Venus mengambil alih kereta kuda karena Kelly benar-benar kehilangan tenaga, ia membiarkan Kelly bersandar di sebelahnya sambil menahan sakit karena luka yang ada ditubuh. Sementara Erika tetap menenangkan Jessica yang memang ketakutan, ia senantiasa ada di samping Jessica ketika Venus menjalankan kereta kuda menuju tempat yang aman lebih dulu.
Erika mengelap keringat dingin yang keluar dari kening Jessica, "Cobalah tenang, sekarang kau aman. Para bandit itu sudah pergi." Ujarnya sambil memberikan sapu tangan pada Jessica supaya gadis itu mengelap bagian lain sendiri.
Ia juga mengambil tempat minum yang ada dipinggangnya, "Minum dulu," Erika menyerahkan minumannya.
"Kau ke hutan rimba sebenarnya mau apa?" Ia mencoba bertanya pada Jessica yang masih diam karena rasa takut atas perlakuan yang ia terima barusan.
Erika mengusap punggung tangan Jessica perlahan, "Tidak perlu khawatir lagi, para bandit itu pasti sedang terkena infeksi anak panahku. Anak panah yang aku tembakan untuk binatang buas, jadi mereka pasti tidak akan bisa berkeliaran lagi untuk waktu yang lama. Tenanglah, kau juga sudah bersamaku dan Venus."
Entah mengapa ada rasa nyaman serta aman seperti yang Erika lontarkan barusan, Jessica mengangkat wajahnya memandang seseorang yang sudah menyelamatkan nyawanya itu.
"Kelly tidak apa?" Itulah yang keluar dari mulut Jessica setelah diam saja barusan.
"Dia di depan, Venus akan membawa kalian ke rumah Catherine lebih dulu karena rumah dia yang paling dekat dari sini dan lagi Ibunda nya paham mengenai medis, mungkin dia bisa merawat kusirmu." Erika menjelaskan perihal tujuan mereka yang sudah ia sampaikan sebelumnya pada sang sahabat.
"Badanmu bagaimana? Ada yang sakit?" Erika lebih perhatian kali ini karena Jessica terlihat sangat pucat.
"Kedua lenganku sakit, bandit itu mencengkram terlalu keras apalagi tenaganya sangat besar." Ia memegang lengannya yang memang terasa pegal.
Erika yang tadinya duduk di depan Jessica kini beralih duduk di samping Lady Clarence itu, ia memijat lengan Jessica secara perlahan, "Ini tidak akan serius, setibanya di rumah Catherine nanti dikompres dengan air hangat pasti akan sembuh."
Jessica meringis merasa sakit di lengan yang sedang Erika pijat, ia sedikit melirik pada gadis itu. Sangat jelas ia bisa melihat wajah Erika dari sisi seperti sekarang, wajah yang begitu bersih, mata dengan manik kehijauan serta tulang rahang yang terlihat seksi di mata Jessica.
Astaga!!! Bisa-bisanya Jessica sampai menilai tulang rahang Erika begitu seksi. Ia memalingkan wajahnya secepat mungkin.
"Beberapa kali aku melewati jalan itu selalu aman," untuk mengalihkan dirinya yang gugup ia berkata demikian.
"Tapi ada satu kali tidak aman seperti hari ini, apalagi kau bersama dengan kusir perempuan itu sangat berbahaya, Ms. Barnett!!!" Entah mengapa Erika kesal hingga meremas lengan Jessica kuat-kuat.
"Aw!! Sakit!!!" Jessica jelas berteriak membuat Venus menghentikan kereta kudanya. Ia membuka jendela tengah.
"Ada apa????" Dengan sangat panik Venus bertanya.
"Maaf maaf, aku terlalu keras memijit lengannya yang sakit."
Venus menatap Erika yang sangat menyesal sedangkan Jessica menahan sakit, "Erika itu tidak pandai memijit jika dia ada salah lagi tendang saja tak apa, aku ikhlas."
"Venus!!!!" Erika geram bukan main pada sahabatnya yang bicara sembarangan.
Venus langsung menutup jendela sementara Jessica justru tertawa kencang.
"Kenapa kau tertawa?" Erika mengerucutkan bibirnya tapi ia sempat terpana melihat Jessica tertawa selebar ini.
Jessica menggeleng sambil memegangi lengannya yang masih terasa pegal, "Temanmu itu ternyata lucu juga," ia tertawa lagi.