Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Sagara maupun sahabatnya Areksa untuk menunggu jawaban dari Tamara, gadis yang akan memilih Sagara atau pun Areksa. Sungguh, dua yang memusingkan untuk memilih orang yang tepat bagi Tamara.
"Gimana udah siap kasih jawaban?"
Gadis berbaju hitam yang menutupi pantatnya dan memakai celana panjang jins itu menganggukkan kepalanya kecil.
Tamara berjalan menghampiri Bima yang berada diruang televisi. Ia mengamati gerak-geriknya, penuh semangat, sedikit. Alisnya terangkat membuatnya membuka suara, "gembira bener lo. Ngarep apa lo?"
Pemuda itu memakai hoodie, dan kedua tangannya berada disaku jaket hoodie, berwarna abu-abu polos. Bima menoleh sambil menyengir, "tau aja lo, gue masih berharap aja kalo jawaban lo adalah Sagara. Bukan Areksa,"
Gadis itu menggelengkan kepalanya kekeh melihat tingkah Bima, ia duduk disebelahnya."Hadeh-hadeh. Tapi jawaban gue itu kemungkinan kecil bikin lo seneng."
Kedua alisnya terangkat tak percaya jika adek perempuannya mengatakan hal itu. Pemuda itu langsung menatap tajam kearahnya."Apa lo bilang? Kemungkinan kecil? Gimana bisa? Ayah aja berharap, apa lagi bunda. Tante Hawa."
"Gimana-gimana? Tante Hawa? Tante Hawa udah pulih?" tanya Tamara. Kemarin ia kerumah sakit dan keadaannya juga masih sama. Entah mengapa, apa yang salah dengan wanita itu. Apa lagi, dokter tidak ingin keluarganya tau keadaan wanita itu.
Bima menganggukkan kepalanya kecil."Dua hari yang lalu, tante Hawa pulang. Alhamdulillahnya si, baik-baik aja kata dokter."
"Baik-baik aja? Tapi gue rasa ngga. Kek ada yang dirahasiain sama tante Hawa. Bahkan Sagara anaknya aja ga ingin tau, terus.. Apa penyakitnya?" Tamara berheran-heran. Otaknya sungguh bertanya-tanya.
****
"Tamara!" panggil Sagara yang berlarian sambil membawa dua minuman air mineral yang berada dikedua tanganya.
Gadis itu menoleh sambil kedua alisnya terangkat. Pemuda itu menyodorkan air mineral untuknya, gadis itu mengambilnya dan berjalan tanpa memperdulikan pemuda itu. Ia duduk ditempat yang berada di depan rumahnya.
Lagi-lagi ada rasa canggung. Untung saja, Rana keluar dan menatap sambil kekeh melihat kedua remaja itu saling canggung.
"Oh ya, sayang.. Gimana jawaban kamu? Apa kamu siap, hm?"
Tamara menganggukkan kepalanya."Ya. Nanti aku mau ketemuan dirumah sakit, sekalian jelasin kemereka. Terus.. Bukan disini,"
"Kenapa ga disini nak?" Tiba-tiba Hawa keluar dan dituntun oleh Ocha, meskipun berat namun Ocha harus kuat. Sagara melihat itu pun tak tega, dan meletakkan air mineral dimeja kemudian langsung menggantikan Ocha. Rana pun bangkit dari duduknya, untuk mempersilakan Hawa duduk.
Tamara tersenyum ramah. Kemudian menjawab, "Ga mungkin mau kalo temen-temen Tamara kesini, Tan. Lebih baik kerumah sakit,"
Bukan-bukan alasan itu. Alasan lebih tepatnya, gadis itu ingin menjenguk Areksa, gadis itu kangen sekali.
"Rumah sakit?" Hawa bertanya. "Iya."
"Emang ada yang sakit? Harus banget disana, ya?" Entah mengapa menurut Tamara, Hawa sangat berharap kepadanya. Apa lagi gadis itu sangat mengamati matanya yang tidak bisa bohong.
Gadis itu menganggukkan kepalanya."Ada. Bisa dibilang harus si.. Ga, cuma ini kemauan Tamara."
"Maaf Tan, kalo nantinya ga bisa seperti apa yang Tante harapkan."
****
Kini sudah pada berkumpul dirumah sakit. Tak sabar, deg-degaan pastinya. Itu lah yang mereka rasakan terutama Sagara dan Galen. Apa lagi Bima, jika ada Areksa tambah tidak ada sabarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }
Teen Fiction{DILARANG MEMBACA MENUNGGU END. BACA SEADANYA! FOLLOW AKUN INI DILARANG PLAGIAT KARYA PENULIS} Bagaimana jatuh cinta kepada seorang penulis? Ini menceritakan seorang penulis menceritakan kisah nyatanya, kisah ANTARA DUA SURGA. Kisah ANTARA DUA SURG...