Rabu ini menjadi minggu kedua Enola menjadi siswi baru di SMA Cakrawala. Perempuan itu semakin akrab dengan teman-temannya, termasuk juga dengan lelaki yang sejak awal dikagumi.
Cukup banyak yang Enola ketahui tentang Devon. Perlu dijabarkan?
Baiklah! Mari kita mulai!
Pertama, Devon sangat menyukai vanila dan warna putih. Menurutnya putih adalah sesuatu yang netral. Dimana dia selalu bisa menyesuaikan dengan warna-warna yang disandingkan dengannya. Putih selalu menjadi penenang dan penengah.
Kedua, Celine adalah keturunan asli Irlandia, sedangkan Hendrick merupakan campuran Indonesia-Perancis. Iris mata abu-abu Caesar dan Devon didapatkan dari Celine.
Ketiga, Devon telah kehilangan Ibunya sejak berumur sembilan tahun akibat serangan jantung.
Keempat, Devon adalah lelaki idaman semua gadis.
(Gak usah terlalu banyak, nanti pada naksir-Enola)
Sejak dua hari lalu, mereka sering sekali menghabiskan waktu bersama. Mulai dari pergi dan pulang sekolah berdua, serta mengerjakan tugas bersama.
Jadi jangan heran kalau melihat Devon dan Enola dalam satu waktu.
Sama halnya seperti sekarang. Sejoli itu berjalan beriringan di halaman sekolah, melewati siswa-siswi yang tengah bersantai menikmati semilir angin.
Jauh di depan sana terlihat beberapa siswa bermain handball dengan saling mengoper satu sama lain.
Seolah mempunyai dunia sendiri, sejoli itu tidak mempedulikan sekitarnya.
"Semalam Nora bilang tiba-tiba Ezra datang ke rumahnya, ngasih tau kalo dia udah putus." Enola geleng kepala membayangkan betapa dongkolnya Nora pada saat itu.
Nampaknya Devon tak terkejut oleh ucapan Enola. Malahan ekspresi lelaki itu seolah meminta maaf atas tindakan Ezra. "Dia udah gue nasehati, tapi tetep aja nggak berubah."
"Menurut lo, mereka cocok nggak sih?!"
Devon menggeleng pelan. "Gue nggak mau temen lo jadi korban Ezra! Biarin dia berubah dulu."
Enola menoleh ke arah Devon. Ia tersenyum mendengar jawaban laki-laki itu.
"AWAS DEVON!! ENOLA!!"
Teriakan yang menyebut nama mereka sukses mengganggu fokus Enola. Ketika ia menghadap depan, ternyata sudah ada bola melayang ke arah Enola.
BUGH!
Beruntung sekali bola itu tidak jadi mengenai wajah Enola. Gadis itu benar-benar harus berterimakasih kepada Devon karena berhasil menangkap bola tersebut.
Devon menghela napas lega. Ia tidak akan memaafkan dirinya jika saja bola itu gagal ditangkap. Ia segera menengok Enola untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.
"Sorry gue kelepasan!" Pemuda di depan sana menangkup kedua tangannya di depan dada.
"Lain kali hati-hati. Bahaya kalo kena orang lain!" peringati Devon.
Fyung!
Devon melempar bola itu ke arah mereka lalu dengan sigap ditangkap oleh pemuda tadi.
"You okay?!"
"I'm okay, Devon."
⚫⚪
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck on One Side
JugendliteraturHadir secara tiba-tiba, kemudian kehilangan secara bersamaan. Bolehkah kali ini ia egois sebab tak ingin kehilangan keduanya? _________ Sebuah kisah percintaan klasik yang disertai kerumitan dalam menentukan sebuah pilihan. ••••• Start : 31 Agustus...