38

12 0 0
                                    

GBK Senayan pada pukul 07.30 WIB dipenuhi oleh orang-orang yang hadir untuk mengikuti berbagai lomba. Terdapat sejumlah peserta lain yang belum tiba, kemungkinan disebabkan oleh kemacetan atau alasan lainnya. Arvio sendiri juga belum hadir, sedangkan Oana dan Daimen sudah tiba lebih awal. Tidak lama kemudian, Arfia tiba di ruangan GBK Senayan dan langsung bergabung dengan kedua temannya yang sudah menunggunya sejak tadi.

Suasana di dalam ruangan terasa semakin semarak dengan kehadiran peserta yang hadir secara bertahap.

"Lo kenapa lama, Vi?" tanya Daimen.

"Bukan urusan, yang penting gw ga telat kan," sahut Arvio sambil mengeluarkan gitar dari dalam tasnya.

"Songong banget lu, gw nanya lu karena peduli, goblok," balas Daimen geram.

"Udah, udah, tahan. Kalian jangan berantem di sini. Ayok, kita ke bangku kita," ajak Oana menenangkan kedua temannya.

"Bilangin ke Besti, Elu itu Oana, kalau gw gak butuh perhatian darinya."

"Najis," sahut Daimen.

"Udah, Dai, udahlah. Vi, jangan gitu. Ini id card lo," Oana menyerahkan id card nomor mereka yang akan tampil nanti pada Arvio.

"Nomor delapan."

"Iya."

Setelah siap dengan peralatannya, mereka bertiga duduk di bangku peserta yang sudah disiapkan panitia. Ada sekitar 21 peserta yang ikut lomba band pada hari ini, namun ke-21 peserta itu dibagi menjadi dua tim untuk hari ini dan besok.

Arvio merasa badannya mengejang ketika tiba-tiba saja perutnya berbunyi dengan keras. Krukk... kruuk... Bunyi tersebut terdengar begitu nyaring.

Tiba-tiba saja perutnya berbunyi dengan keras. Krukk... kruuk... Bunyi tersebut terdengar begitu nyaring bahkan Daimen yang duduk di samping Arvio mendengar suara bunyi perut Arvio.

"Lo lapar ya?" tanya Daimen sambil memperhatikan Arvio dengan ekspresi heran.

"Iya, gw gak sempat sarapan tadi," jawab Arvio sambil mencoba menahan rasa laparnya.

"Eh, yaudah nih, gw ada roti," ucap Daimen sambil mengeluarkan dua bungkus roti dari dalam tasnya dan menyerahkannya kepada Arvio.

"Beneran? Makasih banget!" ucap Arvio dengan senyum bahagia. Ia segera membuka bungkus roti tersebut dan mulai melahapnya dengan lahap.

"Yah, jangan kebiasaan telat sarapan gitu, nanti ganggu kesehatan lo," nasihat Daimen sambil tersenyum.

Dia tua asa (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang