18

34 14 30
                                    

Apa aku harus melupakanmu? Jika menginginkanmu sesakit ini.
Pelangi.

"Pel, wajah lo kok sedih gitusih?"

"Ya gimana gw gak sedih coba, orang yang gw suka udah punya pacar," jawab Pelangi murung.

"Siapa? Yang Tinta penulis itu? Eh diakan panggilannya?"

"Ia, De."

"Pel, stop mencintai orang yang gak cinta sama lo, lo ga harus sama dia."

"Ga, harus dia De," keras Pelangi baginya harus bersi keras untuk mendekati Tinta penulis itu.

"Lah, lo sendiri ga taukan namanya? Pel ingat bahkan dia sama sekali ga ngerespon perasaan lo, oke ke marin itu dia ngobrol sama lo, bukan berarti dia langsung suka sama lo bahkan dia aja masih mentingin pacaranya dari sisi mana lo mau memilikinya? Sadar!"

"Anjing, lo bisa diam ga, De? Ga punya otak lo? Lo ga tau gimana perasaan gw kan jadi ga usah sok tau," bentak Pelangi. Baru kali ini ia benar benar marah Pelangi langsung bangkit pergi meninggalkan Dea.

"Dih, apaan coba manusia sinting ga sadar diri lo! Ngaca begok rumah kaya bekaca sulit," Dea mengeraskan suaranya. Entah di dengar Pelangi atau tidak itu urusan belakangan.

Satu minggu berlalu pertikaian antara Pelangi, dan Dea membuat persahabatan mereka harus renggang sudah selama 1minggu lebih keduanya tak lagi bersama seperti dulu, Dea ke sekolah sendiri, nongkrong sendiri, begitu pun keduanya yang dulunya selalu berdua kini hanya sendiri sendiri.

Selain itu sudah 1minggu ini Pelangi tak lagi ada menghubungi Tinta penulis. Entah malu sendiri atau justru sudah mulai sadar.

Minggu siang ini Pelangi hanya menghabiskan waktu di kamar saja, setelah Pelangi selesai memberesin rumah ia langsung masuk kamar . Meski pelangi mempunyai Art namun tak semuanya di kerjakan Art tersebut, sebagian Pelangi juga mengerjakan pekerjaan rumah jadi tidak bertergantungan Art saja. sambil diam menatap langit langit kamar, notif di hpnya juga sudah tak lagi banyak menyerang, perkara konflik waktu itu juga sudah redup sendiri.
Ponsel pelangi mulai sunyi selain tak ada notif, Pelangi juga tak memiliki pesan masuk yang dahulu ada Dea yang selalu menyepam mengirimi vidio vidio, foto foto, dan lain lain.

"Sunyi amatni hidup," ucap Pelangi, lalu menjadikan tangannya sebagai bantal.

Pelangi mengambil ponsel yang terletak disamping kepalanya itu, ia melihat kembali chatannya bersama lelaki yang ia panggil Tuan asa tersebut.

"Hahaha, lucu ya, apa aku harus berhenti buat memgejarmu kenyataannya kamu emang gak bisa dimiliki," Pelangi tersenyum melihat foto lelaki itu tak tersadar air matanya menetes dari mata sebelah kanan.

Dia tua asa (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang