15. Salah Paham

110 18 0
                                    

Istana Sindria.
.
.
.
Setelah festival Maharagan kemarin malam. (Name) menjadi tunangan Sinbad dan belum di publikasikan identitasnya.

Alasannya pertama, karena (Name) tak ingin di kenal oleh orang - orang. Kedua dia masih ingin berpetualang bersama adiknya, Aladdin. Ketiga, dia perlu belajar tata krama Kerajaan agar menjadi ratu yang layak.

''Sudah saya katakan jangan terlalu membungkuk, (Name)- san'' ujar Jafar mengajarkan tata krama hormat pada (Name) di aula selatan.

Ya. Semenjak itulah (Name) belajar ilmu kerajaan. Mulai dari cara berjalan, bertutur kata, etika dan semuanya di pelajari. Kini hampir seminggu, (Name) berusaha keras dan tak ingin kalah dengan Aladdin dan teman - temannya yang juga berlatih keras.

''Astaga... ini lebih berat daripada latihan bertarung'' guman (Name) seraya mengipasi dirinya dengan tangan. Di tambah lagi, dia harus terbiasa mengenakan perhiasan. Itulah yang membuatnya risih.

''Otsukaresama, (Name)- san'' ucap Jafar seraya menaruh nampan yang berisi teko yang berisi teh dan dua cangkir. (Name) mulai duduk di kursi sesuai etika yang di ajarkan.

''(Name)- san cepat belajar, ya. Anda lebih baik daripada mengajar Sin- sama tentang etiket'' ujar Jafar seraya menghidangkan secangkir teh pada (Name).

''Arigatou, Jafar- kun. Sin itu bisa saja asal dia mau. Dia itu santai menjadi Raja, akupun harus terbiasa dengan ini'' ucap (Name) lalu menyesap tehnya. Jafar tersenyum simpul dan duduk berhadapan dengan (Name).

''Tokorode, (Name)- san. Anda dapat ilmu negosiasi dan politik itu sebenarnya darimana? Saya melihat anda belajar seakan sudah ahli dalam bidang tersebut'' Tanya Jafar penasaran. (Name) meletakkan cangkirnya di alas gelasnya.

''Raja Balbadd terdahulu'' jawab (Name) membuat Jafar tertegun diam. ''Anda ternyata kenal dengan beliau, ya'' ucap Jafar. (Name) tersenyum teduh lalu menatap langit biru di cakrawala sana.

''Sekitar 7 tahun yang lalu, di wilayah Leam. Aku bertemu dengan beliau saat di Colouseum Leam'' ucap (Name) memulai bercerita.

_________________________________________
Flashback :

7 Tahun lalu.

(Name) tengah berdiri di tengah arena kuno dengan baju yang di penuhi darah musuhnya. Tangannya yang memegang pedang bergemetaran setelah membunuh puluhan lawan di arena.

Seruan gila para penonton memuji namanya, mengagungkan bagai dewi perang. Namun sebenarnya jiwanya berkecamuk karena merasakan neraka yang menyiksa batinnya.

'Bagaimana bisa ada manusia seperti mereka yang menikmati kematian seseorang dengan mudahnya?' Batin (Name) terheran seraya berjalan keluar arena. Dirinya duduk di ruang tunggu tanpa membersihkan noda darah di bajunya.

''Sepertinya kau tengah kesulitan ya, Nak?'' Celetuk seseorang bertanya pada keadaan (Name). Gadis bersurai emas itu mendongkrak, menatap orang yang mengajaknya berbicara.

''M-Maaf. Anda siapa, ya?'' Tanya (Name) seraya mengusap bekas darah di pipinya. Pria paru baya itu tersenyum ramah pada (Name).

''Hajimemashite. Watashi wa Rashid Saluja. Kimi wa, Ojou- san?'' Ucap Rashid ramah. ''(Name) desu. Panggil saya (Name), etto... Rashid- san'' ucap (Name) tak mengenal Rashid jika dia adalah Raja Balbadd kala itu.

''Oh! Nama yang indah. Mengapa wanita sepertimu rela berlumuran darah di arena gila itu selama sepuluh hari?'' Tanya Rashid. (Name) mengepalkan tangannya dan menunduk murung.

''Saya... saya hanya ingin menjadi kuat dan mendapat uang yang banyak dari gladiator itu'' ucap (Name) terdengar ingin menyerah. Rashid menepuk pundak (Name) sekali, membuat sang empu tersentak kaget dan spontan waspada.

MISTERIOUS (Fanfic Magi series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang