Selamat lebaran buat kalian yg merayakan. Maafin gw kalo ada salah2 kata selama ini yak.
Selamat bertemu lagi dg para Lady dan selamat membaca jg.
👑👑👑
Roxanne Kyne mengekor sang kakak sejak pagi, apapun yang sedang Nicholas lakukan pasti ada Roxanne disana.
"Apa yang kau mau sebenarnya, Roxy???" Nicholas mulai bersungut karena sedari tadi adiknya mengekor tanpa adanya suara.
"Temani aku ke pelelangan yang kau bicarakan, aku ingin cambuk kuda yang kau sebutkan semalam." Gadis bergaun formal khas Akademi itu mengatakan tujuannya mengapa ia terus saja mengekor sang kakak.
Nicholas mendesah, lelaki itu menatap sekeliling lebih dulu, "Sudah aku katakan kau cari tahu lewat Lady Clarence. Aku mana bisa membawamu kesana, resiko."
"Kau justru menjerumuskan aku pada resiko, Nic. Ms. Barnett itu menyeramkan, mana bisa aku bicara empat mata dengannya."
Nicholas ingin sekali membanting diri manakala sang adik bicara demikian, "Astaga Roxy! Kau bisa cara lain, kan? Ah sudahlah sekarang kita sarapan lebih dulu."
Di meja makan Roxanne duduk di antara kedua kakaknya, Edward dan Nicholas. Sedangkan sang ibu di depan mereka tersenyum melihat ketiga anaknya menyantap hidangan.
"Bagaimana kelas puisimu wahai putriku?"
Suapan yang akan masuk ke mulut Roxanne, ia urungkan manakala sang Ayah, Abraham Kyne bertanya.
"Kabar kelas puisi baik, Ayah."
Nicholas hampir tersedak atas ucapan Roxanne yang apa adanya, sementara Edward hanya menggeleng, tak mengerti lagi apa yang adiknya sudah lakukan di depan sang Ayah.
Abraham Kyne mengangguk saja meski dadanya diliputi dengan gejolak api membara tapi sebisa mungkin ia sabar karena Roxanne jika sudah dikerasi akan semakin berulah, ia tidak ingin seperti dulu saat sang putri hendak masuk Akademi, Roxanne dibujuk dengan segala cara termasuk kekerasan akan tetapi gadis kecilnya itu justru membakar dapur, membuat semua pelayan di keluarga Kyne kalang kabut. Akhirnya bisa dibujuk dengan lembut oleh sang Ibu. Lucy membelikan sesuatu yang Roxanne inginkan yakni burung Elang.
"Syukurlah jika baik," Ayahnya mengimbangi kelakuan putrinya itu. "Madam Elena mengatakan kau akhir-akhir ini juga menyelesaikan tugas dengan baik, itu baru putriku!!" Abraham tersenyum senang sambil memandang putrinya yang kembali menyantap sarapannya.
Mau sekeras apa Abraham terhadap Roxanne tidaklah bisa karena semua sifatnya menurun dari sang Ayah. Abraham termasuk Pria pemalas yang sukanya bermain-main dengan banyak binatang khususnya berbagai jenis burung dan kuda, sebenarnya ia tahu mengapa Roxanne menyukai Elang, itu semua karena ia melihat sang Ayah yang sangat mencintai satwa baik liar maupun yang diperlihara. Akan tetapi Abraham memberikan banyak pelajaran mengingat Roxanne adalah seorang perempuan, jika saja ia lahir sebagai seorang lelaki maka Edward dan Nicholas akan kalah karena Roxanne memiliki semua hal yang Abraham inginkan.
"Maaf Ayah sedikit menyela," Edward Kyne, sulung dari pasangan Abraham dan Lucy mengangkat tangannya, meminta perhatian sebentar dari sang Ayah. Abraham mengangguk, memberikan waktu untuk Edward bicara.
"Ada beberapa kuda yang sudah tidak produktif karena umur mereka sudahlah tua, saya menyarankan Ayah mengambil beberapa kuda lagi untuk kendaraan menuju ibu kota atau untuk dilatih berperang."
Roxanne langsung melirik Edward saat kakaknya itu membicarakan perihal kuda, apakah Edward memang sudah tahu dirinya selama ini berlatih berkuda? Ahh~ tidak! Edward si dingin itu tak seperti Nicholas yang tahu semua rahasia dirinya perihal berkuda.