06

21 8 0
                                    

Ryuna terdiam tidak menghiraukan perkataan Li Subin.

Gadis itu paham betul dengan keadaan yang mungkin tidak semudah yang ia kira sekarang. Bisa jadi tindakannya yang salah akan membuat para bandit itu semakin brutal.

"Entahlah! Aku akan memikirkannya nanti."

"Tuan Putri! Ingat satu hal kau bukan hanya orang biasa! Istana membutuhkan mu." Tegur Li Subin jengah.

"Ada kakak yang bisa mengurus semuanya." Balas Ryuna asal.

Li Subin menghela napas kasar menanggapi sifat keras kepala Tuan Putrinya.

"Baiklah-baiklah! Aku akan pulang setelah aku menemukan solusinya." Putusnya final lalu meninggalkan Li Subin di tepi sungai.

Jang Ku dengan cepat-cepat keluar dari tempat persembunyiannya. Dan berdalih seperti tidak mendengar apapun.

"Kau disini?" Tanya Ryuna sedikit terkejut melihat keberadaan Jang Ku.

"Ya-, iya aku baru saja ingin mencuci wajah ku disana." Balas Jang Ku sembari menunjuk hilir sungai itu.

Ryuna mengangguk paham dan pergi meninggalkan Jang Ku disana.

"Kau siapa? Warga desa ini juga?" Tanya Li Subin saat melihat wajah asing milik Jang Ku.

"Pedang itu sepertinya tak asing untuk ku." Batin Jang Ku menatap pedang milik Li Subin.

Li Subin yang mengerti arah pandang milik Jang Ku pun pada akhirnya menutupi pedang itu supaya menghalangi arah pandang lelaki di depannya.

"Kebetulan aku sedang bersinggah di desa ini." Jelas Jang Ku yang melihat gelagat aneh milik Li Subin.

Hanya dibalas anggukan oleh Li Subin dan ia melanjutkan perjalanannya lagi untuk menyusul Nona muda nya.

"Sudah ku duga ada yang aneh dengan identitas gadis itu." Gumam Jang Ku.

Jang Ku melanjutkan tujuan awalnya ia datang ke desa ini. Dibantu dengan Xu Ming yang sepertinya sudah mulai pulih kembali.

Dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang bertujuan membangun desa ini.

Seperti sekarang kini Jang Ku tengah melihat-lihat ladang milik para warga desa. Sesekali juga Jang Ku ikut melakukan kegiatan bercocok tanam itu bersama warga desa lainnya.

"Dimana kalian semua menjual hasil panen ini?" Tanya Jang Ku penasaran.

Para warga desa itu saling menatap satu sama lain. Seolah-olah mereka menyembunyikan sesuatu.

"Kami tidak menjualnya." Balas salah satu warga desa itu.

Jang Ku mengerutkan dahinya bingung. "Lalu? Dimana semua hasil panennya jika kalian tidak menjualnya?"

Warga desa itu menunduk ragu menatap tanah tempat mereka berpijak.

"Desa ini telah lama dijarah para bandit itu. Sehingga seluruh hasil panen kami dirampas dan kami hanya mendapatkan sisa-sisanya saja." Terang warga desa itu dengan suara yang sendu.

Jang Ku yang mendengar hal itu lantas saja mengepalkan tangannya geram. Sehingga tanpa sengaja tangannya tergores alat pemotong sayur ditangannya.

"Pang-, kau terluka!!!" Teriak Xu Ming melihat tangan Pangerannya berlumuran darah.

Xu Ming membawa tangan Pangerannya itu ke tempat dimana saluran air yang biasanya untuk menyirami perkebunan itu.

"Kau ini kenapa?! Keselamatan mu adalah tanggung jawab ku." Cerca Xu Ming seraya menyiram tangan Pangerannya dengan air mengalir.

ETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang