7.

51 22 82
                                    

Semesta itu jahat buktinya aku gak bisa mencintaimu secara langsung.

~Pelangi.

"Aghh, tinta penulis itu tau gak ya kalau aku sedang nyimpan perasaan buat dia," Pelangi mengetuk etuk dagunya dengan jari telunjuk, ia kemudian mengambil ponselnya membuka Instagram Tinta penulis. Pelangi membaca baca ulang puisi puisi yang terposting akun tersebut.

"Sial bukan aku tokohnya, ga kebayang kalau disetiap sajak puisi yang ia tulis menceritakan kisahku,"seketika senyuman lebar terlukis diwajah Pelangi.

"Yaudah mau gimana lagi aku soalnya jatuh cinta sama seseorang yang bisa kulihat namun tak bisa kuajak berbicara, emang aku bisa membuat cerita dalam skenario tulisanku, namun sama saja aku tidak bisa membuat cerita bersamanya.

"Duh Tinta penulis kok bisa sejauh ini ya perasaanku denganmu," Pelangi membaringkan dirinya ke kasur sambil menatap langit langit kamar, ia membayangkan suatu alur gambaran di atas. tentang mereka jika bersama buat bersatu.

Tiba tiba pada saat yang bersamaan, Pelangi mengambil ponsel miliknya yang berada di atas meja belajar dekat laptop ia menulis, saat pelangi menyalakan datanya, notif dari hpnya tadi langsung bermunculan.

Tett trett tret ...
Sedari tadi saat Pelangi mengidupkan wifi, notif di ponselnya terus terusan berbunyi hingga membuat telinga sakit mendengarkannya.

"Duhh berisik amat ni hp, lama lama gw buang juga lu ya," ujarku yang geram ingin memggigit hpku tersebut.

"Apa coba, notif sampai puluhan ribu banyaknya, duh mana perut gw sakit lagi. Ke kamar mandi dulu lah," Pelangi membiarkan notif itu bermasukan satu persatu, ia belum melihat akunnya di serang mulai dari instagram official, dan web, bahkan aplikasi menulis Pelangi di penuhi hujatan, bahkan kata kata kasar dari netizen.

Kringg ... kring ...
Beberapa suara panggilan telepon yang tak di anggkat bersatu dengan notif notif hujatan. Dia, Dea yang sudah beberapa kali menelepon, dan mengirim pesan ke Pelangi. Satu pun pesan yang Dea kirim tidak dibalas, apa lagi teleponnya tidak di angkat Pelangi.

"Kemanasih ini anak, apa dia depresi ya, kolom komentar ditempatnya nulis penuh hujatan netizen, duh," Dea mondar mandir di kamarnya sambil memegang hp membacai satu persatu komentar pedas yang mengejek Pelangi.

"Pel, plis kali ini angkat," Dea masih berusaha untuk menghubungi Pelangi, tetap saja tidak di angkat.

"Kemana sih Pelangi," ucapnya cemas.

Dea tak berputus asa, sekali lagi ia menelepon sahabatnya, dan pada akhirnya Pelangi mengangkat telepon Dea.

"Pel, lu darimanasih?" tanya Dea cemas.

"Buang air besar gw, kenapa?"

"Aduh, elu gimanasih? Lo ga lihat akun elu diserangloh."

"Aeelah di serang doang, lebih pentingan buang air besar kali. Merekamah gak terlalu penting, yang penting gw bisa boker aman," mengusap usap perutnya.

"Lo mikir ga, karir lo gimana? Lo diserang noh komenannya pada ngehate lagi, ngatain elu. Penulis malaslah, sombonh, tulisanlu menjatuhka, jarang apload, ga guna, berpengaruh buruk bahkan tulisanapalah, elu gak mikir?" oceh Dea yang terus terusan mengomeli Pelangi.

"Engga, mereka juga gak kenal gw di dunia nyata, kan gw privat, lagian notif gw juga tembus kyaknya seratus ribu lebih, mayanlah buat di ss, terus masukin story, atau gak buat jedak jeduk kc itu, De."

"Kc apanya? Elu di hujat woi, bangga lo di hujat?"

"Gak terlalu pentingsih, udahlah ngapain mikirin begituan? Gw juga gak perduli amat sama yang ngehate."

"Aghh elumah, bahkan akun lu trending di twit, sebagai penulis yang di hujat karena tulisannya, dan berita lainnya."

"Gak main twiter gw De, buat ngecekin satu satu butuh waktu berapa lama cobak, udahlah selagi gak ada yg kenal gw di dunia nyata ya gak masalah, udah deh De, sekarang elu gak usah mikirin apa pun mending tidur, lampu kamar elu masih nyala noh, gw lihat."

"Iye, besok elu jemput gw ya?"

"Siap ndoro yang mulia kanjeng gusti Deaya."

Dia tua asa (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang