20

32 10 32
                                    

Berlarutlah dalam sakit sampai semuanya
Akan baik baik saja pada waktunya.
~Pelangi.

"And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more~" lantunan lagu terdengar begitu indah dari suara seorang laki laki suara itu berasal dari Arvio yang sedang mengerjakan tugas sembari memakai earphone paforitnya.

"Asomo asomaso ya sayang seperti mati lampu, cintaku padamu ya sayang bagai tiada malam berbintang," nanyian dari suaranya terdengar ngasal, itu adalah seorang perempuan yang barusan memasuki kelasnya, siapa lagi kalau bukan Pelangi.

Arvio yang tadinya mengerjakan tugas seketika tangannya, dan suaranya berhenti bernyanyi akibat buyar mendengar suara Pelangi yang baru nyampai.

"Masuk itu minimal ngucap salam," tegur Arvio kembali mengerjakan tugas.

"Eh, ada Arvio kirain tadi belum ada siapa siapa hehehe," Pelangi tertawa cengengesan malu karena pada dasarnya saat menyanyi suaranya tidak bagus.

"Pelangi!"

"Kenapa lagi?" Pelangi menarik kursinya.

"Cabut yok," ajak Arvio to the point.

"Anjing, gila lo sepagi ini lo ajak gw cabut," suara Pelangi terdengar membentak Arvio.

"Emangnya kenapa? Salah ya?"

"Pakai nanyak goblok lo."

"Pel, aku ngajak kamu cabut naik lambor, gw lu pa bawak motor," ucapnya yang masih mengerjakan tugas.

"Waait lo markirin mobil lo diamana?" tanya Pelangi ragu.

"Diluarlah, entar kalau dibawa masuk ribet, malas gw nunggu antrinya."

"Ini bukan?" Pelangi menunjukkan sebuah foto yang lamborghini yang ia ambil barusan.

"Yoiiy."

"Pel?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pel?"

"Apa lagi?"

"Jadi gimana? Mau cabut dengan aku, atau kamu mau ke Korea Utara, atau ke Cina? Atau ke Jepang?"

"Ga, gila lo Ar."

"Lo maukan tapi malu, kalau gitu gw mesanin tiket sekarang aja kita ke Korea Utara," Arvio tersenyum tipis.

"Apaan anjir ke Korea Utara yang ada tinggal arwah," bentak Pelangi.

Mendengar ucapan Pelangi Arvio sedikit ketawak.

"Gw bercanda kok, kalau ke Jepang gimana?"

"Lo itu ngajak cabut yang benarlah."

"Kenapa engga Pel, kita bisa cabut ke Jepang sekarang bentar," Arvio mengeluarkan ponselnya ia lalu menekan nomor untuk menghubungi seseorang.

"Ada apa tuan muda?" tanyanya seseorang dari sebrang telepon.

"Gimana ya, saya mau ke Jepang sekarang siapkan tiketnya, dan keperluan lainnya," perintah Arvio ke pelayan pribadinya.

"Loh semendadak itu ya tuan? Bukannya tuan sekolah?"

"Benar, saya mau cabut dan memutuskan untuk ke Jepang."

"Arvio!" Seru Pelangi.

"Sebentar," dirinya langsung mematikan telepon.

"Apaan? Keputusan lo buat cabut gimana?"

"Gila lo mau ke Jepang, apa entar kata mama gw? Apa lagi kalau di Jepang ketemu sama papa gw kacau goblok."

"Baguslah ketemu papa lo."

"Bagus apanya? Udahlah cok mending lo ngerjain lagi tugaslo."

Dia tua asa (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang