selingkuh?"
Bagai disambar petir di siang bolong, perkataan Marvel seolah kembali di ulang oleh Kalangga. Sekarang ia sadar, bahwa Kalangga tidak boleh di sakiti dengan cara pembalasan dendam atas traumanya. Masa lalu tetaplah masa lalu. Ia berniat mendekati Kalangga untuk membuat masa depan dengannya. Bukan untuk disakiti, apalagi dibuat trauma oleh sikapnya.
"Ya kalo selingkuh tinggalin aja pacarnya, toh udah ga bakal bener kalo misalkan di terusin hubungannya." Jawab Bara.
"Nah itu tau. Sama aku juga, aku bakal ngelakuin itu. Dan itu hal yang paling aku ga suka. Marah sih udah jelas, tapi lebih besar kecewa." Tambahnya lagi.
"Oke, Bara ngerti sekarang. Eh sebentar, ini tokonya kan?" Bara berhenti tepat di halaman toko yang menjual semua peralatan lukis. Menunjuk toko tersebut.
"Iya ini betul."
"Ya udah ayo turun, biar cepet selesai juga kan."
"Ya di parkirin dulu yang bener mobilnya ganteng, astaga hahahaha."
"Loh iya hehe.. Sebentar.."
Bara memarkirkan mobilnya dengan posisi yang benar sekarang. Barulah mereka berdua turun dari mobil untuk membeli semua yang Kalangga perlukan. Memang disana terlihat lebih banyak peralatan melukis. Dari kanvas yang paling kecil hingga yang paling besar. Bara lebih melihat-lihat seisi toko. Mengekori Kalangga kemanapun kaki itu melangkah. Seperti anak ayam mengikuti induknya. Kalangga mengitari setiap lorong di toko ini, tentu dengan Bara yang setia mengikuti tanpa berbicara satu patah katapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung Dan Kamu
RomantizmPerjalanan Bara dalam menemukan cinta yang sesungguhnya. Hingga bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya pada sosok tersebut. Karena bagi Bara, semua akan indah pada waktunya. "Kenapa kamu milih aku buat jadi pacar kamu...