Zayka Pradika

50.7K 550 18
                                    

Hai, teruntuk pecinta Om Ayan, sabar dulu.
Kali ini kita mau cerita Om Azay bentar.

♪Selamat menikmati♪

¶¶¶¶

Sore itu, badai petir beserta angin turun ke bumi, membasahi tanah yang sudah lama kering.

Musim kemarau telah berakhir, ini hujan pertama di bulan Juni.

Azay, duduk termenung di pelataran rumah Ayan.

Menatap langit yang hitam, dengan air berjatuhan, angin yang berhembus kencang, dan petir yang menyambar dimana-mana.

“Gimana gue pulang”, Azay bergumam dengan pelan sembari menatap jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 18: 20.

Yang artinya bentar lagi Adzan Maghrib.

“Harus pulang, kalo ngak mau orang rumah ngamuk ini!!!”. Gerutunya.

“Pakai mobil gue aja”, suara dari arah belakang membuat Azay mau tak mau membalikkan badannya.

“Lo keramas??, hujan-hujan begini??”. Azay bertanya heran.

Setelah otaknya mulai berpikir, akhirnya dia menggeleng dengan tangan mengusap dada.

“Mending nikahin, Yan. Kasian anak orang”.

“Anjing!”. Umpat Ayan yang tau kemana arah pembicaraan sahabatnya ini.

“Astagfirullah, babi!!”.

Jangan mengira Azay akan berkata-kata sopan dan lembut, dia tidak lebih dan kurang seperti Ayan.

Namun, dia tidak bermain perempuan.

Itulah sebabnya, mereka menjadi sahabat.

“Udah sana pulang”, Usir Ayan, melempar kunci mobilnya yang langsung ditangkap oleh Azay.

“Gak sopan banget, ngusir”. Gerutunya pelan.

“Udah syukur-syukur gue pinjemin mobil, lo malah ngelunjak”, kesal Ayan.

“Tadi, ngebet banget pen pulang, ntar ortu lo-”

“Iyaa, ini gue pulang”. Potong Azay terlebih dahulu sebelum Ayan kembali mengeluarkan ceramah nya.

¶¶¶


Di perjalanan pulang kerumahnya, Azay memutuskan untuk berhenti sebentar, karena hujan semakin deras dengan angin yang semakin jadi.

Dekat hutan, Azay tidak berani melanjutkan perjalanan nya.

Disepanjang jalan menuju rumahnya, hanya dipenuhi pohon tua besar yang sudah lapuk.

Bagaimana, jika pohon itu tumbang dan menimpa dirinya?.

“Jangan mikir yang enggak-enggak, Ka”. Azay menggelengkan kepalanya, sembari menggumamkan beberapa sholawat.

Di rumah, dia dipanggil dengan sebutan Zaka.

Hanya Ayan lah, yang memanggilnya dengan Azay. Tidak keren sekali.

Discipline Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang