yang terbaik

411 35 1
                                    


Happy reading.

Sorry kalau ceritanya ngebosenin atau ngga jelas, ideku emang agak diluar nayla.























Huek, huek, huek

Pukul 4 pagi, renjun terbangun dari tidurnya, berniat mengambil minum, ia merasakan haus.

Namun saat beranjak dari ranjangnya dan berdiri, tiba tiba kepalanya dilanda pening luar biasa diikuti mual. Renjun segera berlari ke kamar mandinya untuk memuntahkan isi perutnya.

Huek, huek, huek

Bunyi dari air yang keluar pun sedikit menggangu tidur sang suami. Karena jeno sangat sensitif jika mendengar suara ataupun gerakan. Walaupun hanya sedikit gerakan dan suara yang samar samar, ia akan terbangun ketika sedang tidur.

Menyadari bahwa istrinya tak ada disampingnya, jeno terbangun lalu sedikit bersandar di sandaran ranjang untuk mengumpulkan nyawa sebentar.

"Sayang, kamu ditoilet?" ucap jeno.

Tak ada jawaban kata dari renjun, melainkan hanya suara renjun yang lagi lagi muntah. Jeno segera menyusul istrinya.

"Sayang hey, kamu kenapa?" ucap jeno panik ketika melihat renjun yang sudah lemas dan berair mata sambil terus memuntahkan isi perutnya.

Jeno memijit tengkuk istrinya perlahan, merasa sudah lebih baik kini renjun membasuh mulutnya lalu memeluk jeno. Karena badannya sangat lemas.

"Kenapa hm? Kamu sakit sayang?" ucap jeno dengan memeluk erat sang istri sambil mengelus surai istri cantiknya tersebut.

Renjun menggeleng

"Pusing jeno, hiks.."
"Pusing, perutku mual." lanjut renjun yang mulai terisak karena mual yang dialaminya benar benar sangat tidak enak dan lagi pusingnya belum reda.

"Ssst.. iya sayang, ayo ke kasur lagi. Dingin disini." ucap jeno.

Jeno menggendong tubuh renjun seperti sedang menggendong seekor koala. Tubuh renjun sangat lemas ditambah ia sedikit menangis karena pusing dikepalanya sangat hebat.

"Pusing, hiks.. Kepala aku mau pecah rasanya." ucap renjun yang masih dalam dekapan jeno.

Jeno membawanya kembali ke ranjang, kini renjun sedang duduk dipangkuan jeno sambil terus bergumam pusing dan menangis.

"Iya cinta, udah jangan nangis. Pusing hm? Badanmu ga demam sayang, kenapa pusingnya? Kamu salah makan sampe muntah tadi? Atau kamu telat makan?" tanya jeno sambil terus menenangkan renjun.

Renjun kembali menggeleng

"Aku gatau ini kenapa hikss.."

Jeno tersenyum, sudah hafal sifat renjun kalau merasa badannya sangat tidak enak pasti akan menangis. Persis seperti anak kecil, jeno jadi gemas sendiri.

"Udah ya, nanti matanya bengkak. Besok kita ke dokter hm. Nakal si pusing ini mampir ke kepala istriku. Ayo pergi pergi pusingnya" ucap jeno sambil mengelus kepala renjun.

"Tidur lagi ya, masih pagi." lanjut jeno.

Renjun mengangguk, lalu direbahkannya dengan perlahan tubuh mungil istrinya, jeno menarik selimut lalu mendekap renjun sambil terus mengelus punggungnya agar istrinya merasa nyaman.

"Tidur yang baik sayang." ucap jeno lalu mengecup kening renjun.

Sempat terjaga dari tidurnya, jeno tak sadar kalau ia tertidur sebentar. Kini ia terbangun, jam menunjukkan pukul 5 pagi. Ia terbangun sebab mendengar suara pecahan gelas, renjun pun tak ada dipelukannya lagi. Mungkin karena sangat mengantuk, jeno tak merasakan pergerakan renjun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SCHATZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang