"Pokoknya gue nggak mau ngeliat kalian begitu lagi!" tegur Enola dengan serius. Gadis itu menatap lekat-lekat kedua temannya.
Saat ini, mereka berada di taman sekolah. Enola berdiri dihadapan Nora dan Livie yang tengah terduduk. Gadis itu sedang menyidang temannya sebab perkelahian dengan Monica and the gang.
Namun sebelum guru melihat mereka, Enola yang masih memiliki pikiran waras memilih menarik kedua temannya menjauh dari Monica.
Nora dan Livie berusaha menetralkan napasnya yang tak beraturan. "Cewek laknat itu yang mulai duluan, Enola! Masa kita dikatain kuno, jablay, bodoh, jomblo ngenes di depan banyak orang," balas Nora berapi-api sembari mengelus dada meredam emosinya.
Enola membuang napas berat. "Memang kalian ngerasa begitu?"
"Enggak lah. Tapi tetep aja gue eneg liat muka dia. Hati besar gue pengen banget ngeliat dia hancur jadi partikel-partikel kecil terus gue lempar deh ke laut biar sekalian dimakan hiu." Nora tersenyum membayangkan betapa menyenangkannya ide barusan.
Livie menyenggol lengan Nora. "Boleh nggak tambah satu nama lagi? Itu Selena, si cewek gila! Masa dia narik rambut gue kayak lagi main tarik tambang, anjir! Sakit banget," omel Livie seraya mengusap-usap kepala.
Nora melirik Livie, matanya membulat, mulutnya nyaris mengeluarkan tawa jika saja ia tak langsung membekap bibirnya. "Astaga rambut lo kayak abis kesetrum gitu, Liv!" Nora yang tak kuasa menahan tawanya, sontak tertawa terbahak-bahak.
Livie menatap tajam Nora. "Ngaca noh, rambut lo juga sama!"
Nora berhenti tertawa, ia mengeluarkan ponselnya untuk dijadikan cermin. "Shit, rambut gue!"
"Nora! Livie!" panggil Enola dengan pelan.
"Sebentar lagi kita ujian semester lima, jangan sampai kita di skors cuma gara-gara Monica dan perkumpulannya. Gue mau kita lulus bareng-bareng!" tutur Enola tulus. Itu benar! Dirinya bahkan sudah membayangkan bagaimana hebohnya pesta kelulusan mereka kemudian disusul dengan mendaftar di universitas yang sama. Semua sudah ada dalam bayangan Enola!
"Gue janji kita bakal lulus bareng-bareng!" Nora berdiri dan tersenyum meyakinkan.
Livie turut berdiri. "Gue juga!"
"Hello ma bro!" Suara lelaki yang amat sangat mereka kenal datang dari arah belakang. Siapa lagi kalau bukan Kadezra Altair.
Sungguh diluar prediksi jika mereka semua menjadi teman sekarang. Semua berubah sejak kejadian dua minggu lalu. Dimana saat itu Ezra dan Ander mengantar Nora dan Livie pulang karena mabuk.
"Sial, rambut kalian kenapa jadi mirip singa hutan?!" ejek Ander yang mampu membuat Nora dan Livie melotot tak terima.
"Gue yakin itu bukan hair style kalian. Jadi kalian habis ngapain?" tanya Devon.
"Mereka kelahi lagi sama Monica," jelas Enola.
Ezra tertawa sembari menilai penampilan dua makhluk di hadapannya. Nora yang kesal sontak melempar dasinya ke arah Ezra.
"Lo bisa diem dulu nggak sih! Ketawa lo mirip kunti, nggak ada bagus-bagusnya!" protes Nora yang ditanggapi dengan aksi tutup mulut oleh Ezra.
"Nanti malam lo ada acara?" Devon bertanya pada Enola.
Gadis itu menggeleng. "Enggak ada. Memangnya ada apa?"
"Devon ngajak barbeque-an buat ngerayain ulang tahunnya. Iya kan Devon?" sahut Ezra dengan cepat. Dia melirik Devon seakan menyuruh lelaki itu mengatakan iya.
Devon mengangguk pelan. "Gimana, kalian bisa?"
"BISA!" jawab Nora dan Livie bersemangat.
Enola menatap Devon dengan kerutan di keningnya. "Sekarang hari ulang tahun lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck on One Side
Fiksi RemajaHadir secara tiba-tiba, kemudian kehilangan secara bersamaan. Bolehkah kali ini ia egois sebab tak ingin kehilangan keduanya? _________ Sebuah kisah percintaan klasik yang disertai kerumitan dalam menentukan sebuah pilihan. ••••• Start : 31 Agustus...