17

24 6 5
                                    

Mengiklaskan belum sempat memiliki sakitnya itu lebih dobel.
~Pelangi.

"Selamat buat juara satunya," seseorang yang bernama tinta asa itu menghampiri Pelangi, ia juga memberi ucapan selamat kepada Pelangi sebagai juara satu lomba puisi.

"Terimakasih," Pelangi menjabat tangan lelaki tersebut jantungnya tak bisa di deskripsikan lagi gemetaran, dag dig dug, rasanya ingin berhenti bernafas seketika saat ia dan tuan asa begitu dekatnya.

"Puisi kamu tadi bagus apalagi diksinya artinya bermakna, pasti buat seseorang ya?" tanya tinta asa itu kembali.

"Benar, kok kamu tau?"

"Aku nyimak makna dan maksudnya ada pesan tertentu dari setiap bait yang kamu bacakan."

"Buat orang yang kamu suka ya?"

"Hehe," Pelangi menjawabnya hanya cengengesan.

"Padahalmah orang itu adalah dia sendiri mana pakai nanyak lagi," dalam hati Pelangi.

"Kamu suka nulis juga?" tanya Tinta asa.

"Suka kok, tapi ya gitulah."

"Oowh semangat, ngomong ngomong kamu nulis di mana? Biar kita saling baca karya."

"Aku cuma nulis karya aku di buku, aku gak ngepublisnya," cetus Pelangi berbohong.

"Loh kenapa? Kan bagus biar yang baca karya kamu itu banyak siapa tau mereka suka."

"Belum ada niatan buat nulis di aplikasi, atau pun di blog gitu," sekali lagi Pelangi berbohong menjawab lelaki itu.

"Owwh gitu, ehh ngomong ngomong aku deluan ya pacar aku sudah nungguin di luar dari tadi kaaihan dia," ucapan terakhir dari lelaki itu sebagai kata berpamitan sebelum ia pergi meninggalkan Pelangi.

"Anjir sakit sekali, kenapa kamu harus bilang pacarsih kan hatiku yang imut, lucu, mungil, nan kecil ini jadi sakit," monolog Pelangi seketika dapat dipaksikan bahwa ia terdiam cemberut.

"Aaghh, aing kudu naon ya kali masih berharap dia bisa dimiliki padahal dari mulutnya sudah terucap kata pacar duh."


Dia tua asa (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang