10. Pangeran dan Penjaga-nya

101 20 3
                                    

Dua hari kemudian.
.
.
.
(Name) berjalan di lorong, tempat penginapan kumuh mereka. Ia melihat Alibaba berlatih cara menggunakan Jin dan menggunakan Masou-nya. Sinbad dan Jafar kerap menemani pemuda bersurai pirang itu.

''Sepertinya Alibaba- san berusaha keras, ya'' celetuk Morgiana seraya membawa cucian yang hendak di jemur. (Name) tersenyum kecil lalu melangkah pergi.

''Ya. Akupun harus berusaha keras juga, Morgiana'' sahut (Name) seraya menengok dan tersenyum ramah ke arah gadis Fanalis itu.

(Name) melangkahkan kakinya menuju suatu kamar. Ia memasuki kamar itu, di mana Aladdin terbaring tak sadar dengan keadaan yang masih sama.

''Ohayo, Aladdin. Bagaimana keadaanmu?'' Sapa (Name) seraya duduk di kursi sebelah ranjang Aladdin. Walau sang empu tak menjawabnya.

(Name) tersenyum pahit melihat keadaan adiknya yang tak kunjung sadar. (Name) langsung membelai kepala Aladdin penuh kasih sayang lalu melakukan penyembuhan lagi.

Setiap enam jam sekali (Name) mengirim magoinya pada Aladdin. (Name) tak khawatir jika kehabisan magoi, karena ia punya cara alternatif untuk menambah magoinya.

Makan dan mengambil elemen alam di sekitarnya. Cukup dengan dua hal itu saja dia mendapatkan magoi.

'Onegai... cepatlah sadar, Aladdin' batin (Name) berharap.

~♤~

Malamnya, (Name) memasak kue kering sebagai camilan dan berbagi dengan teman - temannya. Jadi ia membawa toples - toples kue kering buatannya dan membagikannya. Kini, ia menuju ruangan Sinbad. Saat di depan kamarnya, ia mengetuk pintunya terlebih dahulu.

''Masuklah'' ucap Sinbad dari dalam. (Name) memutar kenop pintu kayu itu lalu mendeorongnya.

''Permi-si...''

Ucapan salam (Name) kian memelan kala melihat Sinbad yang menurunkan pakaiannya sampai seatas pinggang seraya mengusapi tubuhnya dengan kain basah.

Poft!...

Kepala (Name) seakan meletup lalu dirinya berbalik badan seraya menutupi mukanya yang memerah dengan tangan kiri. Ia tak tahan jika melihat tubuh sahabatnya yang terbilang *ehem! Karena dirinya tak bisa melihat hal - hal tabu dan vulgar.

''Hm? Doushita (Name)?'' Tanya Sinbad watados. ''Sin. Pakai bajumu dulu'' ujar Jafar yang peka dengan keadaan. ''Ha? Nande dayo?'' Heran Sinbad. Hingga dia menyadarinya.

'Matte. (Name) itu wanita dewasa. Dia paham hal - hal seperti 'itu'. Dia malu melihat tubuhku...' pikir Sinbad. Hingga seringai jahil terpampang di wajahnya.

''(Name)~ kenapa kau memalingkan muka saat aku membuka baju? Perasaan kemarin saat kita kecil dulu sering mandi bersama di dekat kolam sumur, lho. Kau juga berani menatap tubuhku'' goda Sinbad seraya mendekat ke arah (Name).

''D-Damare... Sin'' ucap (Name) tergagap malu. Ia memberanikan diri untuk berbalik dan menatap sahabatnya. Dan tepat di depannya, Sinbad sudah berada di dekatnya dengan telanjang dada. Pakaiannya di turunkan sampai sepinggang saja.

'Kawai...' batin Sinbad gemas melihat sahabatnya merona malu. (Name) memeluk toples kue keringnya seraya melangkah mundur.

''P-Pakai bajumu, Sin. Kau bisa m-masuk angin'' ujar (Name) tergagap. Hingga kakinya yang tengah mundur terpeleset dan hendak terjatuh ke belakang. Namun...

Grep!

Sinbad langsung memeluk pinggang sahabatnya dan menarik (Name) mendekat padanya. (Name) semakin memerah, kulitnya bersentuhan dengan otot perut atletis Sinbad, membuatnya menahan nafas.

MISTERIOUS (Fanfic Magi series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang