The Negotiation

37 7 0
                                    

Setelah pertempuran yang berakhir gagal total dengan korban jiwa di Pihak Kekaisaran Cadia mencapai empat per lima total pasukan, kini mereka sedang membicarakan cara untuk keluar dari masalah ini yaitu dengan cara negosiasi. Meskipun ada yang tidak setuju namun mereka tidak punya pilihan lainnya untuk bisa bertahan hidup, dan mulai bertingkah selayaknya negara tetangga bagi Edea. "Yang mulia, kita tidak bisa terus terusan begini. Mau berapapun pasukan yang kita kirim, semuanya akan binasa". Jenderal Ostbrecht mencoba meyakinkan sang Kaisar untuk melakukan gencatan senjata, ia berfikir bahwa mereka tidak akan bisa menang melawan musuh seperti Kota Edea.

"Aku juga berfikir begitu, bahkan sebelum sempat mengeluarkan sihir apapun. Kita semua... kita semua sudah dibuat tidak berdaya oleh musuh". Gloria dengan nada yang rendah namun tegas mencoba mengajukan pendapatnya menggantikan kaptennya yang saat ini sedang terbaring tak berdaya. Sang kaisar sendiri bukannya menolak usulan mereka, namun ia sedang memikirkan cara yang lebih baik daripada menyerah dan mengakui kekalahan. Menurutnya harga diri Kekaisaran Cadia akan hancur jika ia melakukan itu, pasalnya saat ini Kekaisaran Cadia dipandang sebagai salah satu negara Manusia terkuat. Jika sampai kekaisaran Cadia mengakui kekalahan,maka mungkin saja rakyat mereka sendiri mulai mempertanyakan kekuatan Kekaisaran dan mulai ada yang berfikir untuk melakukan pemberontakan. Tapi di sisi lain jika ia harus melanjutkan perang ini, ia takut bahkan mungkin dirinya sendiri tidak akan bisa pulang kembali ke negaranya.

Saat saat ini adalah waktu yang krusial baginya untuk menentukan keputusan. "Ayah, semuanya ada di tanganmu". Liliam berusaha meyakinkan ayahnya tentang tanggung jawabnya sebagai Kaisar dan pemimpin negara, ia harus membuat keputusan terbaik dan yang paling menguntungkan. Namun belum selesai rapat itu berakhir, suara keras terdengar dari luar area kamp. "Apa itu? Serangan musuh!?". Jenderal Hart dengan bingung dan panik.

"Tidak ada yang boleh tersisa, pemusnahan dilaksanakan". Sebuah sosok menyerupai manusia, dilengkapi dengan baju zirah yang besar dan tebal. Ia memakai masker gas yang bagian mata nya seperti memancarkan cahaya kuning keemasan, lalu dipunggungnya terdapat dua tabung seperti tabung gas khusus yang memiliki selang terhubung ke sebuah senjata yang ia pegang di tangan kanannya. "Tidak ada yang boleh tersisa". Api disemburkan dari moncong senjata itu, bahkan sihir api pun tidak dapat menandingi kekuatan apinya. Api itu membakar segalanya, baik manusia maupun tenda tenda yang terbuat dari kain dan kayu. "Tolong!! Aku terbakar!". Suara prajurit Cadia yang terbakar berteriak kesakitan, namun dia tidak bisa melakukan apapun. Tidak ada yang menolongnya disana, karena temannya juga sudah menjadi arang.

Source: Pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Source: Pinterest

Kemudian diikuti dengan tembakan dari belakang Schorcer (nama dari regu pembawa Flamethrower). Mereka adalah prajurit dari Kota Edea yang disebut Royal Guard, mereka berjalan dan menembaki prajurit Cadia yang melawan. Baik itu infanteri biasa maupun kavaleri sekalipun tidak dapat luput dari peluru yang melesat dengan kecepatan tinggi. "Tidak ada yang boleh mundur, habisi mereka!". Royal Guard berjalan semakin dalam ke dalam area kamp militer Kekaisaran Cadia, menembaki siapapun yang menghalangi jalan mereka dan tidak lupa didukung oleh Schorcer yang membakar habis area itu hingga api berkobar hingga tinggi ke langit.

Saga of the Lost OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang