03

25 8 1
                                    

Pertemuan kerajaan kembali di gelar hari ini. Jang Ku yang baru saja selesai menuaikan kewajibannya yaitu belajar di aula Sanghyan. Jang Ku dengan paksaan di seret oleh beberapa pengawal kerajaan milik Pamannya saat baru saja hendak melarikan diri menghindar untuk tidak menghadiri rapat membosankan itu.

Permasalahan kali ini adalah tentang penyerangan bandit yang merajalela membuat para warga ketakutan sehingga warga takut untuk menjalankan aktivitasnya diluar rumah.

"Berhubung kasus Keluarga Bangsawan Yi telah terungkap. Bagaimana jika Yang Mulia Raja mengutus Pangeran Putra Mahkota untuk meninjau lokasi para bandit agar menenangkan ketakutan warga." Kata salah satu menteri.

Suara bisikan kembali terdengar dari barisan para menteri yang ada di ruangan itu. Sebagian mendukung saran itu dan sebagiannya lagi menertawakan saran itu.

"Bagaimana bisa Raja mengutus Pangeran yang bahkan mengangkat pedang pun tidak bisa."

"Apa maksudnya dengan mengutus Pangeran justru itu akan membuat masalah untuk negara karena Pangeran tidak berguna."

"Mengutus Pangeran Putra Mahkota sama dengan mengantarkannya pada kematiannya."

Itulah suara bisikan yang Jang Ku dengar dari para menteri yang tidak menyetujui saran untuk mengutusnya meninjau lokasi kejadian secara langsung.

Yang Mulia Raja menimbang saran dari salah satu menterinya. Ada dua sudut pandang yang menurutnya mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Kelebihannya adalah mengajarkan Jang Ku dengan segala tindak-tanduk proses penyelesaian masalah di luar istana. Dan itu baik untuk Jang Ku mengingat pemuda itu adalah penerus tahta setelahnya.

Sedangkan kekurangannya adalah tentang keselamatan Jang Ku yang ia tahu Jang Ku sangat minim dengan pendidikan militernya ataupun beladirinya. Ia cukup khawatir membiarkan pemuda itu berkeliaran di luar istana walaupun nantinya akan banyak yang mengawasinya.

"Baiklah! Aku akan mengutus Putra Mahkota untuk memberantas para bandit." Keputusan Yang Mulia Raja sekaligus menjadi bahasan terakhir pertemuan kali ini.

Jang Ku dan Xu Ming pengawalnya kemudian berjalan meninggalkan aula pertemuan itu.

Tiba-tiba saja langkah keduanya terhenti pasca Penasihat kedua meminta izin untuk membicarakan sesuatu.

"Putra Mahkota aku akan mengutus orang-orang ku bersama mu nanti." Kata Penasihat kedua.

Jang Ku menggelengkan kepalanya tanda ia menolak saran itu dengan halus. "Tidak perlu biarkan Penasihat pertama yang mengaturnya."

"Tapi Pangeran-" Sahut Penasihat pertama ragu-ragu.

Jang Ku tersenyum membalas keraguan Penasihat kedua yang sebenarnya adalah adik dari mendiang ibu kandungnya.

"Kau tidak perlu cemas! Aku hanya ingin melihat sampai dimana mereka menempatkan ku di posisi yang sulit." Balas Jang Ku dengan tenang.

Penasihat kedua hanya bisa pasrah dengan keputusan Pangeran Jang Ku. Bagaimana pun perencanaan Pangeran Jang Ku lebih terencana dibandingkan dirinya. Mengingat Pangeran Jang Ku adalah sosok manusia yang tidak bisa ia tebak sembarangan.

Jang Ku pamit meninggalkan Penasihat kedua yang masih terdiam disana.

Xu Ming yang merasa Penasihat kedua mencemaskan Pangerannya pun menepuk bahu Penasihat kedua mengatakan untuk tidak merasa terlalu khawatir tentang Pangerannya.

"Pangeran apa yang membuatmu yakin jika nanti pengawal yang akan menemanimu adalah orang-orang dari Penasihat pertama?" Tanya Xu Ming yang penasaran.

Jang Ku duduk diruang belajar miliknya dan mengambil alat tulis untuk menuliskan beberapa pesan untuk pasukannya yang berada di luar istana.

ETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang