Bab 1 - Awal Mula Terluka

754 53 3
                                    


Kota Bandung dilihat dari sudut manapun memiliki cerita tersendiri bagi setiap orang. Ada yang tersenyum bersama Braga, ada yang merasa kenyang bersama Lengkong Kecil, dan ada yang terluka bersama Lembang.

Lalu, mengapa ada yang terluka bersama Lembang? Mungkin tidak semua orang merasakan luka bersama Lembang, kita fokuskan kepada satu pemuda yang telah menaklukan perjalanan panjang dari terluka bersama Lembang, hingga akhirnya tersenyum seperti Bandung yang sedang tersenyum.

Bara Senja Diguitara, lelaki Taurus yang memiliki senyuman di matanya kini lebih banyak diam, dan sekarang sedang duduk melamun di kursi sebuah kafe ternama di kota dengan julukan Kota Kembang. Pikirannya sedikit berantakan. Penghujung pembelajarannya di salah satu kampus, mengharuskan Bara mencari ide untuk skripsi yang harus ia selesaikan.

Di tambah dengan pikirannya yang kacau karena wanitanya telah berpaling darinya. Kasar kata, kekasihnya itu telah menduakan dirinya. Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri, Naura sedang bersama lelaki lain. Berpegangan tangan juga menyandarkan kepalanya pada bahu sang lelaki tersebut. Senyuman miris terpatri di sudut bibir Bara.

Segelas kopi dingin yang ia pesan sudah tandas, menyisakan beberapa bongkahan es batu di dalamnya. Namun pikirannya masih berantakan.

Otaknya kembali memutar mengingat ucapan sang kekasih —ralat; mantan kekasih bahwa lelaki tersebut hanya teman. Bukan Bara bodoh, bukan. Hanya saja Bara sedang berpikir, mengapa mantan kekasihnya itu selingkuh darinya? Dan mengatakan bahwa lelaki tersebut hanyalah teman. Teman mana yang duduk bersebelahan sembari berpegangan tangan dan menyandarkan kepalanya pada pundak si lelaki? Teman mana yang jika bersikap sangat manja pada si lelaki? Apa itu yang di namakan teman? Seharusnya Naura sedikit berpikir tentang hubungan ia dengan Bara. Memang Bara juga sibuk untuk skripsinya, komunikasi dengan Naura sedikit berkurang karena Bara harus menyelesaikan beberapa jurnal lagi. Dan itu alasan yang Naura pakai. Alibi Bara yang sekarang sangat sulit untuk diajak bertemu untuk melepas rindu, Naura gunakan untuk membuat Bara sebagai tersangka. Ya, namanya juga wanita. Akan selalu menyalahkan pria mau bagaimanapun kondisinya.

Ingat kalimat ini?
Wanita selalu benar.

Seharusnya, rencana Bara setelah sidang skripsi usai, Bara akan melamar kekasihnya itu. Masalah pekerjaan, Bara sudah tidak perlu khawatir. Sang ayah sudah menyiapkan pekerjaan untuknya. Bara ingin menikahi Naura, wanita yang sudah bersamanya sejak jaman sekolah menengah atas.

Namun sayang, Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk Bara ke depannya. Bara anggap, Tuhan akan memberi yang terbaik setelah ini.

Bara mengusap kasar wajahnya, menghela nafas berat sebelum ia bangkit dari kursi yang ia duduki untuk segera pulang ke rumah. Mengistirahatkan tubuh lelahnya, menenangkan pikirannya yang berantakan dan Bara berdoa ketika bangun ia akan mendapatkan ide untuk skripsinya. Melupakan berbagai kenangan bersama Naura, dan memulai langkah yang baru.

"Oke Bara, Naura sudah tidak ada di hidupmu lagi. Sekarang bangkit, raih masa depanmu!" Ucapnya semangat, menyemangati dirinya sendiri.

Sedikit senyuman terpatri usai mengucapkan kata-kata penyemangat pada dirinya. Meninggalkan kafe berserta gelas yang masih meneteskan bulir dingin dari es batu. Bara mengendarai sepeda motor kesayangannya untuk memecah kemacetan jalanan kota Bandung sore itu.

••••

6 tahun silam...

"Aldi, tolong beritahu semua anak osis untuk berkumpul di ruangan setelah pulang sekolah. Kita akan bahas untuk pensi." Bara menginterupsi kepada temannya, sebagai ketua osis, Bara harus bertanggungjawab atas apapun yang akan terlaksana di sekolahnya.

Bandung Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang