"Lo pepet terus sampe dapet. Kalo nggak dapet juga berarti usaha lo yang kurang."
⚫⚪
Dibawah teriknya matahari siang, segerombol siswa-siswi berdiri ditengah-tengah lapangan basket.
Tak sedikit siswi yang menggerutu sebab sinar matahari yang terasa membakar kulit mereka.
"Praktik kita sudah selesai. Masih ada waktu 20 menit, kalian bisa gunakan untuk ganti baju, makan, atau lanjut bermain basket. Tapi, saat bel berbunyi jangan ada yang berkeliaran lagi. Paham?!" Bimo selaku guru olahraga kelas XII IPS memberi arahan kepada mereka.
"Paham, Pak!"
Setelahnya Bimo berjalan meninggalkan lapangan.
Tak butuh waktu lama untuk mereka membubarkan diri.
Sama halnya dengan tiga gadis yang berjalan bersama menjauhi lapangan.
"Jadi kita mau ngapain dulu?" tanya Livie sembari mengipasi lehernya.
"Duh, gue masih mau cuci mata, Enola, Livie!" Nora menahan tangan Enola dan Livie. Bola matanya terlihat berbinar ketika memandangi para lelaki XII IPA 2 yang sedang bermain futsal. Rambut tak beraturan sebab keringat berlebihan selalu menjadi hal favorit bagi Nora.
"Enggak ya, Nora! Semalam elo habis mabuk, mendingan isi perut dulu!" tegas Enola.
"Gue setuju sama Enola. Lagian gue juga nggak sempet sarapan tadi."
Nora menekuk wajahnya, ia sedikit kesal. Walaupun pada akhirnya ia tetap mengiayakan saran Enola.
•••
"Gue mau nanya!"
Nora dan Livie yang memang tengah asik menyuap makanan hanya berdehem sebentar menanggapi perkataan Enola.
Enola berdecak. "Gue serius Nora, Livie!"
Nora dan Livie menelan paksa makananya. Hampir saja makanan itu keluar lagi jika mereka tak segera minum.
Nora dan Livie mengatur napasnya. Mereka mulai menatap serius kearah Nora yang bergerak gelisah.
"Menurut kalian, aneh nggak kalo gue deketin Devon?" Enola mengatakan itu dengan lirih. Sepertinya gadis itu sedikit malu mengungkapkannya.
"NGGAK!" kompak Nora dan Livie.
Enola menatap dalam Nora dan Livie seolah meminta alasan.
"Karena menurut gue suka sama orang itu wajar. Dan setiap orang punya cara tersendiri untuk menyalurkan perasaannya. Selagi lo nggak buat mereka risih, kenapa engga?!" enteng Livie.
"Prinsip gue gini, lo pepet terus sampe dapet. Kalo nggak dapet juga berarti usaha lo yang kurang," imbuh Nora dengan sangat percaya diri.
"Berarti lo kurang usaha Nora, buktinya sampe sekarang masih jomblo."
"Kalo gue memang belum usaha, Livie. Soalnya yang gue mau nggak ada disini!"
"Oh iya Nora kan maunya sama Caesar, Enola," bisik Livie yang mampu membuat Enola menahan tawa.
Enola tak sengaja melihat seorang lelaki yang terus saja menatap ke arah mereka. Lebih tepatnya ke arah Nora. Dia meringis pilu. "Lama-lama gue prihatin sama Rei karena ketolak terus. Gue takutnya dia depresi, Nora."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck on One Side
Teen FictionHadir secara tiba-tiba, kemudian kehilangan secara bersamaan. Bolehkah kali ini ia egois sebab tak ingin kehilangan keduanya? _________ Sebuah kisah percintaan klasik yang disertai kerumitan dalam menentukan sebuah pilihan. ••••• Start : 31 Agustus...