21 Days (The Best)

575 8 0
                                    

Aku melihatnya.

Pria dingin yang tampan sedang meminum kopi panas di restoran mewah kelas bintang lima.

Aku hanya bisa menatap nya dari jauh, dari parkiran yang bahkan dia tau aku disitu saja tidak.

Aku jatuh cinta pada seorang pria dingin sejak 4 tahun lalu. Bilang saja aku penguntit.

Sudah 4 tahun juga saat aku memiliki jadwal kosong, aku akan mencari keberadaan pria itu bagaimana pun caranya.

Dia Alxander Van Laesoff. Orang keturuan belanda dengan kulit yang putih halus dan badan yang tinggi menjulang. Astaga aku sangat ingin memeluk badan besar itu.

Aku Tirtania Astrilia. Pekerja di salah satu Bank sebagai Costumer Service. Dia sebenarnya salah satu dosen muda yang mengajar di kampus ku dulu, dan sekarang aku juga baru tau jika ia seorang pengusaha yang sukses.

Bukan kekayaan alasan ku menginginkan nya, namun perlakuan nya yang sangat manis dibalik badan nya yang besar itu.

Aku pernah melihat nya mengambil kucing yang sedang menyebrang, dan dia rela berlari demi menyelamatkan kucing itu.

Pernah juga aku melihat nya membantu kakek tua yang ingin menyebrang. Dengan ancang ancang melipat lengan kemeja nya, ia membantu kakek itu menyebrang.

Dan satu hal yang benar-benar membuat aku jatuh cinta, saat aku menaiki sepeda menuju kampus karena jarak rumah dan kampus dekat, aku terjatuh menabrak batu, dan tidak ada yang berniat membantu ku, namun pria itu berhenti dan membantu ku.

Flashback.

"Aduh" reflek Tirta memegang tangan nya.

Ia melihat sekeliling namun orang orang hanya menatapnya saja.

Bantu kek, jangan diliatin aja batin Tirta.

Dug..

Terdengar suara pintu mobil tertutup.

"Kamu masih bisa berdiri?" Terdengar suara bass yang menggetarkan hati.

Tirta yang mendengar suara itu sontak langsung menoleh ke asal suara.

"Ah, bisa" ucap Tirta. Refleks melihat pujaan hatinya ia berdiri namun lupa jika kaki luka. Alhasil ia terduduk kembali.

"Sini saya bantu" ucap nya mengulurkan tangan nya.

Aku menerima nya dengan deg degan. Ia membantuku mendudukkan diri di trotoar jalan.

"Terima kasih" ucap Tirta.

Ia hanya mengangguk. "Saya permisi dulu".

"Ah, iyaa. Terima kasih" ucap ku padanya.

Sepertinya dia tidak mengenaliku, padahal aku mahasiswi dikelas nya.

"Huft".

Flashback Off.

Namun dibalik kebaikan nya itu, sebenarnya aku cukup bingung, kenapa pria itu tidak pernah menatap wanita cantik yang selalu menggoda nya?

Haduh, kesempatan untuk mendapatkan Pak Alxan sangat kecil, mungkin hanya sebutir beras. Batinnya

"Hanya memandangi nya dari jauh saja aku sudah senang, apalagi jika mendekap nya mencium nya dan hidup bersamanya, mungkin aku akan pingsan setiap hari nya" ucap nya pada diri sendiri masih menatap Alxan dari jauh.

Alxan dari kejauhan Sebenarnya sudah tau ada seseorang yang mengikutinya, namun ia hanya diam, selagi dia tidak mengganggu dirinya maka itu bukan masalah besar.
.
.
.
.

One Shoot (kumpulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang