10

18 7 3
                                    

"Lalu dimana obat penawarnya? Ini sudah terlalu lama sejak mereka datang kemari." Tanya Ryuna yang membuat Tabib Yu terdiam.

Tabib Yu hanya bisa mendesah kecewa melihat orang yang berada dibangsal itu menghembuskan napas terakhirnya.

"Kau membiarkannya mati begitu saja?" Tanya Ryuna menatap tak percaya pada Tabib Yu.

"Gu Si Yi racun ini bukan racun biasa, hanya ketua yang mengetahui obat penawarnya." Balas Tabib Yu.

"Kalau begitu bukankah kita seharusnya mencari Ketua?" Ujar Ryuna dengan cepat.

"Dia bukan orang yang bisa kita ajak bertemu sesuka hati." Jawab Tabib Yu lagi-lagi mematahkan semangat Ryuna.

Ryuna menatap Tabib Yu dengan pandangan yang sulit diartikan. Entah racun macam apa yang bisa menewaskan manusia dengan kecepatan waktu yang secepat itu.

"Lalu apakah ada cara lain jika suatu saat ada seseorang yang terkena racun ini?" Tanya Ryuna.

Tabib Yu mendadak terdiam merenung memikirkan bagaimana akan menjawab pertanyaan yang Ryuna lontarkan.

"Setahu ku, sejauh ini hanya obat penawar yang berada di tangan Ketua yang bisa menyembuhkan efek racun ini dengan sempurna. Tetapi mungkin ada satu cara-"

Ucapan Tabib Yu berhenti membuat Ryuna yang kini dengan serius menunggu perkataan selanjutnya yang akan dilontarkan Tabib Yu.

"Apa?" Ujar Ryuna cepat.

"Tapak Lima Jari. Tetapi sudah tidak banyak yang memiliki ilmu itu sekarang. Terakhir terdengar pewaris sesungguhnya adalah klan Kerajaan Api." Penjelasan itu membuat Ryuna membelak tak percaya.

Memang benar terakhir kali ia menyelamatkan Pangeran Jang Ku dengan menggunakan ilmu tersebut. Yang katanya ilmu tersebut memang bisa mencegah penyebaran segala jenis racun dan penyakit.

"Tetapi sekalipun menggunakan Tapak Lima Jari. Racun itu akan tetap ada sebelum mendapatkan penawarnya."

Ryuna mengerti sekarang. Dengan penjelasan yang Tabib Yu katakan. Bahwa racun itu hanya berhenti melakukan penyebarannya. Tidak sepenuhnya hilang dengan hanya kekuatan yang ia miliki.

Kemudian Ryuna memilih untuk keluar dari posko kesehatan milik markas itu. Untuk menjernihkan pikirannya.

Ryuna berjalan menuju dapur yang ada di markas itu. Karena memang sedari tiba dirinya tidak sempat menyantap makanan apapun, karena kesibukannya merawat pasien.

Setibanya di dapur Ryuna melihat Jang Ku yang tengah menatap kebingungan kearah panci besar dihadapannya.

Ryuna menghampirinya dan berkata. "Apa yang kau lakukan?"

Jang Ku yang terkejut dengan suara itu pun kemudian menoleh. "Menurutmu? Tentu saja ketika seseorang di dapur apa yang akan mereka lakukan?"

Ryuna berdecih mendengar respon Jang Ku yang terkesan acuh tak acuh itu. "Bisa saja kau membuat kekacauan disini. Seperti biasanya."

"Seperti biasanya? Kau kira aku sering membuat kekacauan?!" Tanya Jang Ku tak terima dengan ejekan gadis itu.

"Lalu apa yang kau lakukan sekarang? Sangat berantakan sekali, kau ingin memasak atau justru membuat kekacauan?" Sahut Ryuna sembari melihat keadaan dapur yang sungguh sangat mengenaskan.

"Jangan bilang kau-?!" Ryuna berseru cepat.

"Iya! Aku memang bodoh karena mengaku sebagai keponakan Liu Dachui yang pandai memasak tetapi ternyata tidak sama sekali." Balas Jang Ku kesal.

Ryuna terkekeh pelan mendengar hal itu. Ia sudah menduga hal ini pasti akan terjadi. Lantaran Jang Ku yang sedari kecil hidup di lingkungan Kerajaan pasti membuatnya sangat di manjakan.

ETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang