2. Tidak Sengaja Bertemu

22 1 0
                                    

20 Agustus 2023

Gadis dengan setelan seragam baru, berputar-putar di hadapan cermin. Senyumnya terus mengembang hingga membuat matanya nyaris tertutup.

Paras yang cantik bertambah menawan berkat polesan tipis-tipis di wajahnya. Rambut panjang lurus berwarna cokelat dia biarkan tergerai indah.

Sebelum benar-benar keluar kamar, ia sempat merapikan kembali seragamnya.

Enola mendapati Papanya tengah berada di meja makan sembari sesekali mengecek ponselnya. Gadis itu menepuk jidatnya. Ia lupa jika Tobby telah memanggilnya lima menit yang lalu.

"Morning Papa." Enola sedikit membungkuk kemudian mencium pipi Papanya secepat kilat.

Tobby mendelik lalu memandang putrinya dan memberinya sebuah gelengan. "Kamu sudah besar, Enola. Besok kiss-nya kasih ke suami kamu aja."

Enola hanya tersenyum sembari memberengut kesal. "Masih lama, Papa. Sementara itu Enola pinjem pipi Papa aja." Enola menarik kursi lalu mendudukinya.

Tobby geleng-geleng sembari tertawa kecil.

"Oh iya, Papa kenapa tiba-tiba pengen pindah kesini?"

"Bisnis Papa yang di Jakarta lagi ada kendala. Jadi Papa harus handle sendiri," jelas Tobby yang sesekali menyendok sarapannya.

Dikarenakan Enola tidak begitu mengerti urusan bisnis Papanya, gadis itu hanya mampu menganggukkan kepalanya saja.

⚫⚪

Seusai sarapan, Enola berpamitan kepada Tobby. Gadis itu kepalang senang karena diperbolehkan mengendarai mobilnya sendiri. Meskipun atas hasil negosiasi cukup lama dengan tambahan bumbu-bumbu dusta.

Selesai memarkirkan mobilnya, Enola melangkah menuju koridor. Sejenak ia menghentikan langkahnya, kemudian celingukan kebingungan.

Kanan atau kiri?

Enola berniat bertanya kepada siapa saja yang melewatinya. Namun, sampai saat ini ia belum melihat keberadaan penghuni sekolah. Atau mungkin saja beberapa murid telah berada di kelasnya.

Lagian Enola datang terlalu pagi!

Insting gadis itu seolah berkata 'lewati sebelah kanan'. Seharusnya intuisinya tidak pernah salah.

Seharusnya!

Tapi nyatanya Enola justru dibawa ke sebuah gudang tua.

Enola merutuki dirinya. Ia balik badan dan langsung menabrak dada bidang seseorang.

Enola terjengkit kaget dan hampir terjatuh. Syukurlah gadis itu pernah belajar keseimbangan di ekskul cheerleader.

"Gudang ini udah lama nggak dipakai. Jadi lo ada urusan apa disini?" Suara lelaki itu berhasil membawa Enola kembali ke dunia nyata.

Melalui nametag seragamnya, Enola dapat mengetahui lelaki ini bernama Devon.

Enola menegakkan tubuhnya. Ia harus sedikit mendongak untuk dapat melihat wajah lelaki itu.

Siapa dia? Malaikat, pangeran, dewa, jin, atau justru hantu sekolah?

Mata biru Devon mampu mengalihkan fokus Enola. Tubuh tegapnya membuat gadis itu hanya sebatas bahu Devon.

Wajahnya terpahat sempurna. Dengan alis tebal, rahang tegas, hidung mancung, serta bulu mata panjang dan lebat, mampu membuat seluruh perempuan seketika berteriak syukur.

Enola berdeham lalu merubah mimik wajahnya. "Sebenernya gue nyari ruang Tata Usaha tapi gue malah nyasar ke sini."

Lelaki itu menoleh ke arah belakang. "Lo salah ambil jalan. Seharusnya dari parkiran lo lurus, nah disitu lo bakal ketemu loker, jadi dari sana lo tinggal belok kanan dan jalan terus sampe mentok," jelas lelaki ini sambil memperagakan arah jalan.

Stuck on One Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang