1. Teman

167 23 1
                                    

Keesokan harinya.
.
.
.
''Kau mau kerja di bawah si bab* itu lagi?'' Heran (Name). ''Uhm. Gomen, (Name)- san. Tapi ini demi hutangku yang belum lunas. Yang baru kau bayar kemarin itu belum sampai bunganya'' ucap Alibaba.

''Wakatta. Dan jangan pakai embel - embel 'san'. Aku terlihat tua. Jika mau panggil 'Nee-san' saja tak apa'' ujar (Name).

''Ha'i. Kalau begitu, saya permisi. Ikou, Aladdin'' ucap Alibaba mengajak Aladdin lalu pergi. ''Matta ne, Nee- san. Nanti kami jemput jika kami akan ke Dungeon'' ucap Aladdin melambaikan tangan lalu pergi bersama.

Kini, (Name) tinggal sendiri di gang yang sepi. Ia menutup kepalanya dengan tudung jubah seraya mengecek perbekalan di tasnya.

''Mungkin segini sudah cukup. Aku akan mencari batu asah dulu untuk pedangku. Setelah itu baru ke Amon'' monolong (Name).

Ia mencari batu asah untuk menajamkan pedangnya. Dengan uang yang tersisa untuk dua hari kedepan, ia relakan demi mencari batu asah di pasar.

''Mungkin aku akan puasa jika aku kehabisan makanan. Tak apalah. Yang penting pedangku menjadi tajam'' monolong (Name) seraya melihat batu asah yang baru ia beli.

(Name) mengasah pedangnya di salah satu atap bangunan warga. Suara desingan besi yang terasah menajamkan pedang lambat laun.

(Name) meniup partikel debu yang ada di batu, lalu ia menyimpannya di dalam tas. Netranya menatap seluruh pemandangan kota. Mengingatkan dirinya yang dahulu yang pernah duduk di atas atap bersama seseorang yang ia rindukan.

''Aku pasti akan menemukanmu'' guman (Name). Hingga ia melihat karavan yang di bawa oleh Alibaba dan Aladdin yang sudah keluar kota. (Name) merasakan firasat buruk di sana.

''Apa aku membuntuti mereka saja, ya?'' Ucap (Name) lalu berdiri. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti mereka dengan cara melompati antar atap bangunan rumah warga seperti ninja.

Kakinya melompat turun dari atas atap lalu bergelantungan di tali jemuran dan mendarat amat di tanah. Jenjang kakinya terus berlari melewati kerumunan dan melompati pagar dan berlari di atasnya.

(Name) jago parkour karena pengalamannya saat berpetualang menghindari bahaya yang menghujam. Jadi jangan heran.

Sampailah (Name) di gerbang perbatasan kota. Hari kian sore. (Name) tengah meraup oksigen sebanyak - banyaknya.

Ia merogoh tasnya dan mengambil botol minumnya. Di teguk rakus air tersebut sampai habis setengah. Ion H2O di dalam tubuhnya kini tercukupi.

Dum...

Terdengar dentuman dan riuh panik dari arah jam 11. (Name) segera menyimpan airnya dan mulai berlari lagi. Di kejauhan sana, terlihat beberapa karavan yang terjebak dan terhenti di sana karena ada monster gurun, Hyachinth.

''Ah... karavan itu ternyata membawa sake. Pantas saja monster itu bereaksi'' ucap (Name) menyadari. Ia segera berlari, kurang ratusan meter lagi.

Sementara di sisi karavan.

Morgiana dan anak dari seorang budak yang bernama Mina terjatuh dan terlahap monster bunga itu. Ibu dari sang anak menangis histeris kala anaknya dalam bahaya.

''Mina! Mina!!''

''Hey. Cepat pindahkan anggurnya'' perintah Budel pada Alibaba. Pemuda bersurai pirang itu terdiam di telan kebimbangan. Dia harus menolong atau tidak. Dia ragu.

'Dareka... tolong mereka. Mereka bisa mati. Ah... tidak. Bukan seseorang! Aku harus menolong mereka!' Batin Alibaba mulai bergerak.

Duagh!!

MISTERIOUS (Fanfic Magi series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang