08. pagi

1.5K 257 24
                                    


Benar-benar deh, Gentar itu kelakuannya ada-ada saja. Padahal semalam [Name] sudah berkata tidak ingin bermain, tapi pada akhirnya tetap terpaksa bermain sehingga kini [Name] tidak memiliki tenaga untuk bangun dari ranjang.

Sebenarnya bukan hanya karena tidak memiliki tenaga, tapi juga karena malas. Pokoknya salahkan Gentar, deh. Apalagi ketika bangun ia tak menemukan Gentar di samping. Kelihatannya, suaminya itu sudah di dapur terlebih dahulu membuatkan sarapan untuknya.

Ya, ekspektasi [Name] sih begitu. Namun ketika ia turun untuk menuju ke dapur, [Name] tidak melihat Gentar di sana. Hal itu lantas membuat [Name] merasa bingung, ke mana perginya suaminya itu?

"Gentar?"

Saat dipanggil pun juga tak ada jawaban sama sekali. Dia pergi ke ruangan lain dengan energi yang ia punya, dan Gentar juga tak ada di sana. Ah, satu-satunya tempat yang belum ia datangi hanya satu; teras rumah. Lantas, wanita itu menuju keluar dengan piyama yang agak berantakan karena baru bangun tidur.

"Gentar!"

Tuh, kan. Benar saja suaminya ada di teras sedang menikmati angin pagi dengan segelas kopi di meja luar. Astaga, ternyata ngopi. Asik ya Gentar? Liat tuh istrimu yang kesakitan.

"Haii cantik. Maaf lupa bilang kalo udah bangun duluan, HAHAHA. Kamu tumben sendiri, mana husbumu itu? Biasanya kamu bawa ke sini."

"Ugh, ketinggalan di kamar...."

Untuk informasi saja, kamar mereka tidak penuh dengan baju atau make-up, tapi penuh dengan suami-suami [Name] yang terlalu banyak itu. Gentar sendiri sudah pasrah. Apa perlu dia cetak wajahnya dan jadikan standee? Demi [Name] gitu.

"LAH? ET DAH TUMBEN," Ketika [Name] berkata seperti itu, maka ini adalah kesempatan Gentar untuk kembali berduaan dengan [Name] tanpa makhluk gepeng pengganggu itu. Aduh, Gentar hepi deh. Langsung saja dia mengatur kursi untuk [Name] duduk dan mempersilakannya duduk.

"Sini, Kanjeng Ratu [Name]."

Wuidih.

Setelahnya, Gentar masuk lagi ke dalam rumah untuk membuatkan [Name] segelas teh. Karena ia tau, kebiasaan [Name] tiap pagi adalah meminum teh plus setengah sendok gula. Hahay, demi istri tercinta betah sama dia, Gentar mau aja jadi babu.

Tak memakan waktu lama kok, beberapa menit kemudian Gentar kembali lagi dengan segelas teh hangat untuk istri tercinta yang sedang tak berenergi. Ya tidak apa-apa, hari ini mereka pakai untuk istirahat saja. Seharusnya sih jam segini mereka jogging keliling kompleks, tapi ya maklum lah ya.

Jadi mending ngobrol berdua nikmatin pemandangan pas pagi. Walau awan tak terlihat karena polusi.

"Gimana tehnya? Itu aku aduk dan buat sepenuh hati loh, Say."

"... Ya lumayan lah."

"LAH, KENAPA LUMAYAN??? EMANG ADA YANG KURANG DARI BUATANKU?"

"Ada."

"HAH, APAAAN?? Perasaan aku ngikutin apa kata kamu pas buat teh kok."

"Yang kurang di sini cuma satu, gelasnya nggak pake gambar Eren."

".... [Name]."

―――

"Pagi ini kita beli sarapan lewat aplikasi aja, hari ini kita full istirahat dulu aja. Gimana?" Selesai berendam berdua dengan Gentar, [Name] mengusulkan pendapatnya ketika ia mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambut Gentar yang masih basah.

"Boleh. Pake HP-ku aja, Yang. Hari ini biar aku yang bayar semua. Oh, atau kamu mau ku transfer aja?"

"Boleh. Kalo transfer 10jt ya hehehe."

"?? Kok banyak banget?"

"Pake nanya ... buat husbuku lah!!"

"[Name] ... KAMU MAU BELI APA LAGII??"

Heran Gentar tuh. Padahal di ruang tamu sudah ada lemari berisi printilan gepeng milik [Name]. Itu lemari baju, loh. Bukan lemari kecil atau apa. Akan tetapi sepertinya itu tak cukup juga bagi [Name]... astaga, tercium bau bulan ini akan beli lemari baru lagi.

"Yaa perintilan husbuku, Ge... kalo gamau gapapa kok. Aku setengah bercanda tadi."

Iya, soalnya sisanya itu berharap.

Gentar hanya menghela napas pasrah, padahal sebelum mandi tadi ia pikir ia akan dapat kesempatan sampe malam untuk berduaan dengan [Name] tanpa ada unsur SATU PUN GEPENG yang [Name] sebut atau bawa.

"Btw sini Ge, agak majuan. Aku mau ngeringin rambut kamu." Lantas, Gentar mengangguk dan duduk di atas lantai. [Name] sendiri duduk di atas kasur agar lebih mudah untuk mengeringkan rambut Gentar.

"... Oke sebentar, balik ke printilan husbumu dulu. Memangnya kamu mau beli apa?"

"... Banyak sih, tapi gapapa pake uangku aja, Ge. Aku aja yang nafkahin mereka. Kamu nafkahin aku aja."

"HEH NGAWUR!"

Gentar reflek menyentil pelan hidung istrinya. Ia tak habis pikir kenapa istrinya ini rela menafkahi seorang gepeng bergender laki-laki dan mungkin ada juga yang perempuan.

"Emang ada di mana sih? Di toko oren apk itu ada enggak?" Sambung Gentar. Lantas [Name] menganggukkan kepalanya dan memberikan ponselnya, "Coba kamu liat aja. Ada di apk oren itu. Di bagian keranjang, nah itu semua mau ku-CO."

Gentar terima ponsel dari [Name], ia lihat isi keranjang [Name] di apk toko oren itu, dan Gentar tak heran jika rata-rata isinya tentang husbunya. Namun... ada satu yang menarik perhatian Gentar.

“CINCIN COUPLE LUCU UNTUK PASUTRI BARU. COCOK UNTUK HADIAH ANNIVERSARY/ULTAH SUAMI/ISTRI”

Oh, astaga [Name]. Bagaimana bisa Gentar tak tersenyum melihatnya? Ternyata [Name] punya niatan untuk membeli sebuah cincin, toh? Ya walau masih di keranjang.

Maka, Gentar mengambil ponselnya yang ada di samping lalu ka mengirimkan uang kepada [Name] dengan nominal yang cukup besar.

"[Name],"

"Apa?"

"Aku sudah transfer. Ini perwibuanmu yang di keranjang aku check-out in ya?"

"..... HAH???"

Kaget lah [Name], dan hairdryer yang lagi panas itu tak sengaja mengenai kulit rambut Gentar sehingga pria itu sedikit berteriak.

"AWW [NAME]!"

Omong-omong, cincinnya juga Gentar check-out in.

----------

double up nie 👀👀 sorry malem sekali, tapi sepertinya hobiku memang nulisnya malem-malem dari dulu HAHAHA sisa beberapa chap lagi ni. see you nanti lagi!

btw besok up lagi atau engga? kalian mau gimana? 😻 aku ngikut karena aku sudah siapin semuanya

wibu; b. gentar [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang