Erika Von Habsburg tak bisa berkata apapun saat melihat dari kejauhan sosok Jessica Barnett dan kusir perempuannya sedang berjalan ke arahnya. Jessica mengenakan baju biasa, sepertinya baju tersebut milik salah satu pelayan di kediamannya karena tidak lah mungkin gadis seperti Jessica mempunyai pakai sederhana seperti yang ia kenakan hari ini. Yang membuat Erika tak bisa berkata apapun yakni kusir perempuannya membawa dua tas jinjing dan satu tas yang melingkar di lengannya, Kelly nampak kewalahan membawa barang bawaannya."Aku kira tugas Akademi baru minggu depan, kenapa serasa hari ini lah hari itu tiba, Erika." Komentar Venus ketika melihat pemandangan yang sama.
Jessica dari kejauhan tersenyum senang serta melambaikan tangan pada Erika dan Venus. Venus membalas lambaian tanganny sedangkan Erika hanya fokus pada senyum Jessica yang terlihat begitu gembira hari ini.
"Apa aku terlambat??"
Erika menggeleng sambil mengamati Kelly yang sudah berpeluh mengangkat barang bawaan untuk berburu, padahal Erika dan Venus hanya membawa busur serta anak panah juga minuman, itupun mereka bawa diikat pinggang.
"Jessica, kau tahu kita akan berburu tapi kenapa kau seperti akan piknik, barang bawaanmu sungguh terlalu banyak, astaga." Venus menggeleng kepala, membuat Jessica cemberut karena diberi komentar demikian, padahal Lady Clarence itu sudah menyiapkan semua dari dini hari.
Melihat hal itu Erika segera menendang kaki Venus supaya bicaranya dijaga, Jessica bukanlah sahabat yang lain siapa tahu akan tersinggung.
"Jika ini terlalu banyak, aku akan pulang saja, mengurangi barang bawaanku." Ucapnya setelah ia berpikir lagi dan memang benar barang yang ia bawa ternyata membuat Kelly berkali-kali menarik napasnya dalam.
"Tidak, tidak perlu. Hari sudah akan terang. Kelly, kemarikan satu tas jinjing itu." Erika meminta satu tas yang ada ditangan Kelly.
Kelly mengikuti permintaan Erika, ia memberikan tas tersebut pada Lady Lancaster itu.
"Venus, kau bantu membawakan tas ini."
Terang saja mata Venus melebar karena Erika semena-mena memberi perintah, lewat raut wajah ia bicara 'mengapa harus aku????'
***
"Adney Breadsley, ayo ingatan bekerjasama lah." Megan menutup matanya mencoba mengingat nama yang tak asing baginya. Dua hari lagi ia harus menjalankan tugas dari Akademi sedangkan ia juga mempunyai tanggung jawab membantu Baul Almo untuk mencari seseorang.
"Megan," suara pintu diketuk seseorang yang tak lain adalah kakak perempuannya, Marion Laverick.
Pintu terbuka, sosok perempuan enam tahun lebih tua dari Megan masuk ke kamar sang adik. "Aiden bilang kau ada kegiatan Akademi? Aku kemari sengaja memberimu beberapa bekal selama tugas Akademi." Ujarnya yang memang sengaja datang malam-malam setelah mendapatkan informasi dari Aiden Laverick, adik lelakinya.
Keluarga Laverick melahirkan tiga keturunan yakni Marion Laverick yang telah dipersunting putra seorang Duke di wilayah inggris bagian timur sedangkan Aiden Laverick merupakan putra satu-satunya dikeluarga ini. Aiden lebih tua dari Megan 3 tahun, lelaki itu telah mengabdikan diri pada Ratu Victoria sebagai seorang prajurit sehingga dirinya jarang di rumah. Megan merupakan bungsu yang kini sedang berada di Akademi tingkat akhir.
"Rion, sebenarnya kau tidak perlu kemari, berkirim surat saja cukup." Megan menjadi tidak enak hati, Marion memang selalu bertindak seperti ini jika keluarganya akan pergi dari rumah. Ia sangat peduli pada kedua adiknya, ia menyayangi keluarga dari dirinya sendiri, itulah mengapa Marion menjadi menantu kesayangan Duchess karena sangat bisa merawat keluarganya dengan baik terlebih ia telah memberi dua keturunan dari pernikahannya dengan Cleve Fuller.
***
Lengkapnya ada di Karyakarsa ya