Gentar tak tahu ia harus bagaimana lagi sekarang, karena setelah kejadian dua hari lalu di event cosplay itu [Name] kini mendiamkannya. Tak hanya itu, mereka juga sampai pisah kamar saat tidur. [Name] di kamar tamu dan Gentar di kamar mereka.Akan tetapi, Gentar tak benar-benar di kamar saja, kok. Dia tetap turun dan berusaha membujuk [Name] yang mengunci pintu kamar tamu. Bahkan waktu itu sempat sampai ketiduran di depan pintu.
Astaga, sepertinya kali ini [Name] benar-benar marah padanya karena Gentar merusak (mungkin) atau membuatnya malu saat di event cosplay dua hari lalu. Akan tetapi mau bagaimanapun juga saat itu Gentar merasa cemburu, sih.
Omong-omong tentang Mio, gadis cilik itu sudah Gentar kembalikan ke habitatnya (baca: rumahnya) kemarin sore karena dia sedang ada masalah dengan [Name]. Untung Supra bisa memaklumi. Sehingga kini ia bisa fokus membujuk [Name] saja agar mau kembali berbicara dengannya.
"[Name], kamu masih marah, ya?"
Iya, sampai sekarang masih dibujuk. Hari ini Gentar bangun lebih dulu sebelum [Name] dan mengambil alih tugas [Name]; yaitu membuat sarapan. Untungnya hari ini hari libur, jadi ia bisa membujuk [Name] seharian. Kalau kemarin kan ia bekerja, sehingga waktu untuk membujuk [Name] hanya sedikit.
Apalagi, sosmed Gentar diblokir semua oleh [Name]. Astaga, [Name] ini tipe perempuan wibu yang kalau sedang marah mainnya ngeblokir. Memang anaknya prik, tapi kalo marah enggak dulu.
"...."
"[Name], ih. Jangan cuekin aku gitu. Aku makin takut tau. Maaf, aku salah karena kemarin gak tau tempat...."
Aduh, pokoknya bagaimana pun Gentar harus bisa membujuk [Name]. Yakali naksir 8 tahun tapi nikahnya gak sampe setahun? Bisa-bisa Gentar ngamuk di kamar.
"...."
"[Name]...."
"...."
"Aku salah ... maaf. Lama-lama aku yang nangis nih." Gentar yang biasanya kerasukan Reog sedang tidak ada saat ini. Adanya Gentar yang ingin menangis layaknya anak kecil tak dibelikan permen.
"[Naaameee]," Melihat ekspresi wajah Gentar saat ini, [Name] jadi agak kasian. Perempuan itu memperbaiki posisi duduknya sebelum ia menatap Gentar dan memberikan seluruh fokusnya ke sana.
"Kamu ngomong salah terus tapi tau gak salahmu di mana?"
".... Aku cium kamu tanpa tau tempat."
"Itu doang? Yakin?"
"Yakin. Aku nggak aneh-aneh selain itu kok!"
"Kalo kayak gitu pastinya aku gak ngambek lama, Gentar. Kamu emang sering begitu tanpa tau tempat. Coba kamu pikir-pikir lagi apa yang bikin aku sebel plus ngambek kayak gini. Kamu sudah liat sosmed belum sih?"
Saat ini pula, tidak ada [Name] mode wibu. Hanya ada [Name] mode marah yang sedang berusaha menyadarkan Gentar apalagi salahnya selain itu.
"Aku belum liat sosmed, sayang. Aku kan fokus bujuk kamu heh."
[Name] menggelengkan kepalanya lelah. Sudah ia duga Gentar belum membuka sosmed sekalipun. Bahkan sepertinya chat dari saudara atau orang tuanya juga belum dibaca. Lantas, ia membuka ponselnya dan memperlihatkan sebuah video yang dipost oleh suatu akun gosip popular di negara mereka.
"Coba kamu liat ini," [Name] berikan ponselnya kepada Gentar agar Gentar bisa melihat apa yang [Name] maksud.
"....."
"Kamu tau apa ini?"
"... Video kita kemarin?"
"Salah, cangkul."
"Hah?"
Aduh, tuh kan. [Name] ingin terus serius tapi pikirannya berkata untuk mengeluarkan sebuah candaan sinetron ataupun bapak-bapak. Ia tak sengaja kelepasan tertawa kecil setelah berkata seperti itu, dan sayangnya Gentar menyadarinya.
"[Name]... KAMU BENERAN LAGI MARAH SAMA AKUU GAK SIH?? JANGAN GANTUNGIN AKU GINI PLISSSS."
Nah, mulai berisiknya.
[Name] sih hanya menoleh ke kanan sembari menutup mulutnya dengan tangan kiri, sebisa mungkin ia menutupi wajahnya yang memerah karena menahan tawa.
"Aku benheran marah dan ngambek kok. Cuma bukan ke kamu doang, tapi ke media yang asal posting kita di sosmed."
"Halah, boong itu. Aku udah panik loh tadi bijaaayy ternyata gak begitu marah. TERUS KENAPA KAMU DIEMIN AKU SAMPE 2 HARI?"
"Apasih... Kan aku bilang aku beneran ngambek.... Aku waktu itu ngambek karena kamu begitu di publik."
Oke, Gentar merasa dipermainkan sekarang. Namun tak apa-apa. Setidaknya ia tahu kalau [Name] tak begitu marah padanya.
Karena itu, segera saja laki-laki itu mengambil posisi di samping [Name] dan memeluknya dari samping. Juga, ia menariknya hingga keduanya jatuh di atas sofa dengan posisi [Name] di atas, di pelukan Gentar.
"Ge?"
"Shuut! Aku lagi melegakan diri. Soalnya dari kemarin panik banget karena kukira wibu kesayanganku ini marah pake banget pake kombo. Ternyata masih ada hati nuraninya dikit."
"Maksud?"
"HAHAHAHA enggak apa sayang, lofyu."
"??? Takut."
"AKU NAKUTIN DARI MANA??"
"Semuanya."
"Gausah gitu, sekarang aku nih yang gantian ngambek. Aku digantungin, dibikin degdegan dua hari plus hampir dua malam ternyata kamunya gak begitu marah. Ih."
"Ya terus? Kalo kamu ngambek aku harus apa, anata?" Oke, wibunya mulai balik.
"... Ini aku boleh jawab apa aja gak?"
"Boleh dehh khusus malem ini. Yang penting kamu gak ngambek atau marah lagi karena aku gantungin dua hari."
"ANJAAAI BENERAN KAGAK NIE?"
"Duarius."
"Kalo mintanya ngelunjak dikit gapapa?"
"Apa dulu?"
"Malem ini manja-manja, yuk?"
".... Kan lagi???"
"Bukan, tapi manja-manja tingkat selanjutnya hehehe sikasiksikasik."
".... Nyesel banget aku nawarin."
"IHHHH BOLEH KAN?"
"SHHSHSHS GAAAAK, ADA HUSBU YANG HARUS KUJAGA."
"AKU HUSBUMU!"
"TAPI BUKAN YANG PERTAMA."
"AAARGH [NAME] PLISS!"
ーーーー
siapa mau double up? 🙆♀️ kalo banyak yang mau, nanti malem aku up lagi rill no fekfek
terus besoknya mungkin juga up lagi 😻‼️
kalo dipikir-pikir, book gentar ini slow banget ya 😭 baby atau nananinununya aja belum. gak kayak book upan, tiap chapter hamil terus 😭😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
wibu; b. gentar [√]
Fiksi Penggemar╰──> ˗ˏˋ BoBoiBoy Gentar x Reader 𝘎𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘥𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘫𝘢𝘳 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘤𝘳𝘶𝘴𝘩. 𝘜𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢, 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘶𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘴𝘪𝘢-𝘴𝘪𝘢. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢...