Tok...tok...tok....
Suara ketukan yang kemudian disusul bunyi bel menyadarkan seorang laki-laki yang tengah bergulat dengan beberapa bukunya. Ia lantas berdiri lalu menuju pintu utama.
Lelaki itu memicit pin yang berada di atas handle pintu.
Klik
Dia menarik handle pintu hingga memperlihatkan seorang laki-laki berdiri dengan raut muka yang menurutnya sangat mengesalkan.
Sesaat ia menampilkan wajah datar, sebelum kemudian berkata, "Caesar?!"
Lelaki bernama Caesar tersenyum lebar dan menggerak-gerakkan alis tebalnya ke atas.
"Hello, Devon!" sapanya lalu menerobos masuk ke mansion.
Caesar menelaah sekelilingnya lalu meraih sebingkai foto yang betengger di meja. Terlihat sangat bahagia sebelum akhirnya semua itu sirna dalam sekejap.
Dan sejak saat itulah Caesar membangun benteng pertahanan yang kokoh. Membuang semua kenangan bahkan melupakannya hingga tak bersisa. Kini hanya amarah lah yang menguasai dirinya.
Lelaki itu memandang sebentar kemudian memberi seringaian. "Ck. Bulshit!"
Diletakkan kembali foto tersebut dengan cukup keras.
Caesar melangkah semakin dalam, mengamati setiap pernak-pernik yang ternyata masih sama seperti enam bulan yang lalu.
Devon masih setia mengikuti Caesar dari belakang. Mendengarkan setiap ocehan yang terdengar meremehkan. Ingin sekali Devon menyumpal mulut Kakaknya menggunakan kaus kakinya.
Dia benar-benar bukan Caesar yang Devon kenal sewaktu kecil.
"Kenapa rumah ini nggak dibakar?" celetuk Caesar. Baginya rumah ini telah mati delapan tahun yang lalu bersama Celine, Mamanya.
Caesar yang saat itu masih berumur 14 tahun terpaksa menahan diri untuk tidak pergi dari rumah ini. Hingga waktu perkuliahannya selesai Caesar memutuskan angkat kaki dari sini.
Tak lagi memperdulikan Hendrick-Papanya, yang begitu murka terhadapnya. Sudah tak bisa dihitung berapa kali Hendrick mengirim orang untuk membawanya pulang. Namun, Caesar berhasil melumpuhkan mereka semua.
Salahkan Hendrick yang memaksa Caesar dan Devon untuk berlatih beladiri sedari kecil. Mereka bahkan tak sekalipun
diperbolehkan membolos.Betapa kerasnya lelaki itu.
"Lo ada urusan apa kesini?" tanya Devon tak berniat menjawab pertanyaan Caesar.
Lelaki yang baru genap berusia 22 tahun itu berhenti lalu menghadap ke belakang. Dia memutar bola mata keatas seolah berpikir. "Memangnya salah gue jenguk 'adik' gue?!" Caesar menekankan ucapannya pada kata Adik.
Devon memicingkan matanya. Menurutnya semua ucapan yang dikatakan Caesar adalah dusta. Dan mempercayainya adalah kebodohan. "Jenguk adik atau mau bunuh adik lo?!" sindirnya.
Persaudaraan mereka renggang sejak Celine meninggal dunia. Dan kemudian semakin tidak akur sejak dua tahun lalu. Tragedi 'itu' sukses memecah persaudaraan yang dijaga dengan erat. Mereka bahkan pernah hampir saling membunuh jika Hendrick tidak datang saat itu.
"Opsi kedua bagus!"
Caesar membuka kulkas yang ukurannya sebesar lemari. Diambilnya minuman dingin berwarna merah lalu ia tuang ke gelas yang berada tak jauh dari jangkauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck on One Side
Teen FictionHadir secara tiba-tiba, kemudian kehilangan secara bersamaan. Bolehkah kali ini ia egois sebab tak ingin kehilangan keduanya? _________ Sebuah kisah percintaan klasik yang disertai kerumitan dalam menentukan sebuah pilihan. ••••• Start : 31 Agustus...