03. sakit

2.1K 330 64
                                    


Kalau kata orang, Gentar itu keren. Keren karena bisa sabar menunggu wanita yang dia suka itu peka. Apalagi, setelah menikah dia tetap sabar ketika diselingkuhi oleh [Name] dengan para gepeng kesayangan [Name].

Sekarang, saingannya bertambah lagi, dan itu perempuan. Astaga, Gentar keren banget, kan? Tetap sabar setelah semua ini terjadi.

Kalau ditanya cemburu atau tidak, ya jelas cemburu. Akan tetapi, Gentar tak begitu mempermasalahkannya. Karena setiap malam, waktu [Name] seutuhnya untuk dia.

Setiap Gentar pulang dari kantor, [Name] akan menyambutnya dengan baik, membantunya membawakan barang, juga menyiapkan baju dan handuk agar Gentar langsung mandi. Habisnya, dari dulu Gentar susah banget buat disuruh mandi.

Setelah itu―ketika Gentar sudah wangi―dia akan mengizinkan Gentar memeluk dirinya atau manja-manja. Dia juga tak akan membicarakan suami-suaminya yang lain di depan Gentar begitu sudah memasuki waktu untuk fokus pada Gentar.

Mbak [Name] ini, selalu pegang omongan, ya.

Sekarang saja, Gentar sedang memeluknya erat di kamar sambil menonton acara televisi. Tangan [Name] juga bergerak untuk menyisir rambut Gentar sehingga laki-laki itu semakin merasa nyaman.

Enak ya, Gen. Pulang kerja langsung dimanjain istri. Gak kayak kemarin, pulang kerja malah diajak ribut. Ya, walau hari ini pun dia pulang malah diajak ribut, Gentar akan menolaknya. Dirinya sedang tak ada tenaga untuk itu.

Gentar jatuh sakit, dan dia baru mengetahuinya ketika mandi tadi. Tubuhnya tiba-tiba menggigil dan tak enak. Dari kantor memang sudah tak enak, sih, tapi pas sampai rumah tubuhnya semakin menunjukkan gejala jika dia terkena demam.

Sekarang, dirinya hanya bisa berbaring di ranjang dengan tangan yang melingkar, memeluk erat [Name].

"Kamu nonton terus...."

"Ya kamu diem aja. Tidur sana."

"Gak bisa, gak enak."

"Ya terus mau apa? Dikasih bubur gamau. Kamu kalo sakit ribet ah."

Agak ngejleb, ya. Gapapa, Gentar itu keren, kuat, hebat. Pokoknya harus kuat mental.

"Aku maunya dimanjaaa, [Name]. Kelonin aku gitu, loh! Aku lagi sakitt! Sakitt! AKUU LAGI SAKITT [NAME]!"

"IYAAA TAUUU KAMU SAKIT! GAUSAH TERIAK, KEDENGERAN TETANGGA!"

Lah, kamu sendiri teriak, Mbak.

[Name] memperbaiki posisinya, dia berbaring di samping Gentar yang wajahnya masih merah karena sakit, lalu mengusap punggung Gentar agar dia tidur.

"Begini?"

"Iih, kurang! Cium, peluk atau apa gitu."

"NANTI NULARR!"

"YA SAKIT BARENG?? ITU KAN ROMANTIS."

"??? ORANG ANEH."

Karena [Name] menolaknya, akhirnya Gentar berinisiatif memeluk wanitanya, mengecup pipinya lembut lalu menaruh kepalanya dekat dengan dada [Name].

Nah, begini kan nyaman. Akan tetapi, begini bikin [Name] geleng-geleng kepala. Ya sudah lah gapapa, selama Gentar bisa cepat sembuh.

"[Name],"

"Apa lagi?"

"Aku lagi sakit apa?"

[Name] mengerutkan keningnya bingung. Ada apa dengan suaminya? Bukankah tadi dia sendiri yang bilang pada [Name], 'aku kayaknya demam, deh.'?

"Hah? Tadi kamu bilang demam, kan?"

Gentar terkekeh samar. Dia menggeleng, lalu melirik ke arah [Name] yang masih kebingungan.

"Aku lagi sakit hati, karena ga dinotis sama Neng Cantik yang namanya [Name]."

"Mulai... ISHH KAMU TIDUR AJA DEH!"

"Gaaamaau, karena ga dikelonin."

"INI DIKELONIN YA,"

"GAK!"

"IYA!"

"APASIHH? ENGGAK. KELONIN TUH MINIMAL ELUS PUNGGUNG ATAU PELUK GITU!"

"KAN TADI UDAH?"

"LAGIII!"

Astaga.

[Name] menghela napas pasrah. Dia mendekatkan dirinya pada Gentar lalu memeluknya erat. Setelah itu, pipi Gentar dia beri sebuah kecupan kecil.

"Tidur,"

"Gak, belum―"

"T. I. D. U. R."

"Siap, Baginda Ratu."

Yeu, giliran begitu langsung menurut. Dasar Gentar.

――――

Pagi hari setelahnya, ketika Gentar merasa lebih enak daripada malam tadi; pria itu langsung turun ke bawah karena mencium bau makanan yang dia duga itu adalah sarapan pagi ini.

Akan tetapi ... kenapa harus ada Rin Itoshi di tengah-tengah meja makan mereka? Kenapa Gentar tanya? Tidak bisa kah dia sarapan berdua saja dengan [Name]? Harus sekali ya dibawa?

"Gue benci banget asli."

Kalau bisa, empat kata itu ingin Gentar ucapkan pada 26 suami [Name], tapi, dua hari lalu dia bikin perjanjian antara dia dan suami [Name] yang lain.

Perjanjian nomor 5: sesama suami dilarang saling mengata-ngatain atau bertengkar.

Walau sebenarnya tak bisa diajak bertengkar beneran juga.

"Oh, pagi Gentar-kun."

Geli? Saya juga.

"... Pagi."

[Name] menghampiri suaminya yang ke dua puluh tujuh dan mengecup pipinya pelan. Setelah itu, dirinya kembali ke dapur dan menyiapkan sarapan.

"Kamu ke kantor?"

"Gak. Hari ini aku mau full istirahat."

"Ooh. Ya udah istirahat."

"Istirahat sendiri?"

"Iyalah. Watashi kan sibuk ngurus yang lain juga."

Astaga, Gentar lupa. Tiap pagi hingga siang kan [Name] selalu fokus pada gepengnya. Bukan pada dirinya. Apakah dia yang sedang sakit juga tak akan diberi perhatian? Hei, dia sedang sakit, loh!

"... Kamu gamau rawat aku gitu? Kayak yang biasanya di sosmed-sosmed." aduh, Gentar mulai bete.

"Buat apa? Kamu kan bisa berdikari."

Oh, no. Kata keramat itu―ah, Gentar tak ada trauma pada kata itu. Hanya saja, seluruh anak di keluarga besarnya menganggap itu adalah kata-kata keramat.

"Iih, pentingan aku atau dia?!"

"Dia lah!"

"IIIH [NAME], AKU LAGI SAKIT LOOH. AKU LAGI SAKITT KAMU TETEP MAU SAMA GEPENGMU?"

"IYA LAH! HARUS ADIL!"

Gentar cemberut. Dia menghampiri [Name] yang baru saja menata piring di atas meja.

Tangannya meraih [Name] sehingga wanita itu jatuh di pelukannya. "Aku cemburu tau!" ujarnya sembari semakin mengeratkan pelukan mereka. Yang mana, hal itu sukses membuat [Name] memutar bola mata malas.

"Awas! Watashi mau nyiapin sarapan."

"IHHH! Ga usah siapin sarapan atau sama gepengmu itu. Hari ini fokus rawat Gentar terganteng tersayangmu ini, [Name]."

"... Siapa elo?"

"[NAAAMEEE]!"

______

haloo
guys beneran aku minta maaf banget tapi aku makin sibuk. minggu depan aku penilaian akhir. 😔 tapi sebisa mungkin kuusahakan, ya! maaf karena aku akhir-akhir ini hilang terus.

makasih atas pengertiannya. dadah!

wibu; b. gentar [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang